"Waktu itu saya baru 15 tahun dan terima kasih saya sudah tidak perawan saat itu," ucapnya sambil tersenyum.
Cukup satu alasan, kenapa harus memilih bermain Tubang, uang dan uang, begitu bilang remaja 16 tahun ini. Kalin pun tak merasa menyesal, mengapa menyerahkan keperawanannya kepada seorang pria yang usianya tak jauh berbeda dengan guru Agama di sekolah swasta yang beralamat di jalan SM Raja itu.
"Aku bilang, aku beruntung karena keperawananku dihargai Rp6 juta. Daripada teman-temanku yang lain begituan sama pacarnya. Sudah rugi, enggak dapat uang, eh, ditinggal sama pacarnya. Kasihan ya," ujar anak kedua dari tiga bersaudara ini.
Peristiwa itu masih terekam dengan jelas di dalam benak Kalin.
"Mana mungkin, aku bisa melupakan kejadian itu," ucapnya.
Jari jemarinya memainkan rambut panjangnya yang berwarna pirang itu. Tak jauh berbeda dengan Nayla, Kalin melepas keperawanannya dengan seorang Tubang yang dipanggilnya dengan Om Pitt.
"Om Pitt sangat baik sama aku. Dia perhatian, enggak cuma pengin tubuhku saja. Bahkan dia pernah nganterin aku ke dokter, waktu aku lagi sakit. Terus, kalau aku enggak punya pulsa, dia pasti isiin pulsaku. Om Pitt juga mainnya enggak kasar, lembut. Dia suka pelan-pelan. Pokoknya dia sangat romantis," paparnya.
Bibir Kalin terus berceloteh tentang sang Tubang. Bahkan, Om Pitt yang baik hati itu mendapat predikat sebagai Tubang yang paling disayangi Kalin.
"Om Pitt enggak cuma seperti Tubang, tapi sekaligus jadi pacar dan Ayahku, dan enggak ada yang boleh merebutnya dari aku," kata remaja yang mengaku pertama kali kenal dengan Om Pitt karena dikenali sama temannya ini.Â
Ya, Om Pitt adalah Tubang tetap Kalin.