Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Professional Hypnotherapist & Trainer BNSP email: Luanayunaneva@gmail.com youtube: www.youtube.com/@luanayunaneva

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Anggun C. Sasmi, Penyanyi Era 90s yang Selalu di Hati

9 Januari 2021   23:02 Diperbarui: 9 Januari 2021   23:51 1374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sesudah melakukan wawancara, saya berfoto dengan Direktris Institut Francais Indonesia (IFI) Surabaya, Veronique Mathelin dan Penanggung Jawab Bidang Komunikasi dan Budaya IFI Surabaya, Pramenda Krishna (foto: Luana Yunaneva)

Beberapa tahun belakangan ini, K-Pop bisa dikatakan cukup merajai industri hiburan di Tanah Air. Tidak hanya melalui internet, sejumlah stasiun televisi tampaknya mulai menyoroti popularitas bintang-bintang Korea untuk memberikan nuansa segar, bahkan pada program berita di awal tahun 2021. Meski racun K-Pop sudah menyebar, tampaknya saya masih keukeuh dengan kecintaan pada music 90s Indonesia. Ya, saya masih mengidolakan Anggun Cipta Sasmi sejak kecil hingga saat ini.

Ketika sejumlah teman seangkatan mengetahui bahwa saya pecinta berat Anggun, seringkali saya dicap tua duluan, karena menyukai penyanyi yang hits di saat saya belum lahir. Jelas saja, saya lahir pada tahun 1990-an, sedangkan Anggun merilis album pertamanya yang bertajuk Dunia Aku Punya pada tahun 1986.

Kecintaan saya pada sosok Anggun tidak lepas dari sosok Papa yang mengenalkan musik rock terutama slow rock ketika saya duduk di kelas empat SD. Kecintaan saya pada dunia tarik suara pada saat itu, mendorong Papa untuk mengenalkan genre musik tersebut yang menurut beliau, suara saya cocok untuk menyanyikan lagu-lagu milik Nike Ardilla, Nicky Astria, Inka Christie, Mel Shandy, dan Anggun C. Sasmi. Di antara nama-nama tersebut, Anggun memang nama paling akhir yang saya kenal, namun paling saya ikuti lagu-lagunya hingga saat ini, baik dalam versi bahasa Indonesia, Inggris, dan Perancis. Saya pernah menuliskannya sekilas di sini.

Beberapa koleksi CD para ladies rocker Indonesia yang saya miliki (foto: Luana Yunaneva)
Beberapa koleksi CD para ladies rocker Indonesia yang saya miliki (foto: Luana Yunaneva)
Lagu dari Anggun yang pertama kali saya dengar adalah Mimpi. Lagu yang diiringi piano tersebut berhasil menghipnosis saya, sehingga saya pun berusaha mencari tahu siapa penyanyinya, bagaimana liriknya, hingga lagu-lagu apa saja yang dihasilkan penyanyinya. SIngkat cerita, ketika saya menemukan sosok Anggun yang masih muda, namun sudah berkiprah ke Perancis, membuat saya berdecak kagum dan semakin mengidolakannya.

Perlahan tapi pasti, dengan bantuan internet, saya mencari tahu dan mengumpulkan koleksi lagu dari wanita kelahiran Jakarta, 29 April 1974 ini. Mengetahui hal tersebut, Papa pun menambah koleksi CD Anggun untuk bisa saya nyanyikan sendiri di rumah dan itu membuat saya sangat senang.

Masih di kisaran tahun 1999, saya mulai ingin mencari tantangan baru. Tak cukup mempelajari lagu-lagu berbahasa Indonesia dan Inggris milik Anggun, saya pun memberanikan diri untuk mendengarkan lagu In Your Mind, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis menjadi tre Une Femme.


Wah, keren nich lagunya! Demikian pemikiran saya saat itu. Alunan lagu bernuansa Timur Tengah yang menghentak dan membuat badan ini ingin bergoyang, menjadi terdengar semakin seksi ketika dinyanyikan dalam bahasa Perancis yang pelafalannya sengau. Saya yang kala itu masih duduk di bangku sekolah dasar merasa gemas, karena saya ingin menyanyikannya, namun saya tidak dapat melafalkannya. Ah, jangankan melafalkannya, Anggun menyanyi hingga lirik mana pun, saya tidak paham, hahaha. Berkali-kali saya memutar lagu itu, namun saya justru pusing dan frustasi, hingga akhirnya saya menyerah.  Oke, saya akan menyanyikan lagu-lagu Anggun berbahasa Indonesia dan Inggris saja.

Salah satu album Anggun yang terkenal di era 90s (foto: Wikipedia)
Salah satu album Anggun yang terkenal di era 90s (foto: Wikipedia)
Berkat lagu milik Anggun pun, saya memiliki kesan menarik pada saat duduk di kelas dua SMA. Pada saat pelajaran bahasa Inggris, guru saya, Bapak Bambang Yulianto bersenandung kecil di depan kelas. Liriknya begini, "Terkadang aku pun berkhayal." Saya yang saat itu tengah asyik menulis merasa tidak asing dengan lirik tersebut. Lalu beliau bertanya, "Ada yang tahu ini lagunya siapa ?"

"Anggun," saya jawab spontan sembari terus menulis.

"Apa judulnya?"

"Takut," saya kembali menjawabnya dengan nada datar dalam posisi masih asyik menulis.

"Yak, betul. Siapa itu tadi yang menjawab? Ayo maju ke depan !"

Praktis, saya yang semula duduk di bangku paling pojok belakang diminta untuk maju ke depan kelas. Beliau agak terkejut, bagaimana bisa saya mengetahui lagu jadul ini, di mana teman-teman sekelas pun tidak ada yang mengetahuinya. Singkat cerita, saya pun disuruh maju ke depan kelas.

Bukan menyanyinya yang membuat saya malu pada saat itu, namun lebih kepada lirik lagunya yang lucu dan konyol untuk dinyanyikan di depan kelas. Lagu ini menceritakan tentang anak remaja yang mengakui ingin punya pacar, namun ia juga takut kepada orang tuanya, karena dianggap masih kecil untuk berpacaran. Buat saya pribadi saat itu, it's okay kalau saya menyanyikan lagu tersebut di rumah, namun kalau di depan umum, rasanya big no, hahahaha. Nah, buat yang penasaran gimana lagunya, coba simak video ini!

Okay, saya masih bernostalgia tentang Anggun C. Sasmi ya. Ketika saya bekerja sebagai penyiar dan reporter di salah satu radio swasta di Surabaya beberapa tahun lalu, saya tidak menyangka kalau mendapatkan kesempatan untuk meliput agenda pusat kebudayaan Perancis. Kesempatan itu saya dapatkan secara tidak sengaja. Beberapa kali saya meliput, saya harus menggunakan jasa penerjemah dari lembaga tersebut ketika mewawancarai narasumber. Kalau narasumbernya bisa berbahasa Inggris, cukup aman bagi saya. Namun ketika tidak, praktis, proses wawancara pun tidak bisa leluasa. Dari situlah, saya memutuskan untuk belajar bahasa Perancis. Siapa tahu, suatu saat saya bisa bertemu dan mewawancarai Anggun secara langsung. Amin.

Sesudah melakukan wawancara, saya berfoto dengan Direktris Institut Francais Indonesia (IFI) Surabaya, Veronique Mathelin dan Penanggung Jawab Bidang Komunikasi dan Budaya IFI Surabaya, Pramenda Krishna (foto: Luana Yunaneva)
Sesudah melakukan wawancara, saya berfoto dengan Direktris Institut Francais Indonesia (IFI) Surabaya, Veronique Mathelin dan Penanggung Jawab Bidang Komunikasi dan Budaya IFI Surabaya, Pramenda Krishna (foto: Luana Yunaneva)
Kemudian saya teringat, kalau sudah belajar bahasa Perancis, tentu saja saya akan bisa menyanyikan lagu-lagu dari Anggun, hihihi. Meski baru belajar, dengan pedenya saya membuka lirik sembari mendengarkan lagu dengan judul yang sama tre Une Femme. Pertanyaannya, apakah saya langsung bisa menyanyi dengan lancar? Oh, tidak semudah itu, Ferguso!

Jika diibaratkan masuk sekolah, saya seperti belajar di bangku taman kanak-kanak. Belajar dengan melihat gambar yang ada di buku, mengamati gerak tubuh pengajar, dan mengeja alfabet. Jadi, saya benar-benar belajar dari nol. Sementara lagu tre Une Femme memiliki tempo sangat cepat. Orang Jawa biasa menyebutnya dengan kepontal-pontal, atau berkejaran dalam bahasa Indonesia.

Saya bersama teman-teman sewaktu mengikuti kelas percakapan bersama native speaker, Mademoiselle Marie di Bandung pada tahun 2017 (foto: Luana Yunaneva)
Saya bersama teman-teman sewaktu mengikuti kelas percakapan bersama native speaker, Mademoiselle Marie di Bandung pada tahun 2017 (foto: Luana Yunaneva)
Dari situ, saya pun belajar untuk legowo. Maksimalkan dulu proses belajarnya, sembari terus menyimak lagu-lagu berbahasa Prancis milik Anggun untuk membantu berlatih couter atau mendengarkan. Hingga akhirnya, ketika satu persatu lagu berbahasa Perancis milik Anggun dapat saya nyanyikan, ada rasa puas yang menyeruak di dalam dada. Kecintaan saya pada Anggun dan bahasa Perancis pun juga saya tuangkan dalam konsep pemberkatan pernikahan saya dan suami. Lagu berjudul La Fiance yang dinyanyikan Anggun dan Natasha St. Pier menjadi musik pengiring saat saya dan kedua orang tua masuk ke dalam gedung gereja. Lagu yang dirilis pada 22 April 2013 ini saya pilih karena sarat akan makna pernikahan. 

Di balik sosok Anggun sebagai seorang penyanyi, banyak hal yang membuat saya mengagumi sosoknya. Pengagum suaranya yang serak-serak basah, oh itu sudah jelas! Lebih jauh lagi, saya melihat sosoknya sebagai Diva Indonesia di usianya yang masih belia, Anggun tergolong berani untuk pergi jauh mengejar apa yang menjadi impiannya yang tak cukup hanya di dalam negeri. Apaagi pada saat itu teknologi belum secanggih sekarang, pemikiran orang tua belum banyak yang merelakan anak perempuannya pergi jauh ke negeri orang, menjalin relasi terutama dengan pihak asing tentu memiliki keunikannya sendiri, dan masih banyak tantangan yang dihadapi, itu pasti. Namun ketika ia bertahan dengan karakter yang khas, tentu ini menjadi kekuatan tersendiri dalam mewujudkan mimpinya. Tidak heran jika akhirnya beragam penawaran kolaborasi terus berdatangan kepada wanita yang pernah didapuk menjadi juri di Asia's Got Talent 2015 bersama David Foster, Melanie Chisholm, dan Vanness Wu  ini.

Pesona Anggun dalam balutan gaun berwarna merah (foto: http://www.chartsinfrance.net/)
Pesona Anggun dalam balutan gaun berwarna merah (foto: http://www.chartsinfrance.net/)
Termasuk ketika identitas wanita cantik kerap digambarkan dengan perempuan berkulit putih, berambut panjang dan pirang, Anggun tetap mempertahankan kulit sawo matang dan rambuh hitam panjangnya yang "Indonesia banget". Bahkan unsur yang ada di Indonesia, seperti alat musik dan kain batik kerap diusung dalam setiap karyanya.

That's why I love Anggun. Kalau kamu juga suka sama Anggun, dari sisi apanya nih ?

Kediri, 9 Januari 2021

Luana Yunaneva, S.I.Kom., CPS., CHt.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun