Mohon tunggu...
Gita Lovusa
Gita Lovusa Mohon Tunggu... Freelancer - penyemarak di serusetiapsaat.com

Penyuka kebaikan, penyuka senyuman, penyuka bacaan, penyuka tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nikmatnya Menahan Lidah

2 November 2018   06:59 Diperbarui: 2 November 2018   14:03 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
karya seni di pisang ^^

Di salah satu training EP, saya pernah tanya, "Gimana siy, Mbak, caranya biar nggak merepet ke anak pas ada sesuatu yang bikin kesel?"

"Tahan lidahnya."

"Kalo masih aja?"

"Kalo perlu, gigit lidahnya."

Glek! 

Pertanyaan itu tentu ada sebabnya. Duluu.. kalau lagi kesel sama anak, meski keselnya sedikit, haiyaah omongan suka melebar ke mana-mana. Sebenarnya ngeh kalau yang diucapkan sudah nggak nyambung atau malah nggak ada hubungannya lagi, tapi hayo ajah diomongin :(

Lalu saya pun memutuskan tuk berubah! Bismillah. Please help me, ya Allah.

--

Hari Minggu kemarin adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh si Kakak. Meski ternyata sorenya kami ada acara lain, dia tetap semangat datang ke acara yang diimpikannya itu. Sebagai emak yang ingin menepati janji dan mendukung minat anak, hayuk saya temani dengan beberapa perjanjian. "Kita di sana nggak lama-lama ya, Kak."

"Iya lah, Mi. Paling kayak waktu itu (kami pernah datang ke acara serupa). Dateng jam 10, balik jam 12 gitu ya."

"Sip. Biar sempet balik rumah, istirahat, dan abis ashar kita ke bandara."

Kami pun berangkat dengan hati riang. Sampai lokasi acara, jreng jreeng! Antrean sudah mengular. Saya tanya ke satpam, "Pak, ini antrean masuknya?"

"Iya, Bu."

"Beli tiketnya di mana?"

"Nanti di dalam."

"Ow, oke. Ini udah jam 10, tapi belum buka ya, Pak?"

"Bukanya jam 11, Bu."

Hoo.. diundur. Kami pun ikut duduk di antrean yang persis antrean naik wahana di Dufan pas musim liburan.

Singkat cerita, kami dengan setia mengantre selama lima kali (di luar gedung, di dalam gedung, di dalam area acara, di loket tiket, di pintu masuk. Haha, mantap ya!) dan ternyata baru buka jam 12.30. :D 

Ini beda banget dengan acara serupa yang pernah kami datangi. Acara serupa itu tepat buka jam 10. Beli tiket, langsung masuk.

Meski saya sempat ngegerutu karena ternyata nggak sesuai dengan rencana awal, alhamdulillah dengar cerita si Kakak saat mengantre jadi bikin semangat. "Aku tuh tiap hari ngitungin. Berapa hari lagi ya, acara ini? Ayo, kita maju terus, Mi."

Sambil mengingat-ingat gimana dulu semangatnya saya antre naik wahana di Dufan. Mengular seberapa panjang pun dijabanin dan hepi-hepi ajah.

Baiklah. Yuk, semangat! ^_^

Setelah keliling-keliling, akhirnya kami memutuskan tuk langsung ke bandara karena tanggung kalau balik ke rumah dulu. Di bandara pun ternyata kami harus lebih lama menunggu. Di perjalanan balik ke rumah, si Kakak bilang capek. Lalu godaan tuk merepet pun muncul. Muncul selintas pikiran: Kakak siy, pake keukeuh banget tetep ke acara itu. Padahal sorenya kita harus ke bandara. Capek kan, jadinya?

Alhamdulillah, Allah mengingatkan untuk berpikir tenang dan logis.

Eh, apa betul salah Kakak?

Atau karena jadwal acara yang ternyata mundur?

Ya kalo karena itu, kita nggak bisa kontrol, kan? Di situsnya pun ditulis kalau jam buka jam 10.

Kalo Kakak ada capek-capek, ya wajar.

Fyuh, kalem lagi deh, rasanya.

Sampai rumah hampir maghrib, lihat Kakak langsung merebahkan diri di kasur, godaan tuk kesel muncul lagi. Saya cepat-cepat bebersih diri dan istirahat. Sambil rehat, saya mengingatkan diri tuk fokus pada kebersyukuran. Disosiasi dan melihat berbagai kejadian dari atas.

Hari ini alhamdulillah, lho. Allah kasi nikmat rezeki bisa pergi dengan kendaraan yang nyaman. Makan pun alhamdulillah sangat cukup. Kakak sehat, aku sehat. Ingat nggak minggu lalu pas Kakak sakit hampir seminggu dan kamu sempat ketularan? Trus dia berdoa agar sembuh dan bisa pergi ke acara hari ini. Alhamdulillah hari ini sehat-sehat semua kan, ya? Bisa pergi. Bisa jemput Mama di bandara. Alhamdulillah Mama tiba selamat, sehat. Banyaak yang harus disyukuri tho.

Saat lagi asyik menikmati kebersyukuran dan disosiasi.. tiba-tiba dari belakang, sebuah pelukan mendarat. "Ummi, terima kasih ya, sudah bersabar. Aku sukaa sekali punya ibu kayak Ummi."

Uhuk! 

Ya Allah.

Rasanya mak nyees.. dalam hati, bersyukur sekali dibantu Allah untuk menahan lidah.

"Kakak, Ummi kan sempet ada keselnya."

"Dikit banget, Mi. Tapi Ummi kan terus nemenin aku."

Lalu ceritanya meluncur mengenai apa yang dia lihat di acara itu dan rencana selanjutnya.

"Seneng banget ya, Kak?"

"Iyaa. Aku seneeeng banget," jawabnya sambil senyum lebar.

Hari itu saya belajar lagi, untuk lebih fleksibel dalam menerima perubahan dan bertindak. Flexibility is the best policy, right :D 

Kalau kata Mbak guru Okina, manusia yang paling fleksibel adalah manusia yang paling efektif.

Dan tentu saja, untuk terus menahan lidah ketika 'godaan' itu datang.

Aah masyaallah, alhamdulillah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun