Belum lama ini beredar sebuah postingan di media sosial terkait Indonesia menjadi negara yang penduduknya memiliki IQ paling rendah se-Asia Tenggara. Postingan ini bukanlah berita yang tidak berdasar, karena postingan tersebut mengutip laporan yang diberikan oleh World Population Review tahun 2023. Dalam laporan tersebut dipaparkan skor rata-rata IQ dari 11 negara yang berada di Asia Tenggara. Dari semua negara itu, Indonesia berada di peringkat terakhir  dengan skor rata-rata IQ 78,49 (setara dengan negara Timor Leste).  Sebelum membahas lebih lanjut, IQ atau Intelligent Quotient sendiri merupakan suatu tingkatan kecerdasan intelektual yang dimiliki oleh seseorang. Postingan ini pun menjadi pembicaraan hangat di kalangan masyarakat.Â
Banyak pihak berpendapat masalah ini juga berkaitan dengan rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia. Dilansir dari data survey pada tahun 2018 yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA), Indonesia berada di posisi ke 71 dari 77 negara di dunia. Â Rendahnya tingkat literasi Indonesia ini sangat disayangkan, mengingat membaca buku merupakan hal paling sederhana yang dapat dilakukan seseorang untuk meningkatkan IQ mereka. Masih banyak yang beranggapan bahwa sering membaca buku adalah sesuatu hal yang memalukan. Ketika seseorang terlihat sering membaca buku, maka mereka akan dipanggil sebagai "kutu buku". Istilah kutu buku ini biasanya digunakan untuk mengolok-olok seseorang. Kebiasaan membaca buku dianggap suatu hal yang "cupu" atau tidak kekinian. Pada kenyataannya, kutu buku hanyalah istilah untuk seseorang yang gemar membaca buku. Menjadi seorang kutu buku bukanlah suatu hal yang salah, karena dengan membaca buku kita akan mendapatkan banyak manfaat. Untuk meyakinkan pembaca sekalian, selanjutnya kami akan menguraikan beberapa manfaat dari membaca buku.
Jendela Dunia, Wawasan dan Pengetahuan Tanpa BatasÂ
Orang yang memiliki wawasan yang luas biasanya memiliki kebiasaan membaca buku. Hal ini karena di dalam buku terdapat berbagai wawasan dan pengetahuan, sehingga semakin banyak buku yang dibaca maka akan semakin banyak informasi yang dapat diketahui. Manfaat inilah yang juga berperan besar akan kesuksesan seseorang, Thomas Alva Edison adalah salah satunya. Siapa yang tidak kenal dengan Thomas Alva Edison? Seorang ilmuwan sekaligus penemu lampu bohlam pertama kali. Situs www.thomasedison.com memberitakan bahwa sebenarnya masih banyak penemuan-penemuan yang dibuat oleh Thomas, bahkan setiap dua minggu sekali di sepanjang karirnya ilmuwan jenius ini mematenkan penemuannya. Memiliki minat baca yang tinggi menjadi salah satu faktor kesuksesan Thomas. Sedari kecil, Thomas selalu memiliki rasa penasaran yang tinggi dan menyalurkannya dengan membaca banyak buku. Thomas gemar membaca buku karya William Shakespeare, Charles Dickens, Edward Gibbon dan buku kimia serta buku pengetahuan alam secara umum.
Â
Dari Thomas Edison kita juga bisa memastikan bahwa orang-orang yang memiliki minat baca sedari kecil seperti dirinya, akan mengetahui banyak kosakata. Membaca membantu meningkatkan kosakata secara signifikan, karena semakin banyak buku yang dibaca, maka pengetahuan seseorang terhadap kosakata akan menjadi luas. Orang yang terbiasa membaca akan menguasai kosakata-kosakata baru yang dapat mempermudahnya memahami bacaan. Alasan dibalik banyaknya penemuan Thomas salah satunya adalah karena Thomas terbiasa untuk membuat tulisan terkait penelitian yang dilakukan sebelumnya. Penulisan terkait penelitiannya memerlukan banyak kosakata yang terkait dengan hal yang diteliti. Dia mempelajari penelitian-penelitian sebelumnya dan berusaha menggabungkannya menjadi sebuah ide baru.
Dengan lebih banyak mengetahui kosakata, keterampilan menulis juga akan lebih meningkat. Mengambil contoh pada dunia perkuliahan, mahasiswa sering diberikan tugas untuk membuat suatu karya tulis (esai, makalah, berita). Baik atau buruknya hasil karya tulis yang dibuat mahasiswa ditentukan oleh penguasaan mereka terhadap kosakata. Penelitian terkait pengaruh penguasaan kosakata terhadap keterampilan menulis pernah dilakukan di Universitas Negeri Makassar, dengan  mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai objek penelitian. Mulai dari penelitian terhadap penguasaan kosakata, hasil yang diperoleh menunjukkan 13 mahasiswa berada di tingkat rendah (18.1%), 46 mahasiswa berada di tingkat sedang (63.9%), dan 13 mahasiswa berada di tingkat tinggi (18.1%). Lalu penelitian kedua terkait keterampilan menulis berita, hasil yang diperoleh menunjukkan 17 mahasiswa berada di tingkat rendah (23.6%), 36 mahasiswa berada di tingkat sedang (50.0%) dan 19 mahasiswa berada di tingkat tinggi (26.4%). Setelah menganalisis kedua penelitian itu, dapat disimpulkan ada pengaruh terhadap keterampilan menulis berita dengan penguasaan kosakata sebesar 0,455 dengan tingkat signifikansi 000.
Critical Thinking, Pemecahan Masalah dengan Berpikir RasionalÂ
Pernahkah kalian memperhatikan seseorang yang sedang membaca buku, dan bertanya kepada diri sendiri "Dia baca buku apa sih? Isi bukunya menarik sekali ya?". Banyak dari kalian punya pemikiran seperti ini karena umumnya mereka yang punya kebiasaan membaca buku terlihat sangat serius, fokus, atau tenggelam dalam dunia bacaannya.
Ken Pugh, direktur dari Haskins Laboratorium pernah menyatakan "membaca adalah kegiatan yang menuntut atau memaksa seseorang untuk lebih berkonsentrasi". Diperlukan konsentrasi tinggi karena suatu tulisan bukan hanya sekedar rangkaian kata-kata, tetapi juga perlu dipahami dan diserap informasinya. Para peneliti telah membuktikan bahwa membaca meningkatkan kemampuan fokus seseorang (penelitian bersumber dari Institute of Education Science). Membaca buku merangsang korteks prefrontal (suatu area di otak) yang  mempengaruhi konsentrasi dan perhatian. Dengan rutin membaca buku, seseorang mampu mempertahankan fokusnya dalam jangka waktu yang lama. Terbiasa untuk fokus sangat mempermudah seseorang dalam mengerjakan suatu hal. Selain meningkatkan fokus, membaca buku memungkinkan seseorang memiliki daya ingat yang lebih bagus.Â
Penelitian telah membuktikan bahwa dengan membaca daya ingat dapat meningkat karena keterlibatan otak secara terus-menerus. Membaca artinya adalah menciptakan kenangan yang baru, karena ketika membaca seseorang akan mengingat hal-hal seperti nama tokoh hingga urutan alur kejadian di dalam sebuah cerita. Pada dasarnya membaca melatih otak untuk menyimpan informasi baru dari dalam bacaan. Â
Jika membahas tentang daya ingat, pastinya kalian juga teringat tentang penyakit Alzheimer bukan? Salah satu gejala yang ditunjukkan penderita penyakit Alzheimer adalah menurunnya daya ingat bahkan tak jarang penderita penyakit otak ini kehilangan semua ingatan mereka. Menanggapi hal ini, kita semua disarankan untuk melakukan kegiatan yang melatih otak, seperti membaca, agar terhindar dari penyakit Alzheimer (penelitian dari Neurology)Â
Sebelumnya sudah dibahas dua manfaat dari membaca buku, yaitu meningkatkan fokus dan daya ingat, kedua hal ini menjadi syarat untuk dapat memiliki pemikiran yang kritis. Ketika sudah terbiasa membaca, seseorang tidak menyadari bahwa ada kemampuan lainnya yang ikut berkembang juga, yaitu kemampuan dalam penilaian tulisan yang mereka baca. Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2012 menemukan korelasi positif antara membaca sukarela dan nilai tinggi pada tes berpikir kritis (Hawkins). Membaca tidak lagi hanya meresapi informasi baru, tapi mulai menafsirkan tulisan itu dengan melakukan analisis, evaluasi, hingga refleksi di akhir. Dari kemampuan penilaian ini, seseorang pada akhirnya akan mampu untuk lebih kritis atau lebih terbuka terhadap segala sesuatu hal. Pemikiran yang terbuka juga mencegah opini pribadi menjadi suatu hal yang dianggap lebih benar dari yang lain. Pemecahan masalah dengan pemikiran rasional menjadikan pilihan atau solusi yang diambil bisa lebih baik.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H