Ia melihat ada negosiasi yang dilakukan antara pihak penyelenggara KKR dan pendemo. Namun, ia tidak bisa mengikutinya dengan jelas karena jarak yang cukup jauh. Ia melihat ada polisi dan tentara yang diduganya sekadar mengawasi. Hingga akhirnya sekitar pukul 18.00, kata Wahyu, semua orang diperintahkan keluar gedung, kecuali panitia dan ormas.
Bersama para penatalayan ibadah dan jemaat yang sudah berada di lokasi sejak sore bahkan siang, Wahyu hanya bisa mengamati situasi. Dalam hati, ia berdoa ketika sejumlah pihak berwenang melakukan mediasi. Ia juga mengamati, Penerbit Momentum yang membuka stand mulai mengemasi buku-buku yang dijual.
Sementara itu, kata Wahyu, panitia belum bisa memberikan kejelasan mengenai KKR Natal akan tetap diadakan atau tidak. Jika jemaat ingin pulang, dipersilakan. Tetapi jika jemaat ingin menunggu, tidak apa-apa. Hanya saja, panitia tidak bisa memberikan jaminan kalau acara akan tetap berlangsung.
“Salah seorang peserta KKR lantas meminta kita berdoa bersama. Selepas berdoa, dari belakang ada panitia yang berkata bahwa Pak Tong ingin memberikan pesan Natal singkat, berdoa bersama dan menyalakan lilin. Sesudahnya, Pak Tong mengajak kita menyanyikan lagu "Malam Kudus",” Wahyu menceritakan. “Namun pendemo lantas berteriak tidak boleh bernyanyi, sambil kembali berteriak, 'Allahu Akbar'. Namun jemaat terus menyanyi walau hanya satu bait. Selepas itu, kita membubarkan diri dan pulang.”
Luana Yunaneva
Tulisan ini pertama kali dipublikasikan untuk Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H