Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Trainer BNSP RI, Public Speaker & Professional Hypnotherapist email: Luanayunaneva@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Nyaman Jalani Passion sebagai Public Speaker Itu Anugerah

31 Desember 2019   22:11 Diperbarui: 31 Desember 2019   22:11 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya mengajar public speaking di salah satu kampus di Kota Bandung (foto: dokpri)

Bagi sebagian orang, memiliki pekerjaan yang bergengsi dan bisa menghasilkan banyak uang itu namanya rezeki. Namun bagi saya, bekerja sesuai passion adalah sebuah anugerah. Mengapa bisa saya katakan demikian?

Ya, dengan bekerja sesuai passion, saya melakukan suatu kegiatan yang benar-benar saya sukai dan cintai dengan tulus dan sukacita. Tanpa ada paksaan sedikit pun.

Ibaratnya kalau sedang memasak, kata orang-orang dulu, "Memasaklah dengan hati." Benar saja, ketika memasak "dengan hati", rasanya pun menjadi sangat enak dan lezat.

Passion dalam bidang public speaking, saya sadari sejak duduk di bangku sekolah, di mana saat itu public speaking belum menjadi tren seperti sekarang. Proses bermain dengan kata-kata tersebut saya awali dari hobi menulis cerita pendek dan novel sejak duduk di kelas 5 sekolah dasar (SD).

Saya juga selalu mempersiapkan materi dengan baik ketika ada tugas presentasi dan pidato di dalam kelas. Tidak heran jika saya selalu "klik" dengan guru-guru bahasa, baik bahasa Indonesia maupun Inggris.

Menyadari kecintaan saya bermain kata-kata, akhirnya saya memutuskan untuk berkuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi, Peminatan Komunikasi Massa di Universitas Brawijaya Malang. Alasan saya mengambil jurusan ini adalah keinginan saya untuk berkarya dan bekerja dengan #BebaskanLangkah sesuai minat dan bakat.

Keinginan untuk menjalani passion tersebut tentu bukan tanpa perjuangan. Ada hal-hal yang harus diperjuangkan, terutama di awal.

Pertama, mempelajari hal baru di luar kebiasaan semula. Saya yang merupakan siswa jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) harus rela "banting setir" mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) saat kelas 3 sekolah menengah atas (SMA).

Pasalnya, jurusan ilmu komunikasi mewajibkan para pelamarnya mengikuti seleksi masuk dari jurusan yang sama, yakni IPS.

Kedua, siap menanggung konsekuensi. Kesiapan ini harus saya miliki sejak pertama kali menyatakan kepada kedua orang tua, "Pa, Ma, mulai semester depan, saya tetap belajar IPA untuk ujian nasional.

Tapi saya juga mau memperdalam IPS dengan membeli buku, mempelajari sendiri, dan mengikuti try out di sekolah-sekolah dan bimbingan belajar lain." Orang tua terkejut? Pasti.

Mereka mempertanyakan alasan saya dan menjelaskan kekhawatiran mereka jika saya banting setir. Namun, saya berusaha menunjukkan keseriusan saya dengan menunjukkan prestasi yang tetap baik dalam bidang eksak, meski tengah nyambi bidang sosial.

Ketiga, konsisten. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan ketik nama saya tercantum sebagai salah satu peserta yang lolos seleksi. Artinya, perjuangan saya tidak sia-sia.

Namun saya menyadari, ini bukanlah akhir melainkan awal proses yang harus saya jalani di mana saya harus mempertanggungjawabkan dan menunjukkan kepada orang tua bahwa pilihan yang saya ambil ini benar. 

Tak cukup saya kuliah dengan baik dan menunjukkan indeks prestasi kumulatif (IPK) yang bagus, tetapi juga mengembangkan potensi diri sehubungan passion yang dimiliki. Saat kuliah, saya mengikuti sejumlah kegiatan, seperti paduan suara mahasiswa, klub sinematografi dan radio.

Saya siaran di radio komunitas tahun 2010 (foto: dokpri)
Saya siaran di radio komunitas tahun 2010 (foto: dokpri)
Terkadang, ketidaksengajaan merupakan cara Tuhan mempertemukan kita dengan passion yang belum disadari. Seperti itulah proses yang saya alami, ketika saya bergabung di radio komunitas kampus. Berawal dari ajakan teman kos yang merupakan penyiar radio tersebut, saya pun teringat akan keinginan saya menjadi seorang penyiar radio sejak bangku SMA sehingga saya memutuskan bergabung dengan radio itu pada 9 Maret 2019.

Tak disangka, meski berlabel radio komunitas, siapapun yang bergabung di dalamnya dididik secara profesional oleh para konsultannya. Mulai dari nol, saya belajar banyak hal di sana. 

Mulai dari cara membuat naskah radio, bersiaran menggunakan bahasa tutur dan beragam ekspresi, menjalin relasi dengan orang lain, mengurus administrasi radio, menjadi event organizer (EO), dan masih banyak lagi. Proses demi proses yang saya lalui, membuat saya yang awalnya pendiam -- menurut teman-teman di radio -- menjadi lebih banyak berbicara.

Saya bersama rekan radio komunitas dalam acara pengukuhan regenerasi tahun 2011 (foto: dokpri)
Saya bersama rekan radio komunitas dalam acara pengukuhan regenerasi tahun 2011 (foto: dokpri)
Saya pun tidak menyangka, berawal dari radio komunitas, karier saya berlabuh ke salah satu radio berita di Surabaya pada Januari 2013. Tempaan yang saya jalani di radio komunitas dengan tetap masuk siaran sekalipun hari libur, tidak membuat saya kaget ketika harus tetap masuk kerja saat libur lebaran.

Ya, ketika orang-orang dengan bahagia mudik ke kampung halaman, saya harus bersiaran, melaporkan berita terkini seputar Idul Fitri dan arus lalu lintas.

Passion dalam public speaking juga tidak hanya terasah saat siaran tetapi juga sewaktu meliput ke lapangan dan mewawancarai narasumber. Berkat menjalani hidup sesuai passion, saya bersyukur dapat bertemu dan berbincang langsung dengan para petinggi instansi maupun musisi yang selama ini saya idolakan.

saya membacakan berita di salah satu radio berita swasta di Surabaya tahun 2014 (foto: dokpri)
saya membacakan berita di salah satu radio berita swasta di Surabaya tahun 2014 (foto: dokpri)
Pada April 2015, saya pun mendapatkan tawaran untuk mengelola salah satu media cetak di Kota Bandung, Jawa Barat. Kemampuan bermain kata-kata kembali saya jumpai di sini melalui pekerjaan yang saya geluti setiap harinya. Kesempatan memperdalam bahasa Perancis juga saya dapatkan hingga level B2.

Pun saya mendapatkan kesempatan untuk mengajar public speaking di salah satu perguruan tinggi di kota kembang itu. Sungguh, ini merupakan anugerah yang tak ternilai!

Saya mengajar public speaking di salah satu kampus di Kota Bandung (foto: dokpri)
Saya mengajar public speaking di salah satu kampus di Kota Bandung (foto: dokpri)
Pada Januari 2017, saya pun semakin dekat dengan passion public speaking yang dimiliki dengan bergabung di salah satu biro televisi nasional di yang berada di Kota Kediri, Jawa Timur. Apalagi, menjadi reporter dan presenter merupakan cita-cita saya sejak kecil. Ketika menyaksikan nama saya tertera di video rekamannya, saya seakan masih tidak percaya bahwa impian saya tercapai berkat keyakinan saya #BebaskanLangkah

Rasa tidak percaya terkadang masih menghampiri ketika menyaksikan siaran ulang di salah satu program televisi nasional (foto: dokpri)
Rasa tidak percaya terkadang masih menghampiri ketika menyaksikan siaran ulang di salah satu program televisi nasional (foto: dokpri)
Saya melaporkan berita secara live di salah satu stasiun televisi nasional (foto: dokpri)
Saya melaporkan berita secara live di salah satu stasiun televisi nasional (foto: dokpri)
Memperdalam passion dalam public speaking pun saya lakukan dengan mengikuti program sertifikasi yang diselenggarakan oleh Indonesian Professional Speakers Association (IPSA). Bersyukur, saya lulus sebagai Certified Public Speaker (CPS) dengan predikat Seroja atau terbaik pada 29 November 2017. Tak cukup sampai di situ, saya juga memperlengkapi soft skill dengan sertifikasi hipnotis dan hipnoterapis yang diadakan oleh The Indonesian Board of Hypnotherapy (IBH) pada Maret 2018.

Saya menerima penghargaan sebagai Certified Public Speaker (CPS) terbaik oleh Dr. Ponijan Liaw, Presiden IPSA (Foto: Widie)
Saya menerima penghargaan sebagai Certified Public Speaker (CPS) terbaik oleh Dr. Ponijan Liaw, Presiden IPSA (Foto: Widie)
Saya menerima penghargaan sebagai Certified Hypnotist and Hypnotherapist dari Kak Yohanes Supriyanto, Instruktur IBH (foto: dokpri)
Saya menerima penghargaan sebagai Certified Hypnotist and Hypnotherapist dari Kak Yohanes Supriyanto, Instruktur IBH (foto: dokpri)
Perasaan khawatir dan cemas yang dulu saya alami ketika pertama kali banting setir jurusan, tak lagi saya rasakan. Passion yang berangkat dari minat yang kemudian didukung dengan soft skill yang terus diasah dan dikembangkan dari waktu ke waktu, justru membuat langkah saya menjadi seorang public speaker semakin mantap.

Beberapa pelatihan atau training public speaking dari sejumlah instansi seperti kantor imigrasi, kantor pemerintahan dan komunitas, sudah dipercayakan kepada saya. Jadi, bagi Anda yang ingin mengadakan pelatihan public speaking maupun hipnoterapi, saya siap membantu.

Saya memberikan materi tentang cara berpenampilan menarik dalam pelayanan publik di Kantor Imigrasi Blitar, Desember 2018 (foto: dokpri)
Saya memberikan materi tentang cara berpenampilan menarik dalam pelayanan publik di Kantor Imigrasi Blitar, Desember 2018 (foto: dokpri)
Saya memberikan materi public speaking kepada ibu-ibu PKK Kelurahan Bagor, Kabupaten Nganjuk tahun 2018 (foto: dokpri)
Saya memberikan materi public speaking kepada ibu-ibu PKK Kelurahan Bagor, Kabupaten Nganjuk tahun 2018 (foto: dokpri)
Saya memberikan materi public speaking kepada ibu-ibu PKK Kecamatan Nganjuk, Kota Nganjuk pada tahun 2018 (foto: dokpri)
Saya memberikan materi public speaking kepada ibu-ibu PKK Kecamatan Nganjuk, Kota Nganjuk pada tahun 2018 (foto: dokpri)
Berfoto bersama para duta antinarkoba setelah memberikan pelatihan public speaking (foto: dokpri)
Berfoto bersama para duta antinarkoba setelah memberikan pelatihan public speaking (foto: dokpri)
Agar dapat menjalani passion dengan aman dan nyaman, tentu harus diimbangi perencanaan keuangan yang baik. Nah, untuk memfasilitasi kaum milenial yang suka menjalani passion tanpa rasa khawatir dan cemas seperti saya dan Anda, FWD Life mempunyai produk yang sangat bersahabat. Namanya adalah Bebas Berbagi. Dengan harga yang terjangkau, FWD Life bisa melindungi kita ketika melakukan aktivitas berisiko tinggi.

Kalau tidak mau ribet, langsung saja cek aplikasi FWD MAX. Aplikasi one stop solution ini bisa diakses langsung lewat ponsel Anda kapan pun dan di mana pun. Jadi nasabah dapat berasuransi sembari menikmati hidup tanpa batas, sesuai passion yang dimiliki, cukup dengan sekali klik.

Sudahkah Anda menjalani passion dengan aman dan nyaman? Percayakan saja pada #FWDBebasBerbagi!

Kediri, 31 Desember 2019

Luana Yunaneva, CPS, CH., CHt.

Tulisan ini pertama kali dipublikasikan untuk Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun