Menstimulus kemampuan peserta didik melalui beragam terobosan metode belajar kontekstual yang mendorong peserta didik berpikir kritis dalam beragam konteks hidup yang nanti dihadapinya, seperti problem-based learning, inquiry-based learning, pendekatan pembelajaran Science, Technology, Engineering, Arts, dan Mathematics (STEAM), dan ragam pendekatan pembelajaran lainnya. Sehingga tidak sekadar berfokus pada pola-pola lama dan monoton pada pembelajaran yang minim kreativitas.
Selama ini kita banyak beranggapan bahwa dosen adalah kunci keberhasilan sebuah praktik pembelajaran pada peserta didik, tetapi lupa untuk mengakui bahwa dosen tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar peserta didik. Pola dan metode pembelajaran lama sering kali menempatkan dosen menjadi satu-satunya sumber belajar dan 'maha tahu' di dalam ruang kelas, seolah melupakan bahwa peserta didik yang merupakan subjek belajar pun sesungguhnya merupakan sumber belajar bagi rekan sejawatnya.
Metode pembelajaran yang beragam dan membuka keleluasaan dosen dalam mengeksplorasi peserta didik dan pola pembelajaran yang dijalankan di kelas, diharapkan akan juga memperluas wawasan peserta didik tentang kontekstualisasi ilmu yang didapatkannya di dalam kelas menuju praktik hidup yang dihadapinya nanti sebagai bagian dari realitas kehidupan.
Membuka banyak kesempatan dan peluang kepada peserta didik, dosen, kampus, dan iklim pendidikan secara luas untuk mengembangkan cakupan sumber belajar yang dimilikinya, baik dari sumber yang sifatnya tangible maupun intangible, akademis ataupun non akademis, tanpa batasan aksesibilitas atas sumber belajar tersebut. Â Dalam hal ini, perguruan tinggi melalui kebijakan-kebijakannya harus hadir dalam mengakomodir kebutuhan tersebut. Selama ini kita banyak beranggapan bahwa dosen adalah kunci keberhasilan sebuah praktik pembelajaran pada peserta didik, tetapi lupa untuk mengakui bahwa dosen tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar peserta didik.
3. Penguasaan Data, Informasi, dan Teknologi
Menstimulus dan memfasilitasi peserta didik serta masyarakat pendidikan untuk menguasai data dan informasi secara global, serta teknologi informasi yang dielaborasi dengan menciptakan ruang-ruang kreativitas dan ragam peluang yang memberikan keuntungan ekonomi yang sifatnya luas. Dalam hal ini, perguruan tinggi harus dapat mengakomodir infrastruktur digital yang dibutuhkan peserta didik dan masyarakat pendidikan untuk meniscayakan penguasaan data, informasi, serta teknologi tersebut.
4. Kapasitas yang Adaptif
Mendorong perkembangan pendidikan berbasis vokasional, dengan ragam keterampilan yang tidak sekadar mengedepankan konsep link and match antara perguruan tinggi dengan dunia industri, tetapi juga menekankan kapasitas lulusan yang lincah, adaptif, dan sensitif terhadap perubahan lingkungan industri dan ekonomi.
Keseimbangan pemahaman antara konsep pengetahuan dan keterampilan adalah hal yang penting, tetapi belum cukup bagi mahasiswa untuk dapat memahami cepatnya perubahan lingkungan. Survival of the fittest sepertinya akan berlaku di era generasi keempat ini. Hanya mereka yang adaptiflah, yang akan survive terhadap gempuran Revolusi Industri 4.0 ini. Survival of the fittest sepertinya akan berlaku di era generasi keempat ini. Hanya mereka yang adaptiflah, yang akan survive terhadap gempuran Revolusi Industri 4.0.
Membangun Metode Pendidikan Baru
Menghadapi revolusi industri 4.0 tentu bukan hal mudah, paling tidak, ada dua arus utama pendidikan tinggi yang dapat ditawarkan kepada masyarakat, yaitu merekonstruksi ulang model pendidikan Perguruan tinggi agar tetap pada pada arahnya sebagai produsen sumber daya manusia yang unggul dan dibutuhkan masyarakat secara luas, dan membangun inovasi pembelajaran yang ada saat ini.Â