Mohon tunggu...
Boraspati
Boraspati Mohon Tunggu... Jurnalis - Manis Bukan Berarti Madu, Pahit Bukan Berarti Racun

Hidup adalah perjuangan dan tanggung jawab

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Unconditional Love

13 Januari 2022   15:35 Diperbarui: 13 Januari 2022   15:39 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lam meyakinkan pada dirinya bahwa jika Ia harus menikah harus terlebih dahulu melihat Tina menikah. Lam tidak ingin Tina putus asa dan melajang seumur hidup terlebih usianya yang sudah diatas kepala tiga, karena itu benar benar akan membuatnya merasa bersalah seumur hidup yang menyakitkan.


Waktu kembali berlalu hingga dimana hari perpisahan dimulai. Tina dan Lam seolah sudah bisa menerima kenyataan walau dalam hati satu sama lain masih terasa sakit penuh luka. Namun komunikasi diantara mereka tetap terjalin untuk memastikan satu sama lain baik -- baik saja. Tidak lama kemudian Kabar membahagiakan pun datang dari Tina bahwa dia akan segera menikah dengan mantan pacarnya terdahulu.  Dia berpesan agar Lam tetap baik baik saja, melanjutkan hidup karena dia akan segera pulang dan akan menikah serta tinggal dikampung halaman bersama calon suaminya.


Dua perasaan berbeda diwaktu yang sama menghinggapi perasaan Lam, antara bahagia karena Tina akhirnya akan menikah dan sedih karena Tina menikah bukan dengan dirinya. Tapi itu sudah menjadi takdir. Setelah mendapat kabar Tina akan segera menikah, dalam hati Lam berdoa dengan tulus semoga Tina mendapat calon suami yang jauh lebih baik segalagalanya darinya, calon suami yang akan bisa menyembuhkan luka yang sudah disebabkan olehnya dan juga berharap setelah menikah cepat mendapatkan keturunan yang baik, baik itu laki -- laki dan perempuan sehingga Tina cepat melupakan kenangan pahit bersamanya.


Sebelum akhirnya pamit pulang untuk menemui calon suaminya, Tina dan Lam sepakat ketemu untuk terakhir kalinya. Seharian mereka habiskan bersama hanya untuk sekedar saling memandang satu sama lain. Bahkan makanan yang dipesan oleh mereka tidak tersentuh sama sekali, tidak nafsu makan sama sekali. Mereka seolah mengharapkan ada keajaiban terakhir mereka bisa bersama. Namun mungkin sudah memang takdirnya "Unconditional Love" nya Tina harus berakhir seperti itu. Tina dan Lam sama -- sama tersenyum mengakhiri pertemuan terakhir mereka.


Pada pandangan terakhir terhadap Tina, Lam berdoa dalam hatinya "Ya Tuhan kenapa engkau memperkenalkan aku dengan Tina kemudian engkau pisahkan kami berdua? Atau akulah yang sangat lemah tak mampu berjuang untuknya? dalam hati Lam bercerita dan memohon dengan Tuhan agar perpisahan ini bukanlah yang terakhir karena Lam sangat sedih bila jauh darinya. Tapi itu semua adalah takdir dari sang maha kuasa yang tidak bisa Lam hindari. Sekarang hanyalah kenangan yang menjadi cerita indah Tina dengan Lam. Dengan Tina, Lam pertama kali mengalami cinta yang sangat tulus dari seorang perempuan sederhana, baik, dan berparas manis. Dan itu pertama kali Lam merasakan cinta yang sangat sedih karena perasaan cinta yang tidak mampu membahagiakan Tina. Dan pada surat terakhir Tina yang dikirimkan bersama makanan dan 2 buah buku motivasi menguatkan Lam bahwa cintanya Tina "Unconditional Love"

Bertahun tahun telah berlalu. Sama seperti Tina yang sudah berumah tangga dan dikarunia anak,  Lam pun akhirnya sudah menikah dengan seorang gadis yang baik, sederhana dan berparas cantik juga sudah dikarunia anak yang tampan. Lam tidak menyesali apa yang sudah terjadi, Lam sangat mencintai Istrinya dan bersyukur atas kehadiran anaknya. Tempat Istri dan anak dalam hatinya tidak mungkin tergantikan oleh siapapun. Namun ada sisi ruang lain terdalam dalam hatinya menyimpan kisah cinta "Unconditional Love" dari seorang Tina.
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun