Mohon tunggu...
Luca Cada Lora
Luca Cada Lora Mohon Tunggu... Mahasiswa/Pelajar -

Entrepreneur, vegan & energy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Maritim Bukan Hanya Soal Protein, tapi Juga Energi

30 Agustus 2017   18:28 Diperbarui: 31 Agustus 2017   01:02 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia menempati urutan ke-2 negara dengan garis pantai terpanjang di dunia setelah Kanada. Badan Informasi Geospasial, menyebutkan total panjang garis pantai di Indonesia pada tahun 2013 adalah 99.093 kilometer. Disini tidak akan dibahas mengenai korelasi garis pantai terhadap produksi garam di Indonesia. Namun lebih dari itu

Coba bayangkan, hampir seratus ribu kilometer daratan yang dikelilingi oleh lautan lepas ataupun selat yang setiap detiknya dihantam oleh deburan ombak, menyisiri setiap jengkal garis pantai. Selain itu, ombak tadi bergerak menjauh dan mendekat dari bibir pantai dengan periode waktu yang relatif tetap, yang disebut dengan pasang surut air laut. Pasang surut air laut ini amatlah penting dalam transportasi perairan, baik komersial bagi kegiatan pelabuhan ataupun bagi mereka yang mengandalkan rezekinya di lautan lepas dengan menangkap ikan.

Di bangku sekolah dasar kita telah dikenalkan mengenai pasang surut air laut yang disebabkan oleh gravitasi antara bulan, bumi dan matahari. Di bangku sekolah menengah kita lebih tau mengapa dan bagaimana hal itu terjadi dengan persamaan umum gravitasi Newton. Namun, apakah hingga sekarang anda masih beranggapan bahwa gelombak ombak merupakan air yang bergerak ? Hal tersebut salah. Lebih tepatnya, gelombang yang ada di lautan mentransmisikan energi, bukan air. Lautan tidak pernah diam, baik di tengah laut maupun di bibir pantai tetap dapat dilihat gelombangnya. 

Bisa dibilang bahwa pergerakkan gelombang di lautan adalah kekal karena dihasilkan dari resultan gaya gravitasi dari 3 benda langit di tata surya. Namun, gelombang di lautan lebih disebabkan karena adanya angin yang bergesekan dengan permukaan air laut di lautan hingga menimbulkan puncak gelombang. Energi inilah yang telah diusahakan oleh para peneliti dan insinyur untuk dikonversikan menjadi energi listrik dengan teknologi yang dinamakan tidal & wave power. 

Gagasan tersebut sudah lama dicetuskan di Prancis pada tahun 1966 yang dikenal dengan Rance Tidal Power Station. tidal berarti pasang surut atau pergerakan air lautan menuju bibir pantai atau muara sungai dan sebaliknya secara periodik. Muara Sungai Rance di Prancis ini dipilih sebagai lokasi pembangunan pembangkit listrik karena memiliki range pasang surut 8 meter antara pasang rendah dan tinggi, sedangkan pada musim tertentu meningkat menjadi 13,5 meter.

gelombang datang, air pada sisi muara memiliki ketinggian yang lebih tinggi dibandingkan di lautan sehingga air akan menghantam turbin pada power station yang dikontruksi pada bendungan buatan. Dikarenakan gaya gravitasi tadi, air akan surut menuju lautan dan kembali menghantam turbin. Turbin akan memutar generator yang menghasilkan listrik dari perbedaan fluks magnetik. Generator akan menghasilkan listrik meskipun perputarannya memiliki dua arah yang berbeda. Kontruksi dam dengan panjang 330 meter dan tinggi 13 meter ini telah mencukupi kebutuhan listrik 130.000 rumah dengan kapasitas 240 MW yang dihasilkan oleh 24 turbin.

Terdapat 3 tipe penggerak generator yang dapat digunakan dalam pembangkit energi terbarukan ini. Yang pertama yaitu tidal barragesyang memanfaatkan beda potensial dari ketinggian air pasang. Pada prinsipnya, tidal barrages sama seperti PLTA pada umumnya. 

Pembangkit listrik yang menggunakan barragessebagai penggerak generator yaitu Rance Power Station dan Sihwa Lake Power Station di Korea Selatan dengan kapasitas 254 MW. Kelemahan dari sistem pembangkit ini yaitu tidak adanya biota laut di sekitarnya, perubahan ketinggian air di antara dua sisi damakan membuat perubahan turbidityyaitu jumlah partikel tersuspensi.  Tipe yang kedua yaitu tidal turbines yang memanfaatkan arus di bawah permukaan air laut sebagai penggerak turbin dan generator.

 Arus air laut jauh lebih kuat dibandingkan angin karena air memiliki kepadatan 832 kali dibandingkan dengan udara sehingga energinya dengan mudah untuk membangkitkan listrik. tidal turbines telah dibangun di beberapa lokasi di antaranya Skotlandia dan Korea Selatan dengan masing-masing kapasitas produksi mencapai 1,5 MW. Tipe yang terakhir yaitu tidal fences yang mirip seperti turbin namun dengan dimensi arah perputaran yang berbeda. Hingga saat ini belum ada power stationyang memanfaatkan tipe ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun