Mohon tunggu...
Gita Lovusa
Gita Lovusa Mohon Tunggu... Freelancer - penyemarak di serusetiapsaat.com

Penyuka kebaikan, penyuka senyuman, penyuka bacaan, penyuka tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ibu yang Mulia di Mata Allah

20 Agustus 2021   06:53 Diperbarui: 3 September 2021   17:22 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berapa banyak dari kita yang sibuk ingin mengubah keadaan? Ingin mengubah anak jadi baik, mengubah anak jadi lebih manis, mengubah anak jadi lebih disiplin? Tapi apakah pernah kita duduk sesaat dan bertanya, sudahkah saya sibuk memperbaiki diri? Sosok ibu seperti apa yang Allah kehendaki? Yang Allah berkenan memuliakannya.

Sebelum memberikan kajian sesuai tema, Ustadz Abi Makki menyampaikan, "Ibu, jika kalian ingin mulia di hadapan Allah, muliakan ibumu terlebih dahulu. Maka insyaallah anak akan meniru perilaku Ibu yang memuliakan ibunya."

Mari membersihkan hati dan meluruskan niat karena ini nasihat yang sangat baik untuk kita, para ibu.

Ibu yang bagaimana yang mulia di mata Allah?

1. Ibu yang ikhlas

Ikhlas dalam mendidik serta mengasuh anak. Tanamkan pada jiwa kalau anak adalah amanah, titipan dari Allah. Yang kelak akan ditanya, "Sudahkah engkau mendidik anakmu agar bisa baca Quran? Sudahkah engkau mendidik anakmu agar bisa mencintai Allah dan dekat pada-Nya?"

Fokuskan agar anak dapat mencintai Allah, bukan hanya sayang sama ayah dan ibunya. Jika anak sudah mencintai Allah, maka ia akan mencintai orangtuanya tanpa batas.

2. Ibu yang sanggup menjadi qudwah bagi putra dan putrinya

Qudwah atau uswah adalah teladan atau contoh terbaik.

Jadilah ibu yang yang memberikan teladan dalam beribadah. Tunjukkan kalau ibu semangat shalat awal waktu, rajin bersedekah, suka beramal soleh.

Juga teladan dalam bermuamalah, seperti menanyakan kehalalan makanan sebelum mengonsumsinya.

3. Ibu memiliki sifat yang adil

Ustadz Abi Makki mencontohkan, jika satu anak disun pipinya, sun juga anak-anak yang lain.

4. Ibu yang memiliki hikmah atau bijak

Banyaklah mendengar cerita anak, meski anak bercerita mengenai hal yang biasa saja. Karena bagi dia, luar biasa. Perbanyak juga mengamati perilaku anak.

5. Ibu yang sabar dan penuh kelembutan

Bersabar dalam menemani anak dalam belajar.

Perkataan ulama, "Tidak ada anak yang gagal dalam mengarungi kehidupan. Yang ada adalah seorang ibu yang tidak bersabar."

Aiih, jleb pisan di sini.

Bagaimana cara agar bisa bersabar? Resep dari Ustadz Nouman Ali Khan adalah perbanyak dulu rasa syukur, insyaallah akan bisa bersabar.

6. Ibu yang mengasihi dan mencintai menyayangi

Ibu bilang sayang, tapi suka memberi hukuman. Ibu bilang cinta, tapi berteriak atau malah memukul anak.

Jangan, Bu.

Berlemahlembutlah pada anak. Perbanyak peluk dan kecup anak-anak.

Kalau yang Rasululullah ajarkan: 

cium ubun-ubun anak sambil ucapkan, aku bangga padamu.

cium kening anak sambil katakan, aku mencintaimu.

cium pipi anak sambil bisikkan, aku ridho padamu.

7. Ibu yang selalu mendoakan anaknya di segala kondisi

Ustadz bercerita mengenai kisah Hasan Al-Basri:

Suatu hari Hasan Al-Basri menyaksikan pemandangan yang aneh. Ada seseorang yang dimakamkan, tapi hanya diantar oleh empat orang. Beliau pun bertanya, "Ke mana yang lain? Mana ibunya?"

"Hanya kami yang memandikan, mengafankan, menyolatkan, dan mengantarkan jenazah ini."

Hasan Al-Basri bertanya lagi, tapi nggak ada keterangan lebih jelas yang didapat. Tak lama, datanglah seorang wanita yang berjalan sendiri, lalu duduk di sebelah makam tersebut sambil menangis.

Setelah wanita itu selesai dengan tangis dan doanya, Hasan Al-Basri bertanya, "Ibu, maafkan saya. Apa yang terjadi? Kenapa hanya empat orang tadi dan ibu yang mengantar jenazah ini?"

Awalnya sang ibu nggak mau bercerita, tapi begitu tahu bahwa yang bertanya adalah seorang ulama terkenal, maka si ibu menuturkan pengalamannya.

"Saya didik anak saya untuk mengenal Allah dan beribadah sejak kecil, qadarullah ketika ia besar, ia menjadi seorang preman, suka mabuk-mabukkan, dan jadi seseorang yang paling dibenci di kampung kami. Setiap hari saya berdoa agar Allah memberikan anak saya kesempatan bertaubat. Meski ia pulang dalam keadaan mabuk, saya doakan. Meski ia habis baku hantam, saya doakan. Alhamdulillah suatu hari anak saya bilang kalau dia lelah, ingin bertaubat pada Allah. Akhirnya sejak itu, ia banyak menangis dan mengurung diri di rumah. Ketika sakit, ia sampaikan pada saya, 'Jika saya meninggal, tolong jangan beritakan kematian saya. Jangan sampai orang bersorak-sorai atas kematian saya. Hanya empat orang yang boleh mengurus saya, empat orang yang dipercaya atau dari kampung yang jauh sehingga tak mengenal siapa saya. Empat orang itu lah yang boleh memandikan, mengafani, menyolatkan, dan memakamkan. Ibu jangan beranjak sampai berita gembira datang pada ibu.'

Saya lakukan amanah dari anak saya. Saya rahasiakan. Saya cari orang-orang yang betul-betul bisa dipercaya dan semua prosesi memandikan, mengafani, menyolatkan saya lakukan di dalam rumah. Ketika suasana sudah sepi, baru empat orang itu keluar. Agar tidak ada yang tahu.

Saya menangis sampai tertidur, lalu jelas sekali ada suara di mimpi saya, 'Ibu, saya sudah dapatkan yang saya cari, yaitu kebaikan dari Allah.' Suara itu jelas sekali dan saya yakini itu sebagai kabar gembira. Maka barulah saya ke sini."

Hasan Al-Basri pun terpana mendengar cerita sang ibu.

Begitu juga saya. 

Masyaallah, kajian ini betul-betul menyentak dan memberikan banyak hikmah. Mari, mari berdoa dan berupaya agar menjadi ibu yang mulia di mata Allah. Insyaallah Allah yang beri pertolongan dan kemudahan. Jazakunnallah khairan untuk MTSC yang sudah mengadakan kajian ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun