Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Trainer BNSP RI, Public Speaker & Professional Hypnotherapist email: Luanayunaneva@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Homeschooling sebagai Alternatif Pendidikan bagi Anak

25 Juli 2024   20:19 Diperbarui: 26 Juli 2024   08:28 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengenal beragam alat musik di tengah kegiatan liburan keluarga (dokpri)

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) sudah berjalan selama lima hari.

Ada sebagian sekolah yang masih memberikan kesempatan kepada para orang tua untuk mendampingi anak dari kejauhan, ada juga sebagian yang mengharapkan para orang tua mempercayakan sepenuhnya kepada pihak sekolah. 

Hal yang menarik, karena tentu saja ini tergantung pada kebijakan setiap sekolah dan daerah yang berbeda.

Di tengah keriuhan masa MPLS, saya termasuk salah satu keluarga yang tidak menjalankannya. Ya, saya adalah ibu dari seorang anak homeschooling.

Itu artinya, saya tidak menyerahkan proses pendidikan anak kepada pihak sekolah atau pihak mana pun, tetapi saya bertanggung jawab penuh terhadap proses pendidikan anak.

Dengan kata lain, saya dan suami bersepakat menerapkan pendidikan informal bagi buah hati kami.

Selama ini kebanyakan orang mengenal sekolah sebagai satu-satunya jalur pendidikan. Mulai tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), hingga universitas. Ya, inilah jalur pendidikan formal yang banyak kita kenal. Saya dan suami pun menjalani pendidikan formal tersebut.

Nah, homeschooling yang kami pilih untuk anak ini termasuk satu di antara jenis pendidikan informal.

Mengapa memilih homeschooling?

Saya tidak dapat menjelaskan secara detail perihal alasan keluarga kami memilih homeschooling sebagai jalur pendidikan anak.

Namun saya akan coba sampaikan alasan-alasan secara umum yang membuat orang tua memilih homeschooling untuk anaknya, di antaranya:

  • Anak berkebutuhan khusus,
  • Tuntutan pekerjaan orang tua yang berpindah-pindah,
  • Kesibukan anak sebagai atlet, seniman, artis, dan sebagainya,
  • Ketidakcocokan dengan pengajaran akademik di sekolah formal,
  • Ingin fokus pada penerapan nilai-nilai agama dan keluarga,
  • Dan sebagainya.

Anak saya tengah asyik mengerjakan worksheet-nya (dokpri)
Anak saya tengah asyik mengerjakan worksheet-nya (dokpri)

Sependek ini, kami sekeluarga cukup nyaman menjalani proses homeschooling. Kenapa saya bilang "sependek ini"? Ya, tak lain dan tak bukan adalah proses yang baru sebentar kami jalani, apalagi anak kami masih usia dini. Tentu ini waktu yang (masih) tergolong singkat.

Meski begitu, kami dapat merasakan betul manfaat homeschooling, yaitu kami memiliki bonding yang baik dengan anak. Apakah prosesnya mudah? Tidak juga, namun selalu ada cara yang diupayakan.

Bagi sebagian orang, tak jadi masalah ketika anak usia dini menjalani homeschooling atau belajar terutama bersama ibunya di rumah.

Lalu pertanyaannya, mau sampai kapan homeschooling?

Ya, pertanyaan ini sekaligus menjawab pertanyaan teman-teman maupun anggota keluarga yang pernah menyampaikannya sebelumnya. Jika memang nantinya anak ingin melanjutkan ke sekolah formal, seperti SD, SMP, dan SMA, saya persilakan.

Dari pengalaman sejumlah orang tua yang menerapkan homeschooling pada anak-anaknya, tak ada masalah ketika anak homeschooling ingin pindah ke sekolah formal, atau pun sebaliknya.

Yang penting, orang tua dan anak sama-sama mencari tahu bagaimana syarat dan ketentuan yang berlaku menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Tidak asal keluar-masuk sekolah.

Bahkan dewasa ini, tidak sedikit lho anak-anak homeschooling yang bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri (PTN), bahkan PTN favorit melalui jalur ujian tulis.

Itu artinya, sebenarnya anak-anak homeschooling tidak bisa dipandang sebelah mata jika dibandingkan dengan anak-anak yang menjalani sekolah formal. Mereka memiliki hak yang sama dengan lulusan sekolah formal.

Anak belajar banyak hal saat mengeksplorasi kawasan Bandara Dhoho, Kabupaten Kediri dan sekitarnya yang masih dalam tahap pembangunan (dokpri)
Anak belajar banyak hal saat mengeksplorasi kawasan Bandara Dhoho, Kabupaten Kediri dan sekitarnya yang masih dalam tahap pembangunan (dokpri)

Nah, kembali ke internal keluarga kami. Jika anak kami mau melanjutkan proses homeschooling, tentu ini akan menyenangkan, karena anak tidak terpaku dengan mata pelajaran yang kelihatannya hanya "begitu-begitu saja", tetapi anak bisa mengeksplorasi banyak hal di luar sekaligus mempraktikkannya.

Apa saja yang bisa dieksplorasi di luar sekolah?

Banyak. Tentunya tidak sekadar duduk manis mengerjakan worksheet, tetapi juga menggali banyak hal di luar.

Sebut saja menjelajah alam sekitar, mengenal tanaman dan hewan di sawah, berjalan-jalan ke tempat wisata sekaligus belajar, mengenal transportasi dengan bepergian menggunakan aneka kendaraan, dan sebagainya.

Mengenal beragam alat musik di tengah kegiatan liburan keluarga (dokpri)
Mengenal beragam alat musik di tengah kegiatan liburan keluarga (dokpri)

Jadi, bisa dibilang ketika orang lain melihat kami jalan-jalan atau pun liburan, sebenarnya itu adalah proses belajar bagi anak. Bahkan tak jarang proses belajar yang dilakukan anak bisa dilakukan saat malam hari, ketika kebanyakan anak sudah tidur. Apalagi anak saya tipikal anak yang tidak bisa diam kalau energinya belum habis.

Sesederhana kegiatan car free day pun bisa menjadi proses belajar dan stimulasi yang sangat bagus bagi homeschooler (dokpri)
Sesederhana kegiatan car free day pun bisa menjadi proses belajar dan stimulasi yang sangat bagus bagi homeschooler (dokpri)

Kalau kesannya hanya begitu saja, kenapa harus homeschooling?

Kenapa tidak?

Kalau menurut saja, sekolah formal maupun homeschooling bagi anak itu preferensi. Ah, jangankan sekolah formal versus homeschooling, pada saat memilih sekolah formal pun, para orang tua berhadapan dengan sejumlah pilihan, seperti:

  • Sekolah negeri atau swasta
  • Sekolah umum atau sekolah alam
  • Sekolah swasta berbasis agama, praktikum, atau bisnis
  • Sekolah yang lokasinya dekat atau jauh
  • Sekolah pilihan orang tua, anak atau bahkan kakek-neneknya
  • Sekolah dengan kurikulum pemerintah seperti Merdeka, Montessori, Cambridge, atau lainnya
  • Serta masih banyak perbandingan lainnya

Iya atau tidak?

Kegiatan homeschooling bisa dilakukan dengan memanfaatkan apapun yang ada di rumah (dokpri)
Kegiatan homeschooling bisa dilakukan dengan memanfaatkan apapun yang ada di rumah (dokpri)

Begitu juga dengan homeschooling, itu adalah pilihan. Jadi kalau menurut saya, bicara soal pilihan itu bukan perkara baik dan buruk, karena semua pilihan itu mengandung konsekuensi dan tanggung jawab.

Bicara soal pilihan, itu berhubungan dengan kenyamanan. Kenyamanan keluarga kami tentu berbeda dengan keluarga yang lain. Tidak bisa disamakan.

Bicara tentang homeschooling sebagai jalur pendidikan informal, tentu sangat menarik.

Silakan jika ada Kompasianer yang juga menerapkan sistem homeschooling bagi pendidikan anak, boleh juga ya share di kolom komentar! Atau jika ada pertanyaan seputar homeschooling, boleh disampaikan juga untuk nanti saya bahas di tulisan berikutnya.

Jombang, 25 Juli 2024

Luana Yunaneva

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun