Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Trainer BNSP RI, Public Speaker & Professional Hypnotherapist email: Luanayunaneva@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Maksimalkan Pikiran Anak untuk Stimulasi Baca-Tulis, Gimana Caranya?

3 Februari 2023   13:29 Diperbarui: 8 Februari 2023   15:40 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak sedang membaca buku di Yayasan Bustanul Hikmah milik Fauzi, penjual jamu di Sidoarjo, Minggu (7/4/2017).(KOMPAS.com/Rachmawati)

Beberapa waktu yang lalu, saat menemani anak bermain dengan teman-temannya, sejumlah ibu asyik mengobrol. 

Saya pun mendekati mereka yang sebenarnya juga tengah mendampingi anak-anaknya. Ternyata mereka sedang membicarakan proses tumbuh kembang anak. Topiknya beragam, mulai anak yang susah makan, kegiatan anak di sekolah, hingga kemampuan baca-tulis anak.

Bicara soal baca-tulis, tentu ini jadi pokok bahasan yang seru bagi para orang tua. Apa lagi kalau bukan para orang yang dituntut untuk ekstra sabar dalam mendampingi proses belajar anak. Bagi yang sudah berhasil membuat anak bisa membaca dan menulis, bahkan di usia dini, tentu menjadi prestasi dan kebanggaan tersendiri bagi orang tuanya.

Sementara bagi yang belum, tentu menjadi proses struggle tersendiri dengan usahanya. Mau mengajari anak sendiri atau mendaftarkan anak di guru les, itu jadi pilihan masing-masing orang tua yang tidak sepatutnya dihakimi. 

Bagi orang tua yang berusaha mengajari sendiri, berbahagia dan bersabarlah karena Anda mengambil peran secara langsung dan mengetahui prosesnya. 

Bagi orang tua yang memilih guru les karena sibuk bekerja, tak perlu berkecil hati, karena Anda tetap memikirkan dan mencarikan solusi agar persoalan ini tuntas.

Mungkin ada orangtua yang masih beranggapan bahwa anak harus bisa membaca dan menulis maksimal di usia enam tahun agar tidak buta huruf. Salah satu pemicunya adalah skill baca-tulis wajib dimiliki anak yang akan duduk di bangku sekolah dasar (SD). Padahal menurut saya, kegiatan membaca dan menulis adalah proses yang panjang.

Seorang anak memerlukan stimulasi sejak dilahirkan. Dia sangat menyukai berbagai rangsangan, entah penglihatan, pendengaran maupun sentuhan. Saat melihat benda dan warna baru, perhatian bayi pasti tertuju ke arah sana. Bayi pun berusaha mengembangkan semua indera sensori dan motoriknya secara maksimal untuk merasakan dan memaknai sesuatu. 

Seorang ibu mendampingi anaknya belajar menulis (ilustrasi: Kompas.com)
Seorang ibu mendampingi anaknya belajar menulis (ilustrasi: Kompas.com)

Makanya bayi kelihatan suka bengong atau melamun saat melihat sesuatu, terutama barang baru, karena dia sedang asyik menyelediki dengan caranya sendiri. Kalau sudah begini, saran saya, biarkan saja dan cukup amati. Tidak perlu ditanya, "Lihat apa, dek? Wah, benda apa itu ya? Kamu tau gak ini namanya apa? Ini biasanya dipakai Mama buat apa, hayo ?" Karena pertanyaan-pertanyaan seperti itu hanya mendistraksi atau mengganggu fokusnya.

Berbagai rangsangan yang diterima sejak kecil, mampu menolong anak dalam tahap berikutnya yang menjadi topik utama kita, yaitu menulis. Proses yang harus dilalui balita pun tidak langsung memegang pensil ya, tetapi menguatkan otot-otot di jari dan tangannya. 

Tidak heran, kalau kita menemukan beragam permainan sensori sebagai bagian dari persiapan menulis., bahkan sesederhana meremas slime. Semakin sering dilatih, semakin kuat juga otot-ototnya.

Waterbeads adalah salah satu media yang saya gunakan untuk menguatkan otot jari dan tangan anak, sekaligus mengenalkan warna (foto: Luana Yunaneva)
Waterbeads adalah salah satu media yang saya gunakan untuk menguatkan otot jari dan tangan anak, sekaligus mengenalkan warna (foto: Luana Yunaneva)

Sementara untuk membaca pun, prosesnya pun panjang. Bahkan sebenarnya orang tua dapat mengenalkan kegiatan ini sejak anak masih di dalam kandungan. Kalau sudah lewat masa hamil, bagaimana? Lakukan sedini mungkin.

American Academy of Pediatrics (AAP) pun mencatat tentang pentingnya membacakan buku untuk bayi sejak lahir. Hasilnya adalah anak-anak yang dibacakan cerita memiliki kosakata yang lebih banyak dan keterampilan matematika yang lebih maju, dibandingkan anak-anak lain seusia mereka di kemudian hari. 

