Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Trainer BNSP RI, Public Speaker & Professional Hypnotherapist email: Luanayunaneva@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Masa SMA adalah Masa Paling Indah?

25 Mei 2016   11:34 Diperbarui: 25 Mei 2016   22:42 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama teman-teman sekelas untuk buku kenangan (dokumentasi pribadi)

Kembali ke masa SMA. Keputusan mengambil penjurusan ilmu pengetahuan alam (IPA) menuntut saya menjadi orang yang serius dengan banyaknya pekerjaan rumah (PR) dan ulangan. Sekolah yang menerapkan sistem full day juga tidak memberikan banyak waktu untuk saya beristirahat dan bermain. Hari Sabtu saja, saya (terpaksa) mengikuti les di kelas tiga untuk persiapan ujian akhir nasional (UAN).

Meski begitu, saya tetap bersyukur. Di tengah keseriusan itu, saya masih memiliki teman-teman dekat yang asyik diajak berbagi. Tidak hanya bertukar pikiran dan ilmu eksak, tetapi juga berbagi kisah kehidupan. Saya juga masih bisa menyalurkan hobi menyanyi dan memainkan alat musik dengan bergabung dengan band kelas dan band bersama teman-teman dari SMA lain.

Meninggalkan catatan akhir sekolah, saya pun melanjutkan hidup dengan berkuliah selama empat tahun di luar kota, kemudian bekerja di kota yang berbeda. Secuil pengalaman ini membuat saya belajar banyak hal. Mengapa saya bilang 'secuil'? Karena saya menyadari, pengalaman ini hanya hempasan debu. Saya baru berada di titik ini, sementara banyak orang bahkan sudah makan asam-garam terutama mereka yang sudah senior.

Dari sini, saya melihat bahwa teman-teman khususnya para sahabat semasa SMA memiliki tingkat kedekatan dan solidaritas tinggi. Mengapa demikian?

Pertama, teman-teman SMA selalu mengadakan pertemuan dalam kurun waktu tertentu. 

Salah satu dokumentasi saat reuni di SMA Negeri 1 Kediri (sumber: https://scontent.cdninstagram.com/hphotos-xaf1/t51.2885-15/s320x320/e15/11250228_1693155924237438_1439596711_n.jpg)
Salah satu dokumentasi saat reuni di SMA Negeri 1 Kediri (sumber: https://scontent.cdninstagram.com/hphotos-xaf1/t51.2885-15/s320x320/e15/11250228_1693155924237438_1439596711_n.jpg)
Berdasarkan pengamatan saya, minimal setahun sekali yakni Lebaran. Sejauh apa pun mereka merantau, bagaimana pun cerita pertemanan di masa lalu, senakal apa pun keadaannya dulu, mereka menyempatkan diri untuk pulang dan datang. Tidak ada hal menyenangkan selain bertegur sapa, bertanya kabar, berbagi informasi pekerjaan dan siapa tahu bertemu jodoh. Ehhh, gagal fokus! Hehehe..

Kedua, masa SMA memberikan kita kesempatan untuk menemukan jati diri dan menjadi diri sendiri. 

Kita bebas mengekspresikan apa yang menjadi minat dan bakat, tanpa takut mendapat cibiran. Semua style yang sedang tren pada zamannya, tentu sudah pernah dirasakan bersama sahabat. Rasa malu atau segan tidak kita rasakan, karena kita percaya bahwa bagaimana pun teman-teman tetap bisa menerima kita apa adanya.

Saat duduk di kelas tiga SMA, saya sempat merasa terdampar berada di kelas eksakta. Bukan karena tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas hitungan, melainkan lantaran saya merasakan jiwa yang sebenarnya di bahasa. Sayangnya, sekolah tidak membuka kelas bahasa. Yang ada hanyalah kelas eksakta dan sosial. Beruntung, teman-teman dekat tidak menguncilkan saya tetapi saling mendukung.

Saya bersama salah seorang sahabat berpose saat reuni akbar di SMA Negeri 1 Kediri (dokumentasi pribadi)
Saya bersama salah seorang sahabat berpose saat reuni akbar di SMA Negeri 1 Kediri (dokumentasi pribadi)
Si cantik berkerudung pink itu bernama Mega. Teman sebangku yang jago Matematika itu tidak pernah menolak untuk mengajari saya menerapkan prinsip-prinsip yang sulit, seperti linear, integral, dan logaritma. Juga ada Nuke yang duduk di bangku depan kami, sering mengajarkan penerapan Fisika yang bagi saya sangat membingungkan. Belum lagi Dian, Sheila, dan Fajar. Ketiga sahabatku yang piawai dalam menerapkan banyaknya rumus itu selalu menyambut gembira ketika saya menyodorkan sejumlah soal yang tidak bisa dikerjakan. Lalu apa yang saya bagikan terhadap mereka? Kemampuan berbahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang saya kuasai, juga materi Sejarah yang cukup bisa saya pahami dengan baik.

Kerjasama berbagi wawasan ini sangat menguntungkan. Simbiosis mutualisme ini membuat kami tidak perlu khawatir dengan bidang-bidang yang dianggap sulit. Ketika saya tidak mampu pelajaran A, ada sahabat yang bisa membantu. Ketika sahabat menyerah dengan materi B, saya bisa menolong dengan kemampuan yang dimiliki. Serunya kegiatan semacam ini pun menjadi bahan obrolan dan canda ketika kami reuni di kemudian hari.

Ketiga, kesetiaan para sahabat semasa SMA tidak diragukan lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun