Alhamdulillah, sehari sebelum hari-H saya bisa tidur, makan pun seperti biasa. Pada hari-H alhamdulillah bisa jauh lebih tenang. Makan di pesawat pun habis. Selama di pesawat, terkadang masih hadir siy, pikiran yang aneh-aneh, "Gimana kalau begini? Gimana kalau begitu?"Â
Lalu saya berusaha merasionalkan pikiran saya. Ini cuaca cerah lho, Git. Pak Pilot tadi bilang kan, kalau cuaca baik. Guncangan sedikit tadi insyaallah nggak kenapa-kenapa. Kayak lewat jalan berlubang sedikit saja. Berdoa dan terus mengulang self talk baik yang menenangkan.
Liburan di April 2017 pun berjalan dengan jauh lebih baik, meski saat itu harus naik pesawat sebanyak 3 kali karena akan berpindah kota. Kalau dulu mah, pindah kota begitu saya akan keukeuh untuk minta jalan darat saja. ^^
Saat mudik ke Jogja sebulan lalu, saya lakukan kembali hal-hal ini. Alhamdulillah, meski pesawat harus berputar di atas kota Jogja selama 1 jam karena antre mendarat dan anak yang sedang kurang enak badan saat itu, saya bisa jauh lebih tenang.
Dari proses pembelajaran ini, saya belajar bahwa doa tetap yang pertama dan utama. Doa melingkupi setiap detik waktu. Saya memohon sekali agar Allah memberikan ketenangan kepada pikiran serta hati saya, membimbing di setiap langkah, menjadikan semua yang dilakukan bernilai ibadah.
Ikhtiar baik yang akan memperbagus hasil insyaallah harus tetap dilakukan. Cara bisa berbagai macam.Â
Berkata baik dan memberdayakan sejak dari dalam pikiran karena itu akan mempengaruhi kerja tubuh.Â
Latihan dan terus latihan. Ulang dan terus mengulang. Insyaallah hasil akan semakin maksimal.
Makasih banyak tuk Mbak Mita dan Mbak Oki. Insyaallah berkah dunia akhirat semua ilmu dan pengalamannya. Love, love. :)