Hal yang tidak kalah penting nih, membacakan buku untuk bayi juga menjadi kesempatan untuk meningkatkan bonding dengan si kecil dan merangsang perkembangan kognitifnya. Dari situlah anak akan belajar membangun keterampilan bahasa, sosial, emosional, dan literasinya.

Kalau orang tua jarang bahkan tidak pernah membaca di rumah, bagaimana mungkin anak mampu melihat buku sebagai hal yang baik? Pastinya yang saya maksud bukan membaca status di HP ya, melainkan buku secara fisik.

Perlu diingat, bahwa anak adalah peniru ulung. Kalau orang tua jarang bahkan tidak pernah membaca buku di rumah, sudah tentu anak tidak memiliki sosok yang ditiru dalam membaca. Jadi, jangan salahkan anak juga kalau tidak suka buku.

Saya sudah melakukannya sendiri kepada anak. Sejak kecil, saya suka membacakan cerita untuknya. Gaya bahasa dan penyampaiannya menyesuaikan usianya. Awalnya, dia hanya tampak memperhatikan gambar dan warna tokoh di buku. Beberapa kali dibacakan pun, responnya sama. Namun saat dia sudah mulai bisa berbicara dengan jelas, dia tunjukkan kemampuannya. Mulai menyebutkan nama hewan, nama tokoh, warna benda-benda, hingga menceritakan isi buku berdasarkan ingatannya. Bisa dibilang, dia mampu menirukan cara saya membacakannya dengan urutan yang benar.

Saya membacakan buku cerita untuk anak sebelum tidur (foto: Luana Yunaneva)
Saya membacakan buku cerita untuk anak sebelum tidur (foto: Luana Yunaneva)

Dalam keseharian di rumah, saya membuat agenda membaca bersama. Kami duduk bersama, lalu membaca buku masing-masing. 

Anak yang belum bisa membaca pun tetap dilibatkan, terlepas dia hanya membolak-balik buku, lalu mengganti buku bacaan saat sudah bosan. Toh, itu merupakan bagian proses membaca sesuai usianya. Sesekali boleh jeda untuk membacakan cerita bagi anak.

Karena saya suka membaca buku dan anak dikenalkan membaca sedini mungkin, buku pun menjadi hal yang istimewa untuknya. Anak suka sekali tiap dibelikan buku baru. Pun saat ada abang kurir berteriak, "Paket!" dan saya katakan, bahwa ada paket buku untuknya dari Opa dan Oma. Antusiasme juga ditunjukkannya setiap kali guru sekolah Minggu membacakan cerita dan membagikan buku pelajaran di kelas.

Dari pengalaman tersebut, saya melihat, betapa hebatnya Tuhan ciptakan otak manusia. Terutama pada usia dini, pikiran bawah sadar anak masih sangat aktif menyerap segala informasi yang diterimanya tanpa perlawanan, entah itu positif maupun negatif. 

Ya, pikiran bawah sadar anak ibarat spons cuci piring yang mampu menyerap semua air sabun di dalam wadah. Bahkan hingga air sabunnya habis.

Hal ini tentu menjadi PR bagi para orang tua, termasuk saya, perihal nilai-nilai apa yang mau kita tanamkan untuknya. Sistem pikiran bawah sadar yang masih aktif hingga usia 3 tahun, tentu harus dimaksimalkan. Pasalnya, pengalaman maupun hal-hal yang paling berkesan di hatinya, menjadi informasi yang terekam sangat kuat di pikiran bawah sadar. Semua informasi tersebut dijadikan anak sebagai amunisi untuk berpikir dan bertindak di kemudian hari.

Muatan emosi juga berperan penting saat aktivasi pikiran bawah sadar. Emosi positif mampu membuat anak lebih menikmati hidup, percaya diri dan mudah meraih kesuksesan. Sementara emosi negatif berpotensi menorehkan luka di hati dan menyebabkan trauma pada anak. Efeknya mungkin tidak sekarang, tetapi bisa saja belasan hingga puluhan tahun yang akan datang. Hal ini juga sering saya temukan pada klien-klien saya di ruang hipnoterapi.

Untuk itu, kita sebagai orang tua perlu duduk dan merenung sejenak. Baca-tulis adalah satu dari sekian banyak ketrampilan yang perlu dimiliki anak di masa depan. Terkait hal ini, kira-kira proses belajar yang bagaimanakah yang ingin kita terapkan kepada anak agar anak nyaman dan senang menjalaninya?

Bagi para orangtua yang sudah melewati fase ini, boleh donk sharing bagaimana serunya proses belajar baca-tulis kepada anak! Harapannya, ada banyak orang tua yang juga terbantu dengan pengalaman kalian.

Surabaya, 3 Februari 2022

Luana Yunaneva, S.I.Kom., CPS, CHt., CI

Hipnoterapis profesional & founder @serenityhipnoterapi.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun