Berbagai rangsangan yang diterima sejak kecil, mampu menolong anak dalam tahap berikutnya yang menjadi topik utama kita, yaitu menulis. Proses yang harus dilalui balita pun tidak langsung memegang pensil ya, tetapi menguatkan otot-otot di jari dan tangannya.Â
Tidak heran, kalau kita menemukan beragam permainan sensori sebagai bagian dari persiapan menulis., bahkan sesederhana meremas slime. Semakin sering dilatih, semakin kuat juga otot-ototnya.
Sementara untuk membaca pun, prosesnya pun panjang. Bahkan sebenarnya orang tua dapat mengenalkan kegiatan ini sejak anak masih di dalam kandungan. Kalau sudah lewat masa hamil, bagaimana? Lakukan sedini mungkin.
American Academy of Pediatrics (AAP) pun mencatat tentang pentingnya membacakan buku untuk bayi sejak lahir. Hasilnya adalah anak-anak yang dibacakan cerita memiliki kosakata yang lebih banyak dan keterampilan matematika yang lebih maju, dibandingkan anak-anak lain seusia mereka di kemudian hari.Â
Hal yang tidak kalah penting nih, membacakan buku untuk bayi juga menjadi kesempatan untuk meningkatkan bonding dengan si kecil dan merangsang perkembangan kognitifnya. Dari situlah anak akan belajar membangun keterampilan bahasa, sosial, emosional, dan literasinya.
Kalau orang tua jarang bahkan tidak pernah membaca di rumah, bagaimana mungkin anak mampu melihat buku sebagai hal yang baik? Pastinya yang saya maksud bukan membaca status di HP ya, melainkan buku secara fisik.
Perlu diingat, bahwa anak adalah peniru ulung. Kalau orang tua jarang bahkan tidak pernah membaca buku di rumah, sudah tentu anak tidak memiliki sosok yang ditiru dalam membaca. Jadi, jangan salahkan anak juga kalau tidak suka buku.
Saya sudah melakukannya sendiri kepada anak. Sejak kecil, saya suka membacakan cerita untuknya. Gaya bahasa dan penyampaiannya menyesuaikan usianya. Awalnya, dia hanya tampak memperhatikan gambar dan warna tokoh di buku. Beberapa kali dibacakan pun, responnya sama. Namun saat dia sudah mulai bisa berbicara dengan jelas, dia tunjukkan kemampuannya. Mulai menyebutkan nama hewan, nama tokoh, warna benda-benda, hingga menceritakan isi buku berdasarkan ingatannya. Bisa dibilang, dia mampu menirukan cara saya membacakannya dengan urutan yang benar.
Dalam keseharian di rumah, saya membuat agenda membaca bersama. Kami duduk bersama, lalu membaca buku masing-masing.Â