Suatu malam, putri saya cerita kalau besok takut ke sekolah.
"Lho, ada apa?"
"Soalnya besok ada pelajaran olahraga."
"Lha, bukannya kamu suka?"
"Iya, tapi besok tuh ada tangkap bola. Aku suka nggak bisa nangkap, terus dimarahin teman-teman karena bikin grup kalah." Wajahnya terlihat sedih.
Ow, oke.. Saya mulai berpikir, apa yang bisa aku lakukan ya? Saya pun teringat dengan parental  coachingyang diajarkan di kelas Enlightening Parenting.Â
"Cha pernah berhasil tangkap bola?"Â
"Pernah, siy."
"Nah, itu artinya Cha bisa menangkap bola."
"Iya, tapi kalau bolanya melambung, aku tuh rasanya takut kena kepala." Cha memegang kepalanya.
Ah, saya mengerti rasanya. Karena dulu pun saya takut dengan bola yang dilempar tinggi. Sama, takut kena kepala. :D Saya sampaikan mengenai hal ini ke Cha.
"Agar Cha berani dan bisa menangkap bola yang melambung, apa yang bisa dilakukan?" Saya berusaha menggiring Cha untuk fokus ke menangkap bola, bukan ke rasa takut kena kepala.
"Ehm.. apa ya? Latihan?"
"Boleeh," jawab saya.
"Tapi gimana? Kita kan, nggak ada bola."
Hihi, saya baru ngeh kalau di rumah sudah nggak ada bola. Si bocah beranjak besar, bola-bola plastik aneka ukuran itu pun dihibahkan.
"Kalau nggak ada bola, kita bisa latihan pakai apa?"
Kakak melirik ke beberapa rak. Matanya tertuju pada satu benda. "Pakai boneka ini?"
Boneka itu ukurannya sedang. Pas dipegang tangan dan asyik buat dilempar-lempar. ^^
"Nah, bisaa.." Saya pun menyetujuinya.
"Sekarang kita mau latihan lempar bola. Yuk, kita fokus ke menangkap bola. Mata konsen menatap bola yang dilempar. Tangan bersiap untuk menangkap. Bisa?"
"Bisa!"
Lalu kami latihan lempar bola, eh boneka, bersama. Saya melempar dari bawah dan dari depan dada terlebih dahulu. Cha bisa menangkapnya.
"Cha berhasil menangkap bola terus tuh, artinya Cha bisa." Saya ingin lebih meyakinkan kalau dia bisa menangkap bola.
Cha mengangguk-angguk.
"Ummi mulai melempar dari atas ya." Boneka pun melambung dan Cha bisa menangkapnya.
"Siip." Saya menyemangatinya. Latihan dilakukan berkali-kali.
Kemudian boneka dilempar dari arah yang bervariasi; bawah, tengah, atas. Begitu terus sampai terasa cukup. Lalu saya acak arah lemparnya agar Cha selalu bersiap.
Sepanjang latihan, Cha berhasil menangkap boneka yang dilempar.
"Gimana setelah latihan tadi?"
Cha senyum. "Oke. Aku bisa tangkap bola."
"Kalau ada bola yang melambung, apa yang dilakukan?"
"Mata terus lihat ke arah bola, sambil tangan bersiap menangkap."
"Wiiy, kereen!"
"Besok masuk sekolah dan ikut pelajaran olahraga?"
Cha mengangguk.
"Siip. Alhamdulillah."
Kami pun tos!
Senangnya melihat wajah Cha berubah jadi ceria dan bersemangat. Besoknya sepulang sekolah, saya tanya mengenai pelajaran olahraga. "Gimana tadi tangkap bolanya?"
"Asyik. Aku bisa tangkap bola, meski dilempar ke atas," jawabnya sambil senyum-senyum.
"Ahaii.. alhamdulillah."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H