Indonesia menempati urutan ke-2 negara dengan garis pantai terpanjang di dunia setelah Kanada. Badan Informasi Geospasial, menyebutkan total panjang garis pantai di Indonesia pada tahun 2013 adalah 99.093 kilometer. Disini tidak akan dibahas mengenai korelasi garis pantai terhadap produksi garam di Indonesia. Namun lebih dari itu
Coba bayangkan, hampir seratus ribu kilometer daratan yang dikelilingi oleh lautan lepas ataupun selat yang setiap detiknya dihantam oleh deburan ombak, menyisiri setiap jengkal garis pantai. Selain itu, ombak tadi bergerak menjauh dan mendekat dari bibir pantai dengan periode waktu yang relatif tetap, yang disebut dengan pasang surut air laut. Pasang surut air laut ini amatlah penting dalam transportasi perairan, baik komersial bagi kegiatan pelabuhan ataupun bagi mereka yang mengandalkan rezekinya di lautan lepas dengan menangkap ikan.
Di bangku sekolah dasar kita telah dikenalkan mengenai pasang surut air laut yang disebabkan oleh gravitasi antara bulan, bumi dan matahari. Di bangku sekolah menengah kita lebih tau mengapa dan bagaimana hal itu terjadi dengan persamaan umum gravitasi Newton. Namun, apakah hingga sekarang anda masih beranggapan bahwa gelombak ombak merupakan air yang bergerak ? Hal tersebut salah. Lebih tepatnya, gelombang yang ada di lautan mentransmisikan energi, bukan air. Lautan tidak pernah diam, baik di tengah laut maupun di bibir pantai tetap dapat dilihat gelombangnya.Â
Bisa dibilang bahwa pergerakkan gelombang di lautan adalah kekal karena dihasilkan dari resultan gaya gravitasi dari 3 benda langit di tata surya. Namun, gelombang di lautan lebih disebabkan karena adanya angin yang bergesekan dengan permukaan air laut di lautan hingga menimbulkan puncak gelombang. Energi inilah yang telah diusahakan oleh para peneliti dan insinyur untuk dikonversikan menjadi energi listrik dengan teknologi yang dinamakan tidal & wave power.Â
Gagasan tersebut sudah lama dicetuskan di Prancis pada tahun 1966 yang dikenal dengan Rance Tidal Power Station. tidal berarti pasang surut atau pergerakan air lautan menuju bibir pantai atau muara sungai dan sebaliknya secara periodik. Muara Sungai Rance di Prancis ini dipilih sebagai lokasi pembangunan pembangkit listrik karena memiliki range pasang surut 8 meter antara pasang rendah dan tinggi, sedangkan pada musim tertentu meningkat menjadi 13,5 meter.
gelombang datang, air pada sisi muara memiliki ketinggian yang lebih tinggi dibandingkan di lautan sehingga air akan menghantam turbin pada power station yang dikontruksi pada bendungan buatan. Dikarenakan gaya gravitasi tadi, air akan surut menuju lautan dan kembali menghantam turbin. Turbin akan memutar generator yang menghasilkan listrik dari perbedaan fluks magnetik. Generator akan menghasilkan listrik meskipun perputarannya memiliki dua arah yang berbeda. Kontruksi dam dengan panjang 330 meter dan tinggi 13 meter ini telah mencukupi kebutuhan listrik 130.000 rumah dengan kapasitas 240 MW yang dihasilkan oleh 24 turbin.
Terdapat 3 tipe penggerak generator yang dapat digunakan dalam pembangkit energi terbarukan ini. Yang pertama yaitu tidal barragesyang memanfaatkan beda potensial dari ketinggian air pasang. Pada prinsipnya, tidal barrages sama seperti PLTA pada umumnya.Â
Pembangkit listrik yang menggunakan barragessebagai penggerak generator yaitu Rance Power Station dan Sihwa Lake Power Station di Korea Selatan dengan kapasitas 254 MW. Kelemahan dari sistem pembangkit ini yaitu tidak adanya biota laut di sekitarnya, perubahan ketinggian air di antara dua sisi damakan membuat perubahan turbidityyaitu jumlah partikel tersuspensi.  Tipe yang kedua yaitu tidal turbines yang memanfaatkan arus di bawah permukaan air laut sebagai penggerak turbin dan generator.
 Arus air laut jauh lebih kuat dibandingkan angin karena air memiliki kepadatan 832 kali dibandingkan dengan udara sehingga energinya dengan mudah untuk membangkitkan listrik. tidal turbines telah dibangun di beberapa lokasi di antaranya Skotlandia dan Korea Selatan dengan masing-masing kapasitas produksi mencapai 1,5 MW. Tipe yang terakhir yaitu tidal fences yang mirip seperti turbin namun dengan dimensi arah perputaran yang berbeda. Hingga saat ini belum ada power stationyang memanfaatkan tipe ini
Proyek besar yang sedang digarap berkaitan dengan energi ini yaitu pembangunan tidal power station oleh Tidal Lagoon Plc di Swansea Bay, Wales, United Kingdom. power station ini diharapkan rampung pada tahun 2018 dan menghasilkan 320 MW tenaga listrik. Proyek ini menelan dana sebesar 35 juta poundsterling atau sekitar 600 milyar
Pemanfaatan energi ini tentu tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca sedikitpun, akan tetapi tetap saja ada permasalahan yang timbul selama pembangunan dan pengoprasiannya. Hal utama yang menjadi masalah berada pada ketidak seimbangan ekosistem yang terjadi karena perubahaan berbagai sifat alamiah seperti salinitas, turbiditas hingga sedimentasi yang berlangsung oleh bendungan artifisial ini.
Pemanfaatan energi di lautan lainnya yaitu pada gelombang di tengah lautan. Gelombang tidak hanya terjadi pada muara sungai atau bibir pantai, namun juga terjadi di semua bagian lautan. Pada prinsipnya, gelombang akan bergerak secara sinusoidal atau naik turun. Energi gelombang ini dimanfaatkan untuk menggerakkan pompa hidrolik yang dikemas dalam pelampung raksasa. pompa lalu akan memutar turbin/motor yang terhubung dengan generator
Pemasangan pembangkit listrik yang ditenagai oleh gelombang laut, pertama kali dipasang di Billia Croo, UK pada tahun 2011 dengan kapasitas produksi listrik mencapai 750 kW. Tidak seperti Eropa yang telah memulai pembangunan energi dari lautan sejak dulu, Amerika baru memulai pembangunannya pada tahun 2015 di Hawaii dengan menggandeng perusahaan teknologi Azura
terbarukan satu ini akan terus populer karena hingga saat ini masih dikembangkan berbagai macam prototipe untuk mendapatkan efisiensi yang optimal. Saat ini, Indonesia yang diwakili oleh Direktorat Aneka Energi telah bekerja sama dengan Prancis untuk melakukan feasibility studydi 9 titik yang terletak di selat lombok, selat alas, selat sape bima, selat flores, selat lamakera, selat larantuka, selat sunda, selat kelang dan selat bote utara.
Dengan garis pantai yang panjang dan memiliki dua pertiga wilayah berupa lautan, Indonesia perlu mengeksplor potensinya sebagai energi terbarukan ini. Semoga pada tahun 2025, energi tidal dan gelombang mampu menyumbang kebutuhan energi terbarukan di Indonesia yang ditargetkan mencapai 23 persen.
Berita terkait energi dan mineral, serta kebijakannya dapat diakses di https://www.esdm.go.id/id/
Sumber dan refensi :
Diakses pada 29 Agustus 2017 pukul 20.02
http://www.tidallagoonpower.com/projects/swansea-bay/
Diakses pada 29 Agustus 2017 pukul 20.21
https://www.eia.gov/energyexplained/index.cfm?page=hydropower_tidal
Diakses pada 29 Agustus 2017 pukul 21.00
https://www.hydropower.org/blog/technology-case-study-sihwa-lake-tidal-power-station
Diakses pada 29 Agustus 2017 pukul 21.02
https://www.thegreenage.co.uk/cos/rance-tidal-power/
Diakses pada 29 Agustus 2017 pukul 21.12
http://tidalenergytoday.com/2017/07/24/iea-france-top-tidal-energy-generator-in-2016/
Diakses pada 29 Agustus 2017 pukul 21.42
http://www.emec.org.uk/about-us/wave-clients/pelamis-wave-power/
Diakses pada 29 Agustus 2017 pukul 21.58
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H