Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Trainer BNSP RI, Public Speaker & Professional Hypnotherapist email: Luanayunaneva@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Banjir Unggahan MPLS di Gawai, Orang Tua Mulai Abai?

19 Juli 2024   10:10 Diperbarui: 20 Juli 2024   06:26 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi KTP dan KK (sumber: Dispendukcapil Kabupaten Pati)

Kata kuncinya adalah semua yang kita unggah dan tampilkan di media sosial adalah data. Nah, data digital itu tidak dapat musnah sepenuhnya, meski sudah dihapus dan tidak lagi muncul di beranda kita. Kalau mau dicari, ada. 

Orang lain pun bisa saja sudah menyimpan data tersebut sebelum kita hapus. Bukankah screenshot dari gadget sangat mudah untuk dilakukan? Tak butuh waktu lama. Bahkan hanya dalam satu detik, dari genggaman tangan kita.

Tentu saja, kita berharap semua kontak WhatsApp di ponsel kita adalah orang baik. Kita ingin teman-teman di media sosial pun orang-orang yang baik. Namun sayangnya, tidak semua manusia adalah orang baik, terutama di era digitalisasi seperti sekarang.

Ilustrasi KTP dan KK (sumber: Dispendukcapil Kabupaten Pati)
Ilustrasi KTP dan KK (sumber: Dispendukcapil Kabupaten Pati)

Coba kita ingat kembali. Dulu kartu tanda penduduk (KTP) dan kartu keluarga (KK) bisa dibilang sulit untuk didapatkan datanya, karena hanya digunakan untuk urusan-urusan penting. 

Sekarang orang dengan mudahnya memberikan ke sejumlah pihak, termasuk yang tidak dikenal. Apalagi setelah data seluruh warga negara dibobol hacker beberapa waktu yang lalu.

Pun mengetahui nama ibu untuk mengakses data buku rekening di bank, kalau dulu hanya keluarga yang tahu. Namun kini, para ibu yang justru menyantumkan nama anak-anaknya di media sosial. Bukankah sedemikian mudah data anak-anak kita dibobol di masa depan?

Kita memang tidak bisa mengontrol apa yang ingin orang lain lakukan terhadap keluarga kita. Yang bisa kita lakukan adalah melindungi keluarga kita dengan segenap kemampuan kita. 

Begitu juga dalam pendokumentasian keluarga dan penggunaan media sosial. Tidak ada yang salah dengan proses dokumentasi, karena momen tumbuh kembang anak yang takkan pernah terulang kembali menjadi hal yang perlu diabaikan. 

Saya pun melakukan pendokumentasian proses tumbuh kembang anak. Namun, tidak selalu semunya diunggah ke media sosial, bukan?

"Lho, Mbak Luana kan orang tua juga! Jangan sok-sokan nasehatin deh! Jangan-jangan ikutan posting juga. Memang nggak posting kegiatan MPLS anaknya di sekolah?" Mungkin ada dari Kompasianer yang bertanya dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun