Mohon tunggu...
Lubna Laila
Lubna Laila Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi KPI UIN Saizu Purwokerto 2020

Demisioner Jurnalis LPM Saka, Kader PMII Rayon Dakwah komisariat Walisongo Purwokerto

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semerdekamu, Sen

27 November 2022   01:10 Diperbarui: 27 November 2022   01:15 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku sunggunglah benci dengan sorot matanya yang penuh ambisi dan sok keren itu. Setiap kali Aku gagal, Aku sering mengumpat:

 ''Realitas memang brengsek.''

Lalu Sura akan menyeletuk dengan tatapan mengejek ''Iya, karena kamu lemah jadi harus terima. ''

Dengan kesal, Aku membalas '' Besok Aku bakal lebih brengsek.''

Sura menggeleng, melambaikan tangan tanda tidak sepakat. ''Lebih keras aja, jangan lebih brengsek.''

Astagaa, demi tidak melihat wajah penuh kemenangannya itu, Aku telah bertekad untuk tidak menunjukan sisi lemahku. Yeah meskipun pada kenyataannya rapuh adalah hal yang lumrah untuk kapasitas manusia.

Sudahlah, berhenti membahas Sura, mari kembali pada alur cerita.

Siangnya, pukul 11.56 hujan turun. Deras sekali. Aku memilih bergelung dibawah selimut, rencananya sampai Adzan Duhur. Sebab, pukul 12.30 ada Mata Kuliah Islam dan Media.

Pada menit ke 59 grup kelas ramai, teman-teman meminta kelas online, berdemo pada PJ Matkul. Aku menyimak sambil mengaminkan.

''Btw, ujan pren.''

''Online aja gaksih?''

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun