Bahasa Kanayatn adalah bahasa sehari-hari, yang paling banyak dipakai dalam pergaulan suku dayak di 4 kabupaten dan Kota Madya Pontianak yakni; Kabupatan Sambas, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Landak, dan Kabupaten Bengkayang, menjadi semacam bahasa persatuan Dayak[6] di Pontianak.
Kedua,belum ada upaya-upaya untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Dayak Kanayatn, padahal dari segi jumlah penutur, bahasa Kanayatn terbesar kedua di Kalimantan Barat setelah bahasa Indonesia (Melayu). Jumlah penuturnya lebih dari 500.000 jiwa, menurut ukuran Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), seharusnya sudah ada terjemahan Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam bahasa suku tersebut.[7]
Ketiga, untuk menjaga keutuhan berita firman Allah yang disampaikan secara lisan, supaya sesuai dengan yang sudah tertulis dalam Alkitab, yang akan mencegah dualisme kepercayaan, seperti yang dikhawatirkan beberapa tokoh gereja. Dan Tujuannya yang terpenting adalah untuk meluruskan konsep pada jemaat yang sinkritisme, disesuaikan dengan kitab yang tertulis, agar mereka percaya dan dapat lebih bersungguh-sungguh bersekutu dengan Kristus (Yoh 20:31; 21:25).
D. Pembentukan Tim Penerjemah Alkitab
Menurut Wykllife Internasional yang berpusat di Amerika Serikat, sekarang ini alkitab telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 1000 bahasa suku bangsa, dari sekitar 6000 bahasa masyarakat di seluruh dunia. Ini berarti di seluruh dunia masih ada sekitar 5000 bahasa yang belum memiliki terjemahan alkitab. Menurut Wyklife untuk memenuhi kebutuhan penerjemahan kedalam seluruh bahasa suku bangsa diperlukan waktu sekitar 150 tahun.Dari sekitar 5000 bahasa dunia, di Indonesia ada sekitar700 bahasa etnis, dan sekitar 80 bahasa suku berada di Kalimantan Barat.
Di Kalimantan Barat belum ada satupun penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa daerah, menunjukkan kurang pekanya gereja-gereja di Kalimantan Barat, karena tidak memperhatikan kebutuhan mendasar dari umat Kristen yang mayoritas suku Dayak, sebab mereka menjadi umat Kristen yang sinkritis. Menurut pengamatan tokoh-tokoh gereja di kalangan suku Dayak Kanayatn, sinkritisme semakin , menguat sejak tahun 1980. Orang-orang Dayak Kristen semakin khawatir tercabut dari akar budayanya akibat dominasi bahasa Indonesia dalam Gereja atau sekolah dan banyak terjadi sengketa adat antara “orang Kristen panatik” dan “ masyarakat serta tokoh-tokoh adat”, terutama dalam hal adat pernikahan, balala’ (pantang) dan lain-lain. Sehingga tokoh-tokoh gereja yang mengerti adat membuatsuatu patokan baru dalam tata kehidupan bergereja dan bermasyarakat, sehingga sengketa-sengketa bisa dihindari.
Akan tetapi hal tersebut tidak menyelesaikan persolan mendasar dalam kehidupan rohani umat Kristen, sebab dari data penelitian di atas (hlm 2-3), dari 96 % Dayak Kristen (sample 17 kampung di Binua Ipuh) hanya 18 % yang tidak sinkritis. Karena itu menurut hemat kami, kebutuhan mendasar supaya kerohanian umat dapat bertumbuh dengan sehat adalah penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa daerah. Di samping itu adanya kebutuhan dan kerinduan banyak pihak untuk memiliki Alkitab dalam Bahasa Kanayatn, dan banyak pula yang bertanya mengapa Alkitab BahasaKanayatn belum ada ?
Berdasarkan kebutuhan tersebut maka kami telah mengadakan penelitian terhadap Agama Suku Dayak Kanayatn sejak tahun 1998-2004.Tujuannya adalah untuk memperjelas pemahaman konsep-konsep dasar dalam agama suku, terutama untuk mengidentifikasi konsep tentang “dewa tertinggi” atau “sang pencipta” dalam istilah Dayak Kanayatn. Penelitian tersebut sangat penting untuk menerjemahkan kata kunci “Tuhan” dan “Allah” dalam bahasa daerah. Karena podasi penerjemahan alkitab dan kontekstualisasi justru sangat bergantung pada penerjemahan kata kunci tersebut.
Penerjemahan Alkitab dalam bahasa Kanayatnrupanya telah menjadi beban banyak orang. Pada suatu kesempatan kemudian menyatakan diri bergabung jika Alkitab diterjemahkan dalam bahasa Kanayatn. Didorong oleh beban dan semangat kami untuk menerjemahkan alkitab ke dalam bahasa Kanayatn, maka kami membentuk tim penerjemahan alkitab, yang bersifat oikumene (gabungan Katolik-Kristen) yang dinamakan Tim Melkisedek. Tujuannya adalah supaya umat Kristen yang sinkritis dapat benar-benar bertumbuh dengan sehat dalam terang firman Allah yang diterjemahkan ke dalam bahasa ibu masyarakat Dayak Kanayatn (Mat 28:18-20).
[1]Surat Keputusan (SK) Mentri Agama, No.08. Th 2000, Tentang Sebutan “Kristen”untuk segala denominasi Kristen non Katolik.
[2]Binua, suatu wilayah adat yang dikepalai seorang Timanggong (temenggung), sebagai kepala pemerintahan.Merupakan bentuk pemerintahan tertinggi pada masyarakat Dayak Kanayatn zaman kesultanan Melayu. Sekarang merupakan pemerintahan non formal yang masih diakui masyarakat.
[3]Daud H. Susilo,Mengenal Visi dan Misi Lembaga Alkitab Indonesia, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia 1998), hlm. 9.
[4]Ibid, hlm. 12.