Mohon tunggu...
Didaktik Online
Didaktik Online Mohon Tunggu... Jurnalis - Lembaga pers Mahasiswa

Akun Resmi kami, dan Ikuti juga https://didaktikonline.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dua Jam Bersama Pak Sumali

5 Agustus 2020   16:20 Diperbarui: 5 Agustus 2020   16:27 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami dari kelompok dua. Kami beranggotakan empat orang yang bernamakan , saya Rifki , Elsa, Ekmy, Lili dan satu pemdamping bernama Mas Fahmi. Dengan adanya kelompok ini, harapannya agar kami dimudahkan untuk mencari informasi terkait Bapak Sumali .

Waktu sudah menunjukan angka 12.30 WIB, dan kami di berangkatkan dari tempat pemaparan materi untuk mencari kediaman Bapak Sumali yang berada di Gunung selatan desa Tambak Rejo. Kami melakukan perjalanan dengan berjalan kaki yang melewati jalan setapak begitu berlumpur karena hujan. Kami juga melewati perkebunan masyarakat setempat. Yang pemandangannya membuat hati kami terasa sejuk. Meski sepatu dan sandal kami penuh dengan lumpur.

Elsa, Elmy, dan Lili melepas sandal dan sepatu mereka karena penuh dengan lumpur yang menghambat perjalanan nya. Sementara saya adalah satu-satunya anggota kelompok yang masih memakai sepatu. Meski sepatu saya sudah berapa kali terkana lumpur yang melekat pada telapak kaki sepatu .

Selanjutnya kami berjalan menyusuri ladang pertanian milik warga setempat. Jalan yang kami lewati cukup terjal dan licin. Akan tetapi kami pun tetap santai dengan medan transportasi yang memang belum layak di lewati oleh sepeda motor. Semua itu kami nikmati dengan saling bercerita tentang pengalaman hidup di kota masing-masing.

Setelah 20 menit kami berjalan, kami memutuskan berhenti sejenak sambil memakan perbekalan untuk menambah energy sebelum kami melanjutkan perjalanan kembal. Setelah 5 menit kami berhenti , kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kembali. Setelah berjalan belum ada lima puluh meter kami di sajikan dengan tanjakan yang cukup menanjak sekitar lima belas meter dengan kemiringan 30 derajat.

Kami pun langsung berjalan melewati tanjakan itu dengan tekad kami. Selanjutnnya sampailah kami di sebuah pondok. Pondok yang tersusun rapi dengan kayu jati dan peyangga dari kayu mahoni serta atap yang rapuh akan usia bangunan pondok itu.

Saya, Elsa ,Elmy ,Lili dan Mas Fahmi mulai menanyakan apakah ini kediaman Bapak Sumali. Pertanyaan itu kemudian di jawab lah oleh Bapak yang tua itu :

"Iya memang benar ini kediaman saya", kata bapak tua yang ternyata Pak Sumali itu.

Setelah itu, kami di persilahkan masuk kedalam pondok. Di dalam pondok kami di sambut oleh keluarga Pak Sumali. Kami disuguhi teh hangat , lepet , kacang rebus.

Pak Sumali adalah bapak dengan empat anak. Pak Sumali sendiri pernah di tinggal anak-anaknya saat ia memilih tinggal di desa Tambak Rejo. Namun, ia masih sering kali di temui oleh anak pertama yang bernamakan Jumadi. Jumadi sendiri adalah seorang petani, sama seperti Pak Sumali .

Angin memberikan isyarat kepada Pak Sumali yang duduk di depan kami. Selanjutnya, beliau bercerita tentang awal mula memasuki tempat ini dan menetap di sini. Rupa-rupanya beliau menetap disini sejak tahun 1998. Tahun dimana Orde Baru terakhir berkuasa. Awalnya, ia tinggal di desa Bantur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun