"Kamu perlu mengerti satu hal. Mencintai seorang balerina sepertimu harus membayar harga mahal, mengeluarkan energi yang cukup besar, dengan resiko yang sangat tinggi."
"Tetapi hanya kamu yang setia mendampingiku hingga kini, Sayang, meski kamu bukan balerina sepertiku," Hans memotong pembicaraan. Sesudah menyampaikan hal tersebut, wanita yang berprofesi sebagai penulis lepas itu meninggalkan suaminya. Kemudian menyambut Helena yang semangat berlarian ke arahnya sembari membawa banyak hadiah di dalam pelukan tangannya dengan sukacita
"Mama, Helena menang!"
"Selamat ya, sayang, Mama bangga padamu." Pelukan hangat sepasang Ibu dan anak itu menjadi pemandangan yang mengharukan dan membahagiakan bagi siapa pun yang melihatnya. Dari kejauhan, Hans memandang kedua perempuan yang dikasihinya itu dengan makna mendalam.
"Terima kasih sudah menjadi Mama yang selalu mendukung buah hatiku dan mimpi-mimpinya, Narita," gumam pria yang hobi memasak itu dalam hati.
***
Sebulan berlalu dari lomba ballet anak tingkat nasional. Seperti biasa, sore itu Narita menemani Helena berlatih di studio mini di rumah. Narita memainkan musik klasik, sedangkan Helena menari ballet mengikuti irama musik. Jemari-jemari lentik Narita di atas piano yang menghasilkan alunan nada yang harmonis membuat Helena tidak menyadari bahwa jiwa sang ibunda tidak berada di sana. Mungkin usia Helena memang terlalu dini untuk mengetahui bahwa Mamanya sedang menerawang jauh ke kenangannya di masa lalu.
Narita muda yang saat itu masih berusia 24 tahun itu menyadari, tidak mudah mudah untuk mendampingi Hansel Lukita Setiawan. Hans yang kala itu berusia 32 tahun memang populer. Bukan karena profesinya sebagai pemilik restoran Jepang yang cukup terkenal di Jakarta, melainkan lantaran bakatnya sebagai seorang balerina. Bermacam-macam prestasi di dunia gerak tubuh itu sudah pernah dikantonginya. Sudah bisa dipastikan, ia juga dikelilingi banyak wanita cantik di bidang yang sama. Belum lagi para fans yang terkadang berulah cukup gila.
Butuh waktu sekitar dua tahun bagi Narita meyakinkan dirinya sendiri untuk mendampingi Hans seumur hidup. Sempat mengalami pertentangan dari kedua orang tua Hans karena Narita kelihatan tidak ada apa-apanya dibandingkan beberapa wanita yang pernah dikencaninya, Hans berusaha meluluhkan hati perempuan berambut sebahu itu.
Dalam hati, sebenarnya Narita tidak membutuhkan banyak pembuktian dari Hans. Yang diharapkannya hanyalah Hans meninggalkan dunia yang abu-abu itu. Ada perasaan tidak rela ketika pasangannya harus sering berhadapan dengan wanita-wanita lain saat latihan bersama di studio. Namun, ego itu ditepisnya. Di sisi lain, ia juga ingin pria yang dicintainya itu berkembang sesuai talenta dan passion yang dimiliki.
"Mencintai seorang balerina sepertimu harus membayar harga mahal, dengan minimnya intensitas pertemuan dibandingkan jadwal latihan, juga menahan kesabaran karena melihatmu yang harus berkomunikasi dengan balerina wanita. Sementara, resiko berakhirnya hubungan ini sudah siap menanti di depan mata, kalau kita meneruskannya."