Ketika hendak merayakan Paskah, biasanya umat Kristiani sudah menyiapkan berbagai rangkaian acara sejak jauh-jauh hari, bahkan bulan sebelumnya. Kemasan acara sengaja dibuat semenarik mungkin agar dapat dinikmati jemaat secara bersama-sama. Salah satu konsep acara yang dapat digunakan adalah permainan di alam terbuka.
Lalu, tibalah saat yang dinantikan anak-anak tersebut, yakni sesi permainan. Keceriaan para bocah yang berusia mulai balita hingga pelajar kelas tiga sekolah menengah atas (SMA) itu tampak ketika mereka harus berlarian dan berebut bola bersama ketiga tim yang sebelumnya telah dibagi.
Berbicara tentang lomba mencari telur, saya teringat bahwa permainan ini jarang absen pada peringatan Paskah, terutama bagi anak-anak sekolah Minggu. Setidaknya ketika masih kecil, saya selalu mengikuti kegiatan ini, entah di gereja maupun sekolah.
Gembala Sidang GBI Karunia Kediri, Pdt. Ed Merdhiriawan, S.K.H., M.A. mengatakan, bahwa lomba mencari telur tidak diwajibkan dalam perayaan Paskah. Pun pengadaan telur itu sendiri sebagai bingkisan untuk dibawa pulang jemaat. Namun ia mengatakan bahwa ada makna tersirat dari umat Kristiani yang menggunakan telur sebagai salah satu lambang dalam momentum Paskah. Dituturkannya, telur merupakan lambang sebuah kehidupan.
Ia melanjutkan bahwa kelahiran makhluk hidup baru melalui telur tersebut ibarat Yesus yang rela mati demi menebus manusia dari dosa.
“Ketika Yesus rela disalibkan dan bangkit dari kubur pada hari yang ketiga, yakni Minggu Paskah, ini merupakan momen kelahiran baru. Manusia menjadi “sosok” yang baru karena dosanya telah ditebuskan melalui darah Yesus.”
Selamat Paskah bagi Anda yang merayakannya. Damai di hati, damai di bumi. Tuhan memberkati.
Kediri, 16 April 2017
Luana Yunaneva
Tulisan ini telah dipublikasikan di blog pribadi penulis beberapa menit sebelumnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H