Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Trainer BNSP RI, Public Speaker & Professional Hypnotherapist email: Luanayunaneva@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Balada Sang Balerina

5 Agustus 2016   22:30 Diperbarui: 5 Agustus 2016   23:56 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Masterfile.com

"Udah, yang penting Helen perhatikan postur tubuh yang benar ya, seperti kata Papa tadi. Katanya, Helena mau ikut lomba ballet bulan depan?" Mama mengelus rambut Helen dengan lembut. "Tadi Mama bikin bolu cokelat kesukaan kamu. Makan dulu, yuk!" Narita, nama wanita itu, mengambilkan dua potong bolu dari tempat makan yang dibawanya serta. Sepotong untuk Helena, potongan yang lain untuk suaminya.

Hans memandang Narita yang tengah memandangi buah hati mereka menikmati bolu yang dibuat dengan tangannya sendiri. Ia pun tersenyum

"Kamu memang pandai mengambil perhatian Helen, Na," katanya dalam hati.

Tidak butuh waktu lama, Helena melahap bolu cokelat dengan taburan keju itu. Makanan favoritnya ini menjadi pendongkrak semangatnya berlatih ballet sore hari, apalagi ini adalah kali pertama kedua orang tuanya menemani gadis berlesung pipit itu latihan di studio mininya. Biasanya, hanya Mama yang setia mendampinginya berlatih.

***

"Juara pertama lomba ballet tingkat nasional kali ini dimenangkan oleh Helena Setiawan!" demikian master of ceremony (MC) mengumumkan pemenang salah satu ajang ballet tingkat nasional, malam itu. Riuh tepuk tangan dan sorak-sorai bergemuruh di lokasi penyelenggaraan lomba. Tak terkecuali Hans dan Narita. Rasa bangga dan bahagia menyelimuti hati mereka lantaran sang buah hati memenangkan ajang bergengsi itu. Dari kejauhan keduanya memandang dan melambaikan tangan kepada Helena yang akan menerima medali dan sejumlah hadiah menarik.

"Aku tak pernah menyangka kalau Helena menjadi copy dirimu," tutur Narita kepada suaminya, tanpa mengalihkan pandangan matanya dari Helena yang tengah menanti hadiah di atas podium.

"Kamu kan juga tahu, selama ini aku sudah menyembunyikan identitasku dari Helena. Nyatanya, naluriku tidak bisa diam begitu saja saat Helena membuat kesalahan-kesalahan kecil untuk mimpi yang ia bangun."

"Kamu ingin Helena mengikuti jejakmu?" Narita menatap suaminya dengan ekspresi wajah datar.

"Aku membebaskan dia menjadi apa pun yang diinginkan. Mau jadi balerina, boleh. Mau jadi dokter, silakan. Mau jadi presenter televisi, ayo aja. Selama itu baik, mengapa tidak?" Hans tersenyum. "Kamu trauma, Sayang?" Narita tak menjawab. Ia kembali memandang anak perempuannya dari kejauhan.

"Itu masa laluku. Aku yakin, Helena jauh lebih baik karena dia memiliki seorang Mama yang selalu mendukungnya. Yang bisa melakukan peran itu hanya kamu." Hans merangkul istrinya dengan hangat. Namun, Narita melepaskan tangan Hans yang menggantung di pundaknya dan memandang pria yang sudah sebelas tahun tahun menikahinya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun