Insan pers itu bukan hanya sebatas para pekerja teks semata, namun tim perusahaan pers secara keseluruhan. Mulai dari pemilik perusahaan pers, pimpinan perusahaan, tim marketing, bagian pemasaran, bagian iklan, termasuk pimpinan redaksi, para awak redaktur, jurnalis, fotografer, hingga layouter.
Lalu jika sudah mau berubah. Lantas apa yang akan dilakukan? Mulailah berbenah diri dari segala sektor. Aktualitas memang perlu dan penting, apalagi tentang kecepatan informasi yang sampai ke masyarakat itu juga menjadi kewajiban bagi sebuah perusahaan pers dalam menyajikan informasi bagi masyarakat.
Namun saat ini, soal aktualitas dan kecepatan informasi sudah habis diburu oleh media massa berbasis online. Tak sampai semenit, bahkan dalam hitungan detik, kejadian atau peristiwa yang terjadi saat itu juga sudah bisa diakses masyarakat melalui ponsel pintar di tangannya. Informasi telah sampai ke benak masyarakat sebagai pengetahuan baru. Tanpa harus menunggu media massa cetak menyajikannya esok hari.
Memilih indepth news agaknya selaras dengan nasib media massa cetak saat ini. Dengan tetap menyelipkan keaktualan peristiwa atau kejadian, sejatinya pimpinan redaksi fokus untuk mengarahkan awak jurnalis yang berada di lokasi peristiwa untuk mencari bahan-bahan berita terkait peristiwa itu lebih mendalam.
Pimpinan redaksi beserta wakil pimpinan redaksi juga harus tanggap dengan peristiwa itu. Melakukan rapat khusus bersama awak redaktur. Memetakan angel berita, sigap memberikan tor pertanyaan-pertanyaan atau panduan peliputan kepada jurnalis yang berada di lapangan melalui kordinator peliputan. Jangan juga lupa libatkan layouter juga fotografer untuk merancang desain perwajahan esok hari.
Jika dipikir dibandingkan media massa online yang bergerak begitu cepat dan aktual. Media massa cetak memiliki kelebihan waktu yang begitu panjang untuk mengerjakan sebuah proses jurnalistik yang mendalam secara maksimal. Hal itu yang sebenarnya luput dari mind set para awak media massa cetak saat ini.
Keluputan itu juga yang membuat berita mengenai peristiwa tampak sama di media massa online dan cetak. Padahal media massa cetak memiliki cukup banyak waktu untuk mengemas angel yang berbeda dengan sajian media massa online.Â
Sayangnya para awak media massa cetak masih terpaku dengan prinsip 'jangan sampai bobol, itu yang utama'. Sedangkan saat ini masyarakat butuh informasi utuh dan jelas. Bukan sekadar berita yang menginformasikan terjadinya sebuah peristiwa. Tapi hal-hal lain terkait peristiwa yang menjawab rasa penasaran masyarakat terhadap peristiwa itu.
Untuk itu dibutuhkan kepiawaian jurnalis yang bekerja di lapangan agar mengeksplor bahan berita secara mendalam. Sejalan dengan itu dibutuhkan juga dukungan jajaran pimpinan untuk mencapai suksesnya pemetaan berita yang disajikan esok hari.
Saya bayangkan bagaimana berita straight news dikemas secara indepth dalam sajian berita-berita di media massa cetak harian. Ada reportase kemudian deskripsi, juga analisis sampai prediksi. Masyarakat yang membaca berita itu bukan hanya sekadar memenuhi hausnya informasi, tapi juga teredukasi terhadap sebuah pemberitaan karena disampaikan secara utuh dan jelas.
Produk Andalan
Menurut saya idealnya sebuah peristiwa harus dikemas media massa cetak harian dengan menetapkan tiga produk jurnalistik sebagai andalannya. Pertama, menyajikan straight news yang memiliki kedalaman seperti indepth news. Selain tetap memperhatikan unsur 5W+1H juga harus melibatkan segala sisi angle juga nara sumber-nara sumber kompeten terkait berita.
Kedua, menyajikan tulisan feature dengan menitikberatkan pada angle khusus; tetap terhubung dengan berita utama (straight news) namun lebih mengeksplore sisi lain di balik peristiwa, yang tak disangka juga tak terduga oleh masyarakat. Sehingga meskipun menjadi bagian dari berita utama, namun tetap menjadi informasi baru.