Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Professional Hypnotherapist & Trainer BNSP email: Luanayunaneva@gmail.com youtube: www.youtube.com/@luanayunaneva

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Mengemis Online, Kamu Sehat Mental?

18 Januari 2023   11:35 Diperbarui: 22 Januari 2023   13:02 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengemis| Dok Shutterstock via Kompas.com

Mengemis atau meminta-minta uang kerap dianggap sebagai pekerjaan yang tidak layak. Bahkan saya menemukan ada sebuah situs yang menuliskan bahwa mengemis adalah perbuatan yang hina, sehingga diharapkan, manusia bekerja keras untuk mendapatkan uang. 

Ya, pada dasarnya ada banyak cara untuk memperoleh penghasilan, entah itu menjual barang maupun jasa.

Namun di tengah perkembangan teknologi sekaligus maraknya pekerjaan baru yang muncul dewasa ini, tampaknya ada tren baru pula dalam mengemis, yaitu mengemis online. 

Pada awal tahun 2023 ini, netizen mendapatkan suguhan fenomena mengemis online di aplikasi Tiktok. Mengutip kompas.com, kontennya pun beragam, mulai live saat berendam, mandi, sampai mandi lumpur. Mereka yang terlibat tidak hanya anak muda, tetapi juga lansia.

Saat ini, saya tidak ingin terlalu banyak mengomentari tentang baik-buruknya, nilai yang dipegang, fenomena tren baru ini, adanya oknum yang memanfaatkan kesusahan orang lain, dan sebagainya. Namun sebagai praktisi kesehatan mental, saya justru melihat adanya mental block yang berhubungan dengan masalah uang.

Begini, dalam kondisi normal dan berkesadaran penuh, ketika seseorang ingin mendapatkan uang, dia akan bekerja keras. Apapun profesi dan bidangnya, prinsipnya adalah pekerjaan yang dijalani tersebut halal. 

Jumlah penghasilan yang didapatkan tergantung kesepakatan atau kontrak kerja di awal, jika orang tersebut bekerja di perusahaan, kantor, instansi, maupun perorangan. 

Berbeda dengan wirausaha di mana semakin dia berusaha keras untuk menjual barang atau jasanya, semakin banyak pula uang yang didapatkan. Sebut saja penjual es teh seharga Rp3.000,00 sekalipun. 

Ketika dia berusaha menjajakan minumannya di jalanan atau pun lewat aplikasi, dia sadar, bahwa ini adalah perjuangan yang halal untuk menghidupi keluarganya, membayar uang sekolah anaknya, mencicil rumah, dan sebagainya.

Ilustrasi Mengemis (Foto: Wesal TV)
Ilustrasi Mengemis (Foto: Wesal TV)

Namun, ketika seseorang memutuskan untuk mengemis, bisa dikatakan ini adalah usaha yang "mentok" alias paling akhir. Pada dasarnya, siapa sih yang mau mengemis di jalanan? Apalagi jika dipertontokan di media sosial, tentu ada urat malu yang (terpaksa) diputus demi mendapatkan uang.

Pertanyaannya, apakah mengemis online dilakukanya HANYA demi viral di media sosial?

Mungkin saja.

Namun, apa yang kira-kira membuat seseorang mengambil keputusan untuk mengemis online?

Ilustrasi impian berkelimpahan dalam finansial (dok: Tilvah Lake Recovery)
Ilustrasi impian berkelimpahan dalam finansial (dok: Tilvah Lake Recovery)

Mental block, salah satunya.

Pernahkah Anda mendengar pernyataan seperti mencari uang itu susah? Atau bahkan Anda pernah mengalami sendiri mendapat kalimat seperti itu? Atau justru Anda sendiri pernah mengeluhkan betapa sulitnya untuk mendapatkan uang?

Dari mana datangnya mental block perihal keuangan tersebut?

Pertama, sosok yang punya peranan besar dalam hidup seseorang. Salah satunya adalah keluarga. 

Seringkali, apapun yang disampaikan oleh orangtua atau orang yang kita anggap berpengaruh besar dalam hidup, langsung kita terima. Bahkan tidak jarang, pesan itu langsung masuk ke pikiran bawah sadar, diterima, dan dijalankan dengan baik. Terlepas pesan tersebut baik atau buruk.

Kedua, pesan itu diulang terus-menerus. Mungkin dulu saat masih kecil, kita pernah bahkan sering mendengarkan orangtua mengeluhkan, bahwa bekerja itu melelahkan, mencari uang itu susah, dan sebagainya. 

Kemudian pesan yang sama kita dengar saat berkumpul dengan keluarga besar, belajar di sekolah, bertemu tetangga, nongkrong dengan teman yang baru lulus kuliah dan belum bekerja. 

Belum lagi ketika kita membaca berita di media massa bahwa ada pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran. Semakin kita sering terpapar bahwa pesan bahwa mencari uang itu sulit, semakin kita meyakini bahwa memang benar mencari uang itu sulit.

Ketiga, ketika kita mulai menyerap sebagian bahkan semua aspek dari sosok yang kita anggap penting. Bisa orangtua, keluarga, idola, guru, dan sebagainya. 

Ketika mereka menyatakan betapa sulitnya mencari uang, ditambah dengan input kita sebelumnya terkait hal yang sama, semakin tertanam pula di pikiran bawah sadar bahwa mendapatkan uang benar-benar sulit dan wajar karena semua orang (yang kita kenal dan anggap penting) merasakan dan mengalami kesulitan yang sama.

Keempat, ketika kita merasakan emosi yang intens terkait uang, baik emosi positif maupun negatif. 

Biasanya, hal ini tidak lepas dari pengalaman di masa lalu, seperti pernah dibentak orangtua saat meminta uang jajan, mengalami perut lapar saat jam istirahat sekolah, merasa sedih saat tidak membawa uang jajan ke sekolah, setiap hari makan sayur blendrang atau sayur yang dihangatkan terus-menerus agar dapat dikonsumsi selama beberapa hari, hampir setiap hari makan mie instan untuk mengirit biaya hidup, memenangkan lomba Agustusan berhadiah uang tunai, dan sebagainya. 

Beberapa contoh pengalaman di atas, tentu memiliki kesan dan emosi tersendiri di hati pemiliknya. Bahkan melekat sangat kuat. Semakin kuat emosi yang dirasakannya pada peristiwa itu, semakin kuat juga efeknya di pikiran bawah sadar.

Lalu bagaimana caranya untuk menghilangkan mental block perihal keuangan tersebut?

Salah satu caranya adalah menggunakan metode hipnoterapi. Hipnoterapi adalah proses pemrograman pada diri seseorang, dengan cara melewati pikiran bawah sadar dan langsung berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar tersebut. 

Hipnoterapi tergolong cara yang cepat dan efektif untuk bisa langsung masuk ke pikiran bawah sadar, berkat kondisi relasasi pikiran yang sangat dalam.

Saya yakin, Kompasianer yang membaca tulisan ini adalah orang-orang yang bekerja keras dan cerdas untuk menghidupi keluarga dengan cara yang halal. Namun, mental block tak pandang bulu menghinggapi diri seseorang, bahkan tanpa orang tersebut menyadarinya. 

Nah, di antara keeempat hal di atas, nomor berapakah yang pernah kamu alami?

Surabaya, 18 Januari 2022

Luana Yunaneva, S.I.Kom., CPS, CHt., CI.

Founder @serenityhipnoterapi.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun