Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar yang ada di benua Asia.Berdasarkan survei kependudukan yang dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia (kemendagri) pada tahun 2020 tercatat sebanyak 271.349.889 jiwa hidup di Indonesia.Jumlah penduduk yang mencapai ratusan juta jiwa mengakibatkan banyak orang bertahan hidup dengan berbagai cara demi memenuhi kebutuhan hidupnya,salah satunya lewat UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).
2021 merupakan tahun sulit bagi para UMKM yang ada di Indonesia,bahkan di dunia. Berdasarkan data yang di himpun Bank Indonesia (BI) tercatat 93.2% UMKM terdampak sisi negatif penjualan.Pandemi berkepanjangan serta pembatasan sosial bersekala besar menjadi salah satu kendala dan ancaman bagi para pelaku UMKM di masa pandemi saat ini.
Banyak sektor UMKM yang terdampak pandemi salah satunya yakni pegiat UMKM peternak burung murai batu.Di riset kali ini saya berkesempatan untuk bertemu secara langsung dengan pelaku bisnis ini "Alif Kurniawan".
Ia memulai bisnis berternak murai batu pada tahun 2016,pada saat memulai bisnis ini ia masih menginjak baku SMP.Peternakan ini memiliki nama "LIMBUK BF Sidoarjo" lokasi peternakan terletak di daerah Sukodono Town House Kecamatan Sukodono,Kabupaten Sidoarjo,Jawa Timur.Ia memilih berbisnis murai batu karena dia beranggapan bahwasannya ini merupakan suatu hoby yang dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah yang tidak sedikit dan menurut dia prospek kedepan tentang ternak murai batu ini cukup menjanjikan.Didalam menjalankan bisnis ini ia dibantu oleh anggota keluarganya seperti ayah,ibu dan juga adiknya.
Bisnis peternakan yang dikelolanya sendiri berjalan dengan lancar selama beberapa tahun,namun seiring dengan berjalannya waktu dan dengan datangnya pandemi Covid-19 ini membuat usahanya berjalan dengan lesu.
Banyak sekali masalah-masalah yang datang di saat pandemi Covid-19 yang berdampak dalam usaha ini salah satunya yakni turunnya peminat serta permintaan akan burung kicauan yang satu ini.
Sudah hampir 5 bulanan semenjak aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PPKM) diterapkan di jawa dan bali membuat sektor UMKM berjalan dengan lambat.
Kerugian pun dapat dipastikan terjadi pada segala aspek.Omset hingga puluhan juta bisa diraih sebelum pandemi dan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PPKM) diterapkan.
Dalam sebulan sebelum pandemi dan aturannya di terapkan bisnis peternakan murai batu ini bisa meraup omzet Rp.5.000.000-Rp.10.000.000,namun karena adanya PPKM ini membuat pendapatan peternak burung murai batu ini merosot drastis.
Akibat dari sepinya bahkan hilangnya ajang bergengsi ini membuat para pegiat kicau mania ini menjual burung andalannya,alhasil dengan banyaknya penjualan yang dilakukan mengakibatkan harga jual burung menurun drastis.
Hal ini tentunya tidak baik bagi para peternak burung kicau murai batu,termasuk peternakan milik saudara "Alif kurniawan" juga tidak luput dari kerugian.
Harga pakan burung yang mahal membuat para pegiat peternak murai batu memutar otak,kadang mereka mengakali dengan melakukan penjualan bibit murai batu dengan harga terjangkau demi menutupi biaya pakan burung yang mahal.
Pakan burung diperlukan demi menjaga stamina burung agar tetap prima di Gantangan nanti jika dibuka.Untuk menjaga stamina burung murai batu biasanya saudara "Alif kurniawan" melakukan beberapa perawatan burung seperti:
1.Rutin memberi vitamin
2.Rutin memberi pakan
3.Rutin memandikan burung di pagi hari
4.Rutin memberi masteran (materi)suara burung kicau lain seperti kenari
5.Rutin menjemur burung di pagi hari
Hal-hal dan perlakuan istimewa di atas dilakukan demi menciptakan burung murai batu yang tangguh dan prima dalam segi stamina untuk menghadapi pertandingan-pertandingan Gantangan yang akan dilakukan saat pandemi usai nanti.Tentunya seluruh perwatan yang dilakukan di peternakan ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Dalam seminggu ia mengatakan bisa menghabiskan biaya sekitar 550.000,jika dalam satu bulan saja untuk biaya pakan murai batu 10 pasang bisa menghabisakan biaya sekitar Rp.2.200.000,biaya ini belum termasuk biaya vitamin dan alat penunjang lainnya.Besaran biaya yang tidak sedikit ini lah membuat peternak murai batu ini memutar otak demi memenuhi kebutuhan rumah tangga dalam peternakan yang dijalankannya.
Dimasa pandemi ini omset penjualan sedang mengalam penurunan.
Peminat burung kicauan pun menurun drastis,sudah tidak ada harapan lagi karena banyak tutupnya Gantangan.Hal seperti ini mau tidak mau membuat para peternak burung murai batu berinvoasi dalam mencapai mangsa pasar yang baru.Mereka harus beradaptasi dengan pandemi ini dan mulai bangkit dari kerugian yang berturut-turut.
Dalam pemasaran yang biasanya dilakukan secara langsung dan bertatap muka untuk bernegosiasi,kini dapat diakali dengan adanya media percakapan online seperti Whatsapp.Melalui Whatsapp penjual dan pembeli bisa saling bernegosiasi dalam menentukan harga tanpa harus bertemu secara lansgung,tentunya hal ini sangat efektif dalam mencegah penyebaran virus Covid-19 disaat situasi yang sedang genting ini.
Untuk media promosi biasanya saudara "Alif Kurniawan" melakukan promosi melaui snap Whatsapp dan forum Facebook dalam menjajakan burung hasil ternakannya.
Tak jarang juga ia menerima pesanan dari pembeli yang jauh bahkan dari luar pulau jawa.Kedepannya pemilik peternakan burung murai batu memiliki harapan agar pandemi Covid-19 ini dapat segera berlalu dan kebijakan PPKM (Pembatasan Sosial Bersekala Besar) segera dihapuskan agar tercipta suasana yang harmonis seperti sediakala tanpa ada hambatan dalam melakukan transaksi jual beli.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H