Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Trainer BNSP RI, Public Speaker & Professional Hypnotherapist email: Luanayunaneva@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Balada Sang Balerina

5 Agustus 2016   22:30 Diperbarui: 5 Agustus 2016   23:56 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Helena sudah mengambil posisi di ujung studio. Mendengar alunan komposisi berjudul "The Blue Danube" karya Johann Strauss, ia pun menggerakkan seluruh bagian tubuh sesuai irama. Postur badannya tegak, kakinya melangkah, tangannya mengayun, kepalanya mendongak, dan wajahnya tersenyum manis. Perpaduan yang sempurna. Pandangannya tidak lepas dari dinding kaca di hadapannya untuk memastikan postur tubuhnya tetap terjaga ideal.

Prok, prok, prok, prok! Terdengar suara tepuk tangan dari pintu masuk studio.

Helena tidak menggubris. Ia masih tetap menari.

“Serius sekali kamu, sayang. Hati-hati, postur tubuhmu sudah ke mana-mana lho!” pria itu mengingatkan. Gadis berumur sepuluh tahun itu menghentikan aktivitasnya. Ia menoleh pada suara yang sangat ia kenal betul.

“Papa.”

“Postur tubuhmu kurang rapi. Kamu mencoba untuk tegak tapi terlalu berlebihan. ” Papa Helena pun mendekat. Ia memegang pundak putri semata wayangnya itu, lalu membenahi posisinya.

"Ini posisi yang benar?”

"Iya, Sayang. Pertahankan ya, kamu pasti bisa!" Hans, sang ayah yang masih kelihatan muda tersebut menepuk pundak Helena.

"Kok Papa tahu?"

"Papa kamu kan juga balerina, Helen, tapi dulu. Waktu masih muda," Mama Helen menyeletuk tiba-tiba. Rupanya ia mendengar pembicaraan dua orang yang disayanginya sejak tadi. Ia menyodorkan sebotol air mineral untuk Helena. "Ayo, minum dulu, sayang!"

"Kok Papa nggak pernah cerita? Mama juga," gadis penyuka warna merah muda itu mulai cemberut. Mama Papanya saling berpandangan. Mereka ingin menyampaikan sesuatu namun ada yang memberatkan keduanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun