Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Trainer BNSP RI, Public Speaker & Professional Hypnotherapist email: Luanayunaneva@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tambang untuk Kehidupan, Tak Sejauh Mata Memandang

13 November 2016   23:28 Diperbarui: 14 November 2016   00:03 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Ir. Sukmandaru Prihatmoko, M.Sc. memaparkan materinya dalam Nangkring

Namun sejak lima hingga sepuluh tahun terakhir, jumlah penemuan elemen tersebut menurun tajam karena berkurangnya kegiatan eksplorasi. Penyebabnya beragam, yakni harga komoditas yang jatuh akibat kondisi ekonomi yang masih belum stabil, tidak ada daerah eksplorasi baru, ketidakpastian hukum dan bisnis untuk berinvestasi di bidang pertambangan, hambatan akibat aktivitas penambangan tanpa izin (PETI) dan masalah sosial.

Sehubungan hal tersebut, tukas Sukmandaru, IAGI menyampaikan melalui siaran pers di Bandung, 11 Oktober 2016 yang berbunyi demikian

Siaran pers IAGI yang dijelaskan Sukmandaru (dokpri)
Siaran pers IAGI yang dijelaskan Sukmandaru (dokpri)
Melanjutkan Sukmandaru,  Dr.-Ing., Ir., Aryo Prawoto Wibowo, M.Eng memaparkan lebih jauh mengenai kontribusi usaha pertambangan terhadap masyarakat. Mengutip buku yang ditulis H.L. Hartman, pria yang akrab disapa Aryo ini menuturkan, sebagai bagian yang tak terpisahkan dan penting bagi manusia sejak zaman pra sejarah, hampir semua kebudataan manusia berhubungan dan bercirikan mineral atau olahannya, yakni Stone Age (0 – 4.000 SM), Bronze Age (4.000 – 1.500 SM), Iron Age (1.500 SM – 1.780 M), Steel Age (1780 – 1945) dan Nuclear Age (sejak 1945).

Ketua Pusat Riset Unggulan Kebijakan dan Keekonomian Minerba Institut Teknologi Bandung (FTTM ITB), Dr.-Ing., Ir., Aryo Prawoto Wibowo, M.Eng memaparkan materinya dalam Nangkring
Ketua Pusat Riset Unggulan Kebijakan dan Keekonomian Minerba Institut Teknologi Bandung (FTTM ITB), Dr.-Ing., Ir., Aryo Prawoto Wibowo, M.Eng memaparkan materinya dalam Nangkring
Aryo mengatakan, banyaknya milestones inilah yang mendorong tercatatnya sejumlah sejarah. Mulai perjalanan Marco Polo ke China, perjalanan Vasco da Gama ke Afrika dan India, penemuan Colombus mengenai dunia baru, hingga pencarian emas besar-besaran yang melahirkan daerah pemukiman di California, Afrika Selatan, Australia dan Alaska.

Namun, di balik pesona industri pertambangan yang membuat manusia berbondong-bondong mengejarnya, ada sejumlah kerugian yang dimiliki.

“DI balik nilai investasi yang sangat besar, risikonya juga cukup besar. Apalagi ini berpotensi menciptakan perubahan pada situasi setempat. Barang tambang kan tidak bisa diperbaharui. Kita juga harus mengubah bentang alamnya. Sementara, sumberdaya manusia yang menguasai hal ini tidak banyak,” tandasnya.

Manager Community Health Development PT. Freeport Indonesia (PTFI), Kerry Yarangga memaparkan materinya dalam Nangkring
Manager Community Health Development PT. Freeport Indonesia (PTFI), Kerry Yarangga memaparkan materinya dalam Nangkring
Beruntung, selama ini Indonesia telah menjalin kerjasama dengan mitra strategis dalam bidang pertambangan, PT. Freeport Indonesia (PTFI). Perusahaan afiliasi dari Freeport-McMoRan ini menambang, memproses dan melakukan eksplorasi terhadap bijih yang mengandung tembaga, emas dan perak. Konsentrat tinggi produk yang mengandung tembaga, emas dan perak dikirim ke seluruh penjuru dunia.

Situs www.ptfi.com mencatat, perusahaan yang beroperasi di daerah dataran tinggi di Kabupaten Mimika, Papua tersebut telah menginvestasikan dana sebesar 7,7 miliar dollar Amerika Serikat (AS) untuk infrastruktur dan memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto Nasional lebih dari 60 miliar dollar AS sejak tahun 1992.

Dampak operasional PTFI untuk Papua dan Indonesia dari segi finansial (sumber: www.ptfi.co,id)
Dampak operasional PTFI untuk Papua dan Indonesia dari segi finansial (sumber: www.ptfi.co,id)
Tak hanya itu, Manager Community Health Development PTFI, Kerry Yarangga memaparkan bahwa pihaknya juga menyerap tenaga kerja dari Indonesia. Bahkan sejak tahun 1996, PTFI berkomitmen untuk melipatgandakan jumlah karyawan asli Papua yang memegang posisi manajemen strategis.

Serapan tenaga kerja PTFI (sumber: www.ptfi.co,id)
Serapan tenaga kerja PTFI (sumber: www.ptfi.co,id)
Kerry menambahkan, PTFI juga memiliki sejumlah program untuk pengembangan masyarakat, apalagi saatini Mimika termasuk salah satu daerah dengan tingkat migrasi terbesar di Tanah Air. Tak ayat, PTFI masih menjadi penggerak utama ekonomi di Papua.

Program Pengembangan Masyarakat oleh PTFI (sumber: www.ptfi.co,id)
Program Pengembangan Masyarakat oleh PTFI (sumber: www.ptfi.co,id)
Dari pemaparan ketiga narasumber tersebut, saya dan Kompasianers – para penulis Kompasiana – yang hadir mendapatkan banyak wawasan baru. Terlebih lagi perihal kedekatan manusia dengan tambang. Sifatnya yang tak bisa diperbaharui mengingatkan kami untuk lebih bijak dalam penggunaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun