Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Trainer BNSP RI, Public Speaker & Professional Hypnotherapist email: Luanayunaneva@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Tren 2021: Menjaga Kesehatan Mental

6 Januari 2021   23:59 Diperbarui: 7 Januari 2021   05:40 1615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi beragam gangguan mental (foto:RSUD Mangusada)

Tahun 2020 tampaknya sudah menjadi sepanjang tahun yang melelahkan bagi semua orang di dunia.

Pasalnya, pandemi Covid-19 telah memberikan dampak dan perubahan yang sangat besar di segala sektor, baik itu pemerintahan, sosial, ekonomi, pariwisata, pendidikan, hingga keluarga yang merupakan elemen terkecil dari masyarakat.

Tidak heran, jika kita melihat ada banyak doa dan harapan untuk mendapatkan kondisi jauh lebih baik pada awal tahun 2021 yang dituliskan orang-orang melalui media sosial mereka, di mana ucapan tersebut terasa "berbeda" dibandingkan ucapan selamat tahun baru pada tahun-tahun sebelumnya.

Perbedaannya terletak pada harapan netizen untuk kondisi yang lebih baik, tenang dan bahagia pada tahun ini. Melihat hal tersebut, menjaga kesehatan mental akan menjadi salah satu tren 2021.

Sepanjang tahun lalu, lebih tepatnya saat pandemi merebak, kita melihat ada banyak emosi negatif yang tampak pada diri manusia. Ada orang yang merasa ketakutan untuk pergi keluar rumah, ada jiwa yang merasa tidak nyaman ketika berhadapan dengan orang lain, ada pihak yang marah lantaran kehilangan pekerjaan, ada hati yang terasa hampa ditinggalkan orang tercinta, dan masih banyak lagi.

Setidaknya itulah yang saya amati dari sejumlah klien maupun pengalaman rekan sesama hipnoterapis dalam beberapa grup WhatsApp. Sebagian klien merasakan emosi negatif hingga psikosomatis (pikiran atau emosi berlebihan yang menyebabkan keluhan pada fisik) sejak pandemi.

Bagi orang yang menyadari betapa bahayanya emosi negatif, itu bagus, karena mereka akan berusaha mencari pertolongan dari luar. Entah itu pasangan, keluarga, rekan kerja, hingga profesional. Semakin cepat mereka menyadari, semakin cepat pula mereka akan tertolong dan menjadi lebih baik.

Namun bagi orang yang tidak menyadari bahwa dirinya dilanda emosi negatif, hal ini justru membahayakan. Manusia terdiri atas tiga unsur, yaitu tubuh, pikiran dan perasaan. Jika ada salah satu yang bermasalah, tentu akan berdampak pada dua lainnya.

Contoh sederhananya, jika tubuh merasa sakit, tentu pikiran menjadi tidak fokus dan perasaan menjadi tidak nyaman. Pun emosi negatif yang terpendam bisa menumpuk pada diri manusia akan berdampak pada ketigal hal di atas. Jika ditahan, tentu saja ini akan menyebabkan penyakit baru di dalam tubuh, pikiran menjadi carut-marut, dan perasaan menjadi kacau.

Namun jika emosi negatif ini akhirnya meledak setelah berada pada puncaknya, tentu akan memberikan dampak kurang baik bagi orang-orang di sekitarnya, termasuk keluarga.

Sebaliknya, jika pikiran kita mengarah ke hal yang positif, tentu saja tubuh kita akan mendukungnya dengan menjadi bersemangat saat beraktivitas. Perasaan pun terbawa menjadi bahagia dan penuh percaya diri.

Pertanyaannya, bagaimana cara agar mental tetap sehat?

Pertama, pahami kondisi tubuh dan penuhi segala kebutuhannya. 

Menjaga pola makan kini menjadi hal utama yang harus diperhatikan masyarakat. Tubuh yang sehat hanya bisa dihasilkan oleh makanan bergizi seimbang. Makanan sehat tidak hanya dibutuhkan oleh para balita yang sedang dalam masa tumbuh kembang, tetapi juga semua umur. Didukung dengan istirahat cukup dan olahraga teratur, tentu akan membuat tubuh menjadi bugar saat beraktivitas.

Ilustrasi pola hidup sehat (foto: Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng)
Ilustrasi pola hidup sehat (foto: Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng)
Kalau Anda merasa tubuh memerlukan perawatan khusus seperti pijat dan perawatan kecantikan agar lebih nyaman dan rileks, lakukan saja selama hal tersebut membuat Anda senang dan ada dana yang memang disediakan untuk itu.

Kalau tidak, Anda tetap dapat melakukan dan membuatnya sendiri. Layanan internet yang cepat tentu akan sangat menolong Anda saat mencari informasi perihal cara untuk tetap nyaman, walau berada di rumah saja.

Kedua, fokus dan batasi pikiran

Secara alamiah, manusia tercipta untuk melakukan kegiatannya secara teratur dan terstruktur.

Contohnya saja, ketika mengawali hari dengan doa atau ibadah dalam suasana hati yang tenang dan pikiran tertuju kepada Yang di Atas, biasanya hampir semua agenda selama sehari akan berjalan dengan baik.

Sebaliknya, ketika bangun bagi dalam keadaan terburu-buru atau marah, kita akan merasakan kekacauan selama seharian.

Ilustrasi menulis jurnal (foto: sevima.com)
Ilustrasi menulis jurnal (foto: sevima.com)
Untuk itu, biasakan menulis agenda apa saja yang akan dilakukan sepanjang hari. Jurnal harian akan menolong pikiran kita tetap fokus pada rencana yang telah dibuat maupun menjadi "teman curhat" tentang perasaan dan kejadian yang dialami.

Selain itu, lakukan meditasi agar kita dapat menjadi lebih fokus dan melihat jauh ke dalam diri. Tentukan waktu meditasi di mana Anda merasa longgar dan santai.

Pagi setelah bangun tidur dan malam sebelum tidur, kerap menjadi pilihan sebagian orang untuk bermeditasi. Kalau merasa kesulitan perihal cara melakukan meditasi yang benar, saat ini mulai marak tren meditasi secara online yang dapat Anda manfaatkan. Namun pastikan lokasi dan sinyal internet yang bagus, agar proses meditasi online berjalan dengan bebas hambatan.

Ilustrasi meditasi (foto: lifestyle.kompas.com)
Ilustrasi meditasi (foto: lifestyle.kompas.com)
Selanjutnya, batasi konsumsi otak Anda. Semakin banyak mengonsumsi berita-berita tentang Covid-19, otak Anda akan semakin dihantui rasa takut dan cemas.

Sebaiknya, pilih bacaan maupun tontonan yang menghibur dan memotivasi. Dengan begitu, hati akan merasa senang dan imun tetap terjaga.

Ketiga, menjaga perasaan

Ibadah menjadi pagar yang paling ampuh untuk menjaga hati manusia. Ya, terkoneksi dengan Sang Pencipta menjadi pelindung manusia dari segala marabahaya.

Pada dasarnya, ketika beribadah, kita telah menurunkan gelombang energi kita menjadi theta, di mana kita akan sangat fokus pada Tuhan, sehingga pencerahan apapun yang kita terima akan menancap dengan sempurna ke dalam pikiran bawah sadar.

Ilustrasi beragam jalan yang ditempuh manusia untuk terkoneksi dengan Tuhan (foto: Qureta)
Ilustrasi beragam jalan yang ditempuh manusia untuk terkoneksi dengan Tuhan (foto: Qureta)
Merasa tak cukup dengan berdoa, Anda dapat meminta bantuan profesional. Sebut saja untuk penanganan masalah stres, depresi, kecemasan berlebih, trauma, fobia, dan sebagainya.

Pilihan Anda bisa jatuh pada psikolog untuk penanganan kasus melalui pikiran bawah sadar, psikiater untuk penanganan kasus melalui obat-obatan, dan hipnoterapis untuk penanganan kasus melalui pikiran bawah sadar.

Untuk psikolog dan psikiater, saya tidak bisa menjelaskan terlalu banyak, karena hal ini di luar ranah saya. Namun untuk hipnoterapis, sesuai dengan profesi yang saya geluti saat ini, saya akan berusaha membagikannya sesuai dengan pemahaman yang saya miliki.

Proses hipnoterapi yang saya lakukan kepada salah seorang klien yang mengalami kepanikan berlebih (foto: dokpri)
Proses hipnoterapi yang saya lakukan kepada salah seorang klien yang mengalami kepanikan berlebih (foto: dokpri)
Hipnosis atau hipnoterapi merupakan salah satu jenies terapi untuk mengatasi masalah kesehatan mental minim risiko. Tanpa obat. Sifatnya pun ilmiah dari segi ilmu pengetahuan.

Metode yang digunakan adalah rileksasi, konsentrasi dan perhatian dan terfokus, sehingga akan memunculkan kesadaran yang lebih tinggi atau biasa disebut dengan trance. Pada saat mengalami trance, fokus klien akan menjadi sangat bagus, sehingga lebih mudah menerima sugesti.

Untuk dapat memasuki trance, seorang hipnoterapis akan melakukan sejumlah teknik rileksasi dulu sebagai panduan klien. Sebenarnya pada saat proses berlangsung, klien masih dalam keadaan sadar.

Hanya saja, tubuhnya terasa rileks dan santai, sementara pikirannya akan lebih responsive pada perkataan hipnoterapis. Sugesti yang diberikan oleh hipnoterapis pun tidak boleh sembarangan, tetapi tergantung dari kebutuhan klien.

Sesi terapi biasanya membutuhkan waktu satu hingga empat jam, tergantung dari kasus yang ditangani dan respons klien selama proses terapi.

Terkait jumlah terapi, tentu tergantung dari berat atau ringannya kasus dan pengamatan dari hipnoterapis. Tentunya motivasi, mindset, dan mental kerap menjadi hal yang ditata ulang oleh praktisi hipnoterapi.

Dari ketiga tips di atas, mana yang sudah Anda jalankan untuk menjaga kesehatan mental di tahun 2021 ? Silakan sharing di kolom komentar ya...

Kediri, 6 Januari 2021

Luana Yunaneva, S.I.Kom., CPS, CHt.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun