Mohon tunggu...
Lubuk Gadang Selatan
Lubuk Gadang Selatan Mohon Tunggu... Lainnya - Nagari Lubuk Gadang Selatan

Ini adalah website resmi dari Nagari Lubuk Gadang Selatan, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Rewang di Tanah Minang

23 Juli 2023   19:11 Diperbarui: 23 Juli 2023   19:25 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semangat gotong royong masyhur disebut sebagai nilai yang berbudi luhur secara manifes, vitalitas tersebut berakar dari masyarakat itu an sich. Salah satu tradisi yang merepresentasikan semangat tersebut adalah tradisi rewang. Rewang adalah tradisi yang biasanya dilakukan oleh masyarakat Jawa untuk membantu tetangga maupun saudara yang sedang memiliki hajatan, misalnya seperti pesta pernikahan, sunatan, pindah rumah, dan lain-lain. 

Rewangan ini dilestarikan oleh masyarakat Jawa sampai saat ini dimanapun mereka berada, contohnya saja kegiatan rewang dapat dijumpai di Sumatera Barat, tepatnya di Jorong Bangun Rejo, Nagari Lubuk Gadang Selatan, Kabupaten Solok Selatan. 

Masyarakat disana bersama bahu-membahu untuk membantu mendirikan tenda, membuat hidangan, dan mencari kayu dalam persiapan pesta pernikahan Pak Wali Jorong. Semua elemen masyarakat di Bangun Rejo dilibatkan, mulai dari sesepuh, perangkat jorong, bapak-bapak, ibu-ibu pemuda-pemudi, mahasiswa KKN sampai anak-anak berpartisipasi dalam kegiatan rewangan ini. Rewangan sendiri dilaksanakan selama 2-3 hari sebelum pesta pernikahan dihelat. Melalui kegiatan tersebut kita dapat menyaksikan bahwa kegiatan rewang yang berlandaskan azas gotong royong membentuk karakter masyarakat secara inheren. 

Sumber : Ratih
Sumber : Ratih
Namun, dibalik kegiatan rewang yang sakral, dibutuhkan dana yang lebih besar untuk membiayai kegiatan ini. Mulai dari kebutuhan konsumsi, transportasi, dan kebutuhan logistik lainnya untuk seluruh warga jorong yang berpartisipasi dalam kegiatan rewangan. Hal ini tentu menjadi konsiderasi tersendiri dari tahun ke tahun oleh tetua, perangkat adat, dan masyarakat setempat. Bahwa ada beberapa hal yang perlu dimusyawarahkan kembali untuk menekan biaya yang terlalu mahal mengingat perekonomian masyarakat juga tidak menentu.

Tanpa harus menghapuskan tradisi dan sedikit melakukan translasi pada beberapa metode dalam teknis rewangan, semoga tradisi rewangan tetap dapat terus dilestarikan. Lantaran banyak hal positif dalam kegiatan rewang yang sayang sekali bila tidak dilanjutkan hanya karena pertimbangan ekonomis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun