Mohon tunggu...
Luthfii Azizah
Luthfii Azizah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Lampung

Kita adalah orang biasa di hadapan orang-orang yang tidak mengenal kita.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Belanja Mudah, Awas Hisabnya!

1 Mei 2020   15:50 Diperbarui: 1 Mei 2020   15:51 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Di zaman yang serba mudah seperti sekarang dengan teknologi yang luar biasa jangkauan dan kecepatannya, semua yang kita inginkan bisa saja dengan mudah berada di genggaman tangan. Apalagi nih untuk kaum hawa yang hobbi belanja, tinggal meng-klik apa yang hendak dipesan bajupun bisa segera  sampai dengan sendirinya dirumah. Mudah bukan? Barang-barang branded sudah ramai memenuhi beranda instagram, toko online tersebar di segala penjuru. Variasi model sangat beragam. Selagi ada uang, kuota dan jaringan, maka akan dengan mudah barang-barang tersebut menjadi milik kita.

Tapi pernahkah kita berfikir bahwa segala harta yang telah Allah titipkan untuk kita, itu ada hisabnya. Segala sesuatu yang kita belanjakan, akan ada pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Ada suatu hadist berkaitan dengan hisabnya harta benda yang manusia miliki :

"Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya, kemana hartanya dihabiskan, bagaimana mengamalkan ilmunya, darimana diperoleh hartanya, dibelanjakan kemana hartanya dan untuk apa tubuhnya digunakan" (HR. at Tirmidzi ad-Daarimi dan Abu Ya'la)

Maka berhati-hatilah dalam membelanjakan uang yang kita punya. Berikut beberapa hal yang bisa mencegah kita dari prilaku konsumtif :

1). Pastikan niatnya. 

Ini penting dilakukan, karena niat dan pikiran akan mendasari segala perilaku kita baik atau buruk. Pikirkan untuk apa barang itu kita beli, seberapa bermanfaatkah ketika kita membelinya, apa yang kita niatkan ketika kita membelinya. Ada orang yang membeli hanya untuk riya' dan takabbur, ada juga yang membelinya untuk membantu orang lain. Jika ada orang yang membeli handphone dengan spesifikasi tinggi untuk kepentingan dakwah, maka itu diperbolehkan. Namun jika itu dilakukan untuk sekedar ingin tahu dan ikut trend, maka ini yang dilarang.

2) Bedakan antara keinginan dan kebutuhan

Sering kali hal ini tidak bisa kita bedakan, karena memang keduanya hampir sama. Jika kita cermat, keinginan selalu mengarah pada nafsu, sesuatu yang menggebu untuk segera dimiliki dan cenderung tidak mendesak. Sementara kebutuhan, akan selalu berakhir pada penggunaan yang optimal. Karena memang kita benar-benar membutuhkannya.

3) Belajar menabung.

Sejak sekolah dasar, sudah barang tentu kita diajarkan dalam bersikap hemat. Ini akan sangat berpengaruh pada kebiasaan kita kelak hingga dewasa. Allah sangat membenci orang-orang yang bersikap boros. Buatlah list pengeluaran dan buatlah anggaran keuangan pada kepentingan-kepentingan mendesak.

4) Pilih teman yang bijak dalam hal keuangan.

Memilih-milih dalam berteman memang tidak boleh, namun untuk perkara kebaikan dan gaya hidup kita wajib untuk memiliki sikap selektif terhadap siapa saja yang akan menjadi teman akrab kita. Pilihlah teman yang akan selalu mengingatkan ketika kita lalai. Terutama dalam hal keuangan, karena teman sangat mempengaruhi baik buruknya seseorang.

5) Perhatikan orang-orang sekitar dan bersyukurlah

Terlalu sibuk menatap layar hp dan sibuk memikirkan barang-barang branded akan sangat melelahkan. Coba lihat lingkunganmu, seberapa banyak orang-orang yang mampu membeli baju dan barang-barang baru? Bahkan untuk bersekolah saja, ternyata masih banyak orang yang kesulitan ekonomi. Bersyukurlah, dan bantulah mereka dengan memberikan harta kita atau sebagian barang-barang kita yang sudah tidak terpakai. Akan lebih bermanfaat jika diberikan kepada mereka yang membutuhkan.

6) Datanglah ke majlis ilmu.

Daripada kita terlalu asyik memilih-milih baju, sepatu, dan tas untuk dibeli, lebih baik kita datang ke majlis ilmu untuk mendalami pengetahuan agama. Jika kita sudah paham, maka dengan sendirinya kita mudah menyadari adanya prilaku konsumtif yang tidak baik. Selain itu, datang kajian akan mengurangi kegiatan-kegiatan kita yang tidak bermanfaat karena kita cenderung akan aktif, responsive dan tanggap.

Keenam poin diatas InsyaAllah dapat mencegah kita dalam berprilaku konsumtif dan boros. Sebagai umat muslim, sudah seharusnya kita menyadari pentingnya prilaku hemat. Sungguh, adzab Allah sangat kejam, maka berhati-hatilah dalam membelanjakan uang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun