Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Professional Hypnotherapist & Trainer BNSP email: Luanayunaneva@gmail.com youtube: www.youtube.com/@luanayunaneva

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[My Diary] Terlalu Cepat Aku Menilainya

13 April 2016   14:50 Diperbarui: 13 April 2016   23:49 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Ilustrasi: Gadis yang sedang berpikir. (Sumber: media.yogajournal.com"][/caption]Dear, Diary

Sepulang mengurus beberapa berkas persyaratan pendaftaran mahasiswa baru program pascasarjana di kampus  tadi, akhirnya aku berangkat ke sebuah hotel yang menjadi lokasi gathering penulis. Tak ada niatan serius untukku menghadirinya. Tak lain dan tak bukan, kehadiranku itu hanya karena tidak enak alias sungkan dengan tawaran Kak Davin kemarin, Dear. Kamu belum lupa kan, kalo Kak David adalah lelaki tinggi dengan muka datar, tanpa ekspresi, yang kemarin kukenal di sebuah komunitas? Bagiku, menghadiri sebuah kegiatan untuk menghargai pihak yang mengundang, itu sama sekali bukan tindakan yang salah.

Awalnya aku nggak paham dengan rute menuju hotel tersebut. Maklum , kan aku masih awam dengan kota ini. Untung saja dia baik hati dan nggak sombong. Tanpa aku meminta, dia pun mengirimkan capture rute dari Google Maps untuk memudahkanku mencari lokasi gathering. Dengan bermodal nekat, aku pun berangkat. Takut kesasar, pasti. Tapi sudahlah, aku sudah terbiasa kesasar koq sejak kuliah sarjanaku dulu bersama Chita, sahabatku di kampus. Yang belum terbiasa adalah kesasar di hati seseorang dan tidak bisa keluar dari sana, eh…

Dan benar saja apa yang kutakutkan, Dear, aku kesasar! Hahaha… Aku salah mengambil belokan. Jadilah aku harus memutar arah dulu. Apesnya, jalanan macet! Komplitlah sudah ceritanya!

Begitu tiba di lokasi, kulihat jam tanganku. Pukul 17.15. Oh, my God! Aku terlambat seperempat jam. Betapa malunya aku! Datang terlambat di sebuah acara gathering saja sudah memalukan, apalagi kali ini aku mendapat undangan dari salah seorang penulisnya. Begitu pikirku.

Kawasan hotel yang tampak sepi, tidak banyak mobil dan sepeda motor yang diparkir di sana membuatku heran. Benar kan ini lokasinya? Sewaktu aku bertanya pada resepsionis, ternyata acara gathering digelar di salah satu aula di lantai dua hotel tersebut. Aku pun naik.

Dengan penuh keraguan, aku pun masuk. Keraguan itu karena aku merasa bukanlah siapa-siapa dibandingkan orang-orang yang hadir dalam gathering tersebut. Sewaktu pintu kubuka, dari kejauhan kulihat Kak Davin sedang mengajarkan sesuatu kepada beberapa anak muda. Kelihatannya sesama mahasiswa juga. Saat melihatku, ia menghentikan aktivitasnya menulis di whiteboard.

“Eh, Sylvana!” serunya sambil tersenyum. “Masuk, Syl!” Ia melambaikan tangannya kepadaku, mempersilakan masuk. Kemudian ia mempersilakanku duduk dan mengenalkanku kepada beberapa anak muda di situ yang ternyata merupakan murid-muridnya. Kami pun belajar bersama tentang dunia penulisan. Tidak hanya bersama Kak Davin tetapi juga ada Om Ronny, salah seorang dosen jurnalistik dari salah satu perguruan tinggi di kota ini.

Saat mengerjakan tugas penulisan cerpen dari Kak Davin tadi, aku sempat berpikir. Penilaianku tentangnya terlalu cepat kemarin. Kak Davin tidak selugu yang kukira. Ia memiliki pemikiran-pemikiran luar biasa yang tidak dimiliki banyak orang. Ketika banyak orang memilih untuk mengikuti tren, ia malah menentang arus zaman yang kini sudah mulai kacau. Ia berusaha mengubah dunia melalui buah pikir yang ia sampaikan melalui guratan pena. Atau lebih tepatnya ketikan tuts-tuts keyboard, jika sekarang orang cenderung enggan menulis dengan pena karena kecanggihan teknologi . Tidak mudah memang, Dear. Tapi dari sorot matanya, aku tahu, ada visi besar yang ingin dia wujudkan.

“Wah, kamu cepat juga ya menulisnya, Syl,” ujar Kak Davin membuyarkan lamunanku.

“Ini belum selesai koq, Kak. Baru pembukaan.”

Wow, wow, wow, pembukaan saja sudah sepanjang ini? Kalau tamat, cerpenmu bisa jadi berapa halaman ya? Keren kamu, Syl! ” ia terkejut. Aku nyengir. Tak bisa kubayangkan bagaimana ekspresiku saat itu, Dear. Mukaku memerah, mungkin.

Dua jam berlalu. Waktu yang tidak singkat untuk untuk memeras pikiran tanpa harus mengucurkan keringat. Aku senang, akhirnya bisa menemukan lingkungan baru dengan hobi  yang sama yakni menulis. Ketika aku sudah memanaskan mesin sepeda motor kesayanganku dan siap meninggalkan hotel, Kak Davin mendekatiku.

“Syl, besok lusa kita ada pelatihan lagi. Please come!” pungkasnya sambil tersenyum manis.

 

... Diary sebelumnya

... Lanjutan diary

Bandung, 13 April 2016

Luana Yunaneva

[caption caption="Event My Diary (sumber: Kompasiana)"]

[/caption]P.s: Baca karya peserta lain di Akun Fiksiana Community: Inilah Hasil Karya Peserta Event My Diary.

Silakan bergabung di FB Fiksiana Community

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun