Tertegun ku dibuai pagi
Di pelupuk mata mentari hangat menyapa
Membelai rambutku dengan semilir anginnya
Tapi bukan itu rasa yang bergejolak di dada
Aku menaruh hati kepada senja
Langit jingganya membuat jiwa bergelora
Perlahan, keteduhannya menyapa jiwa-jiwa
Samar-samar mengalunkan titian nada
Tak cukupku menikmati lantun nyanyiannya
Kedua daun telingaku akan lekang oleh masa
Bibir tipisku tak kuasa melantunkan indah
Tapi kedua tangan dan hatiku siap merekam
Aku hanya membutuhkan kamera
Mengabadikan senyum yang terukir dari jingga
Mengukir setiap lekuk tipis nun merona
Menorehkan dalam sanubari sebuah cita
Bandung. 3 Agustus 2016
Luana Yunaneva
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H