Mohon tunggu...
Gita Lovusa
Gita Lovusa Mohon Tunggu... Freelancer - penyemarak di serusetiapsaat.com

Penyuka kebaikan, penyuka senyuman, penyuka bacaan, penyuka tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Briefing pada Anak = Penting

6 Maret 2018   07:24 Diperbarui: 6 Maret 2018   10:51 1062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
buku yang ditulis oleh alumni kelas Enlightening Parenting

Beberapa bulan lalu, saya sempat berbagi mengenai briefing pada anak di komunitas Ibu Profesional Tangerang Kota. Sebenarnya istilah briefing atau pengarahan sering kita temukan di kantor, di sekolah, atau pun di kepanitiaan. Tapi briefing pada anak? Memangnya ada? Hihi, ternyata ada dan sama pentingnya dengan briefing yang dilakukan di tempat-tempat lain.

Awal perkenalan saya dengan briefing untuk anak ini di kelas Enlightening Parenting; kelas parenting yang mencerahkan banget. Salah satu yang diajarkan di kelas tersebut adalah apa-apa saja yang harus dilakukan ketika melakukan briefing pada anak.

Seperti arti katanya, briefing memiliki fungsi agar seseorang tidak kaget dengan situasi baru yang akan dihadapi, seseorang tahu apa yang harus dilakukannya di kegiatan atau tempat tertentu. Begitu juga pada anak. Agar anak siap menghadapi kegiatan, tempat, atau sesuatu yang baru, sebaiknya memang ada briefing dulu. Nah, jika pada anak, siapakah yang melakukan briefing? Tentu saja orangtua. ^^

Di buku di atas ada satu kisah saya dalam mem-briefing Cha ketika dia harus ikut saya mengajar. Sebenarnya mengajarnya sebentar sekali, hanya satu jam dan Cha pun sudah usia 9 tahun saat itu. Tapi segala sesuatu harus disiapkan dengan baik, bukan? Apalagi itu kali pertama dia ikut saya mengajar. Alhamdulillah, briefing sangat membantu kami. Saya bisa mengajar dengan tenang dan Cha pun bisa asyik berkegiatan selama menunggu saya mengajar. 

Briefing untuk anak ini bisa diterapkan pada kegiatan apa saja? Bisa jika orangtua hendak mengajak anak ke supermarket, pergi liburan, perjalanan, arisan keluarga, kumpul lebaran, acara pernikahan, acara reuni orangtua, dan lain-lain. 

Apa saja yang mesti disiapkan saat hendak mem-briefing anak?

1. Bangun emosi yang menyenangkan mengenai kegiatan yang akan dilakukan.

2. Selesaikan emosi diri sendiri (jika orangtua memiliki kekhawatiran ketika menghadapi suatu kegiatan atau acara). Sebisa mungkin orangtua harus tenang sebelum mulai briefing pada anak.

3. Materi briefing:

a. Tell: menjelaskan dengan detil kondisi dan hal penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan yang akan dilakukan.

b. Show: menunjukkan atau memberi contoh hal yang boleh dan tidak boleh untuk dilakukan.

c. Do role playing: mempraktekkan. Orangtua dan anak bermain peran sesuai materi briefing.

d. Ask: bertanya apakah anak sudah mengerti atau masih ada yang perlu dijelaskan.

e. Evaluasi: mengecek pemahaman anak. Minta anak menjelaskan ulang mengenai materi briefing.

4. Tahapan dalam briefing bisa tidak dilakukan semuanya. Dilakukan sesuai kebutuhan saja.

5. Briefing bisa dilakukan pada anak sejak masih dalam kandungan sampai usia remaja.

Di lain kesempatan, saya pun mem-briefing Cha (10 tahun) ketika dia hendak ikut pelatihan ESQ for Kids untuk pertama kalinya. November 2017, saya sudah memberitahukan mengenai kegiatan ini. Karena Cha belum mau ikut kegiatan yang menginap, saya dengan semangat bilang, "Cha, ini ada acara anak yang nggak menginap. Acaranya dua hari. Dari pagi sampai sore."

"Haa?" katanya kaget. Maklum, anak yang di sekolah hanya empat jam, suka kaget dengan acara yang memakan waktu lebih dari enam jam. 

"Acaranya ngapain aja?" 

"Belajar tentang Islam, tentang agama. Tapi kayaknya menyenangkan dan nggak cuma duduk aja." Terus saya ajak Cha menonton video yang ada di akun ESQ.

Setelah menimbang-nimbang, akhirnya dia setuju untuk ikut dan saya daftarkan.

Seminggu sebelum hari-H, saya mulai tanya-tanya ke panitia mengenai kegiatannya secara lebih detil. Seperti bagaimana susunan kursinya, dibagi kelompok atau tidak, ada kakak pembimbingnya nggak, dan sebagainya.

Dua hari sebelum hari-H, saya mulai mem-briefing Cha. Briefing sebaiknya dilaksanakan sehari atau dua hari sebelum acara berlangsung agar anak ingat dengan hal-hal yang disampaikan dan disepakati.

"Cha, Ummi belum pernah ikut acara ini, jadi Ummi nggak tahu pasti gimana bentuk kegiatannya dan isi materinya. Tapi Ummi udah tanya-tanya ke panitia. Ini susunan acara yang dikirim panitia. Ruangannya kayak gini." Saya tunjukkan foto yang dikirim melalui whatsapp.

"Peserta diminta pakai jaket dan kaos kaki karena ruangan dingin. Ummi belum tahu dinginnya seberapa dingin, niy. Untuk persiapan, berarti Cha harus siap apa aja sebelum masuk ruangan?"

"Harus makan dulu."

"Oke. Terus?"

"Pake kaos agak tebal."

"Sip. Lalu?"

"Apa lagi?" tanyanya.

"Bawa minyak kayu putih juga, ya. Tuk hangat-hangat."

"Oo oke."

"Nah terus, nanti akan ada kakak-kakak pembimbing. Cha ikut arahan kakak-kakak dan panitia, ya. Mau ke kamar mandi, izin kakak pembimbing. oke?"

"Oke."

"Kalau waktunya snack, shalat, makan siang, games, materi.. ikuti aja, ya. Makannya kalo bisa, dihabiskan. Kalo nggak habis, gimana?"

"Bawa pulang?"

"Boleeh."

"Besok Ummi akan tunggu di pagi hari aja, ya. Sekalian pengen tau acaranya kayak apa hehe. Agak siang Ummi tinggal nggak apa-apa?"

"Nggak apa-apa," jawabnya.

"Oke. Insyaallah sore dijemput, ya."

Setelah melakukan tell, saya tanya Cha. "Gimana? Udah lebih jelas belum tentang acara besok?"

"Udah, siy." Lalu saya mengecek pemahamannya. "Coba Cha jelaskan lagi mengenai acara besok."

Cha pun menjelaskan dengan gayanya. Yang penting isinya sesuai dengan yang dibicarakan tadi. :)

"Oke. Tentang acara besok sudah paham ya, kira-kira akan gimana."

Ternyata untuk kegiatan ini, ayahnya Cha ada ide lain, yaitu meminta Cha membawa HP selama kegiatan. HP model lama yang hanya bisa sms dan telepon. Jadilah materi briefing ditambah :D

"Ini ada HP punya Ayah yang dipinjamkan ke Cha."

"Horee, aku punya HP," soraknya senang.

"Yee, HP Ayah. Ayah minjemin doang hihi." Lalu Cha setengah manyun. :D

"HP ini cuma bisa sms dan telepon. Di kontak hanya ada nomor Ayah, nomor Ummi, dan nomor Nenek," sahut saya sambil menunjukkan fitur-fitur dalam HP. 

"Coba Cha utak-atik sendiri." Dia pun utak-atik HP dengan semangat.

"Udah bisa pakenya?" tanya saya.

"Udah."

"Coba sekarang praktek sms dan telepon Ayah Ummi." Role playing pun dilakukan. 

Ketika dia sudah bisa melakukannya, materi dilanjutkan dengan berpesan, "HP ini ditaro di tas aja, ya. Dilihat hanya ketika perlu menghubungi Ayah atau Ummi. Oke?"

"Iya."

"Nggak dilihat atau dimainkan ketika kegiatan berlangsung, ya."

"Iya."

"Ada yang mau ditanyakan tentang HP nggak?"

"HP-nya aku pegang pas ikut kegiatan aja? Kalo udah selesai, terus dibalikin ke Ayah?"

"Iya, dong. Hihi.."

"Yaaa.."

"Sabar, yaa. Tunggu 3 tahun lagi," kata saya sambil nyengir. Pembicaraan soal HP ini selalu menarik karena kami termasuk yang menerapkan anak punya HP di usia 13 tahun saja.

"Sekarang coba Cha ceritain tentang HP ini."

"Nanti pas acara, HP kubawa. Ditaro di tas. Dipakai kalo perlu hubungi Ayah atau Ummi aja. Kalo kegiatan udah selesai, HP kubalikin ke Ayah."

"Yes, sip!" Kami pun tos tanda sepakat. Tanda sepakat ini bisa berupa salaman, tos, peluk, atau yang lain.

Meski kelihatannya sederhana, briefing pada anak ini manfaatnya luar biasa. Orangtua dan anak bisa sama-sama tenang ketika menjalani kegiatan karena sudah dibicarakan detil dan disepakati bersama. Selama kegiatan, alhamdulillah berjalan lancar sesuai dengan yang sudah dibicarakan. Setelah kegiatan, Cha pun dengan mudah mengembalikan HP ke ayahnya. Ikut main dan lihat-lihat sebentar ketika ingin, setelah itu lupa dengan HP jadul. :D

Briefing pada anak adalah salah satu cara yang bisa orangtua lakukan agar kegiatan berjalan lancar dan semua senang. Anak pun merasa dihargai karena dia dilibatkan dalam perencanaan dan pembicaraan kesepakatan. Tentu saja semua proses ini diiringi doa yang terucap waktu demi waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun