Mohon tunggu...
Lovina Aeiniza Kinanti
Lovina Aeiniza Kinanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

43221010108 | Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr,M.Si.Ak | Universitas Mercu Buana | Akuntansi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sedulur Papat Limo Pancer Kearifan Lokal Indonesia_Quis

26 Oktober 2022   15:10 Diperbarui: 26 Oktober 2022   15:28 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Pengertian Kearifan Lokal Indonesia

Kearifan lokal sebagai sebuah konsep ilmiah sering disamakan dengan kearifan tradisional. Padahal keduanya jelas berbeda. Sebuah kearifan lokal, belum tentu merupakan kearifan tradisional.

Kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal dari luar tatau bangsa lain menjadi watak dan kemampuan sendiri. Kearifan lokal juga merupakan ciri khas etika dan nilai budaya dalam masyarakat lokal yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Dalam pengertian itu, untuk mempelajarinya kita harus memperhatikan bagaimana manusia bertindak dalam konteks lokal. Dalam keadaan normal, perilaku orang terungkap dalam batas-batas norma, etikat, dan hukum yang terkait dengan wilayah tertentu. Dalam tradisi pewayangan juga dikenal tokoh Punakawan: Semar, Petruk, Gareng, Bagong yang menemani dan melayani tokoh pusat yaitu Arjuna. Hal ini juga menggambarkan keempat kuda pada kereta perang Arjuna yang dikendalikan oleh kusirnya yaitu Krisna.

Namun, dalam situasi tertentu di mana budaya menghadapi tantangan dari dalam atau dari luar, respons dalam bentuk reaksi dapat terjadi. Tanggapan dan tantangan adalah cara normal untuk melihat bagaimana perubahan terjadi dalam budaya.

Dalam Modul Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB, dijelaskan bahwa kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal secara arif dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Kearifan lokal tidak hanya berhenti pada etika tetapi juga pada norma, tindakan, dan tingkah laku masyarakat. Oleh karena itu, kearifan lokal dapat menjadi pedoman masyarakat untuk bersikap dan bertindak dalam konteks kehidupan sehari-hari.

Apa saja Fungsi dan Ciri-ciri Kearifan Lokal di Indonesia?

Menurut Moendardjito (dalam Ayatrohaedi, 1986:40-41) mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai localgenius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang.

Berikut Ciri-ciri Kearifan Lokal diantaranya, adalah sebagai berikut:

1. mampu bertahan terhadap budaya luar,

2. memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar,

3. mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli,

4. mempunyai kemampuan mengendalikan,

5. mampu memberi arah pada perkembangan budaya.

Selanjutnya, ada beberapa Fungsi sebuah kearifan lokal. yaitu diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Sebagai penanda identitas sebuah komunitas.

2. Elemen perekat (aspek kohesif) lintas warga, lintas agama dan

kepercayaan.

3. Kearifan lokal tidak bersifat memaksa atau dari atas (top down), tetapi

sebuah unsur kultural yang ada dan hidup dalam masyarakat. Karena itu,

daya ikatnya lebih mengena dan bertahan.

4. Kearifan lokal memberikan warna kebersamaan bagi sebuah komunitas.

5. Local wisdom akan mengubah pola pikir dan hubungan timbal balik

individu dan kelompok dengan meletakkannya di atas common ground/

kebudayaan yang dimiliki

Apa Sedulur Papat Limo Pancer itu?

Sebutan Sedulur Papat Limo Pancer mungkin sudah tidak asing lagi bagi sebagian orang Jawa karena sudah turun temurun dari orang tua kepada keturunannya sejak zaman dahulu, artinya bersaudara dan berpusat pada lima orang.

Di sisi lain, berdasarkan konsepsi Jawa, istilah itu berarti satu bentuk wujud manusia ketika manusia dilahirkan di bumi. Istilah Sedulur Papat Limo Pancer berasal dari bahasa Jawa, namun konsepnya ditemukan hampir di seluruh wilayah Nusantara dan diberi berbagai nama seperti khodam, pendamping, atau yang dikaitkan dengan keberadaan makhluk astral atau halus.

Sumber: Dokumen Pribadi
Sumber: Dokumen Pribadi

Secara sudut pandang bahasa, istilah sedulur papat limo pancer berarti empat saudara dan menjadi lima sebagai pusatnya. Sementara berdasarkan konsep Jawa, istilah itu berarti bentuk kesatuan wujud manusia ketika manusia itu lahir ke bumi.

Secara singkat, dalam sejarah Jawa masyarakatnya menggunakan istilah sedulur papat limo pancer untuk menggambarkan bahwa ketika manusia lahir, maka lahir juga lah empat saudara manusia itu.

Istilah sedulur papat limo pancer ini diyakini oleh penganut Kejawen sebagai warisan budaya dari karya Sunan Kalijaga pada abad 15-16. Konon katanya, istilah ini pertama kali ditemukan pada Suluk Kidung Kawedar, Kidung Sarira Ayu, pada bait ke 41-42. Sedulur papat limo pancer dipercaya sebagai satu kesatuan yang saling mempengaruhi dalam diri manusia, terdiri dari empat hal dan ke lima hal sebagai berikut.

  • Kakang sawah

Kakang sawah atau yang disebut air ketuban adalah air yang membantu manusia untuk lahir ke bumi. Karena air ketuban keluar pertama kali, maka masyarakat Jawa menyebutnya sebagai Kakang, atau yang berarti Kakak.

  • Adi ari-ari

Adi ari-ari atau disebut plasenta. Adi dalam bahasa Indonesia berarti adik, yakni sebutan untuk ari-ari yang keluar setelah bayi dilahirkan.

  • Getih

Getih dalam bahasa Indonesia berarti darah. Yakni, hal yang utama pada ibu dan bayi. Dimana saat berada dalam kandungan, bayi juga dilindungi oleh getih.

  • Puser

Puser atau pusar berarti tali plasenta. Dalam pengertian ini maksudnya, antara ibu dan bayi dihubungkan dengan tali pusar yang membuat mereka semakin kuat. Selain itu, tali pusar juga lah yang menjaga kelangsungan hidup si bayi karena telah menyalurkan nutrisi dari ibu untuk bayinya saat di dalam kandungan

  • Pancer

Pancer bisa disebut juga sebagai tubuh wadah yang berarti diri sendiri. Hal kelima ini merupakan pusat kehidupan yang utama ketika manusia lahir ke bumi. Masyarakat Jawa percaya bahwa sebagai manusia, kita harus menyelaraskan kelima hal itu agar menjadi satu kesatuan yang utuh.

Dalam falsafah Jawa, saat manusia dilahirkan dari rahim ibu pasti membawa air ketuban, ari-ari, darah, dan tali plasenta. Masyarakat Jawa meyakini bahwa keempat benda ini menyertai kehidupan manusia dan selalu "menghidupi" secara batin sejak dilahirkan sampai meninggal dunia. Semua agama meyakini bawa hidup dan matinya seorang ditentukan oleh Tuhan. Konsep ini tentu selaras dengan kepercayaan semua agama di Nusantara yang meyakini manusia hidup, mati, dan menyinergikan kehidupan-kematian itu dengan tanah, api, air, dan angin. Tidak bisa tidak. Jika ada orang mengingkari Sedulur Papat, otomatis mereka menolak kehidupan.

Siapa Saja Sedulur Papat Limo Pancer itu?

Menurut Dalang Ki Sigit Ariyanto (2017) Dalam Penelitian Sedulur Papat Limo Pancer, mengemukakan pendapat mengenai siapa saja Sedulur Papat Limo Pancer, yaitu sebagai berikut:

Pertama, Watman, merupakan rasa cemas atau khawatir ketika seorang ibu hendak melahirkan anaknya. Watman diartikan saudara tertua yang menyiratkan betapa utamanya sikap hormat, sujud kepada orangtua khususnya ibu. Kasih sayang ibu ialah kekuatan yang akan mengiringi hidup seorang anak.

Kedua, Wahman yaitu kawah atau air ketuban. Fungsinya menjaga janin dalam kandungan agar tetap aman dari goncangan. Ketika melahirkan, air ketuban pecah dan musnah menyatu dengan alam, namun secara metafisik ia tetap ada sebagai saudara penjaga dan pelindung.

Ketiga, Rahman atau darah dalam persalinan sebagai gambaran kehidupan, nyawa, dan semangat. Selalu ada sebagai saudara yang memberi kehidupan dan kesehatan jasmani.

Keempat, Ariman atau ari-ari (plasenta) sebagai saluran makanan bagi janin. Ia merupakan saudara tak kasat mata yang mendorong seseorang untuk mencari nafkah dan memelihara kehidupan.

Kelima, Pancer atau pusat yang berarti bayi itu sendiri dimaknai juga sebagai ruh yang ada dalam diri manusia yang akan mengendalikan kesadaran diri seseorang agar tetap eling lan waspada (ingat dan waspada). Ingat kepada sang pencipta dan menjadi insan yang bijaksana.

Dalam analisis yang dilakukan, Dewi (2017:4) juga menemukan, keempat saudarana watman, wahman, rahman, dan ariman itu merupakan saudara manusia yang menemani secara metafisik. Sedulur Papat menjadi potensi atau energi aktif dan pancer sebagai pengendali kesadaran. Mereka adalah saudara penolong dalam mengarungi kehidupan hingga seseorang kembali lagi pada sang pencipta. Yang memiliki Arti, tanpa mengenal Sedulur Papat kita sendiri akan susah menuju Tuhan.

Bagaimana Metafora Jiwa dalam Sedulur Papat Limo Pancer Itu?

Dalam kesadaran moralitas dan spiritualitasnya, orang dengan kesadaran Sedulur Papat Kalima Pancer dapat diartikan sebagai orang dengan standar etika yang tinggi. Etika tersebut mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dalam berbagai hubungan dan peran dalam masyarakat. Dalam keluarga, pekerjaan, pendidikan, spiritualitas, kesehatan dan hubungan sosial lainnya. Banyak yang mengaku sukses, tetapi hanya dalam bisnis saat rumah tangga mereka kacau balau, tubuh mereka sakit, dan jiwa mereka tertekan. Itu bukan kesuksesan yang sebenarnya.

"Neng, Ning, Nun, Nang, Gun" dalam filsafat Jawa memiliki makna yang dalam yang berkaitan dengan alam bawah sadar manusia. Keempat istilah tersebut adalah tingkatan untuk menjadi orang yang lebih baik dengan menyuntikkan hal-hal positif ke alam bawah sadar Anda. Arti kata Jumenen berarti sadar, berdiri, berdiri dan bertapa, atau bertapa. Orang-orang diminta untuk lebih berkonsentrasi untuk membangkitkan kesadaran pikiran mereka.

Neng
"Neng" didefinisikan sebagai "Jumeneng". Makna dari kata jumeneng yaitu bermakna sadar, berdiri, dan bangun untuk melakukan tirakat atau semedi. Manusia diminta untuk lebih berkonsentrasi lagi untuk membangkitkan kesadaran dalam batinnya.

Ning
"Ning" didefinisikan sebagai "diam". Dengan kata lain, dalam Jumeneng (kesadaran), pikiran, pikiran, perasaan dan tindakan harus ditenangkan agar saling mendukung. Kombinasi kreativitas dan tujuan menciptakan keadaan ketenangan dan kekhidmatan. Dalam keadaan khusyuk, Anda dapat menerima sinyal "jiwa sejati".

Nung
'Nun' berarti 'Keshinungan' dan berarti Yang Terpilih. Setelah menciptakan neng (kesadaran) dan ning (keheningan), dia dipilih (nung) untuk mendapatkan sesuatu yang istimewa. Inilah yang memasuki jiwanya dan jiwanya seolah memiliki energi positif. Jiwa yang penuh energi positif dapat membuat orang lebih bahagia dan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain. Yang "menang" pada tahap ini adalah orang yang berhasil melakukan sesuatu yang buruk. Jiwanya sudah dipenuhi dengan energi positif, mendorongnya untuk melakukan hal-hal positif dalam hidup. Pikiran yang baik, perbuatan yang mulia dan ucapan yang baik membuatnya menjadi "pemenang". Pada tahap ini, seseorang merasa tenang dan bahagia, baik secara fisik maupun mental.

Nang
Tahap terakhir adalah "Nang" yang artinya "Menang". Maksud "menang" dalam tahapan ini yaitu seseorang yang sudah berhasil mengendalikan dirinya dari hal-hal buruk. Jiwanya sudah di isi dengan energi positif yang membuatnya melakukan hal positif dalam hidupnya. Berpikir baik, berperilaku mulia, dan berucap baik yang membuatnya menjadi "pemenang". Dalam tahapan ini seseorang akan merasa tenang dan bahagia secara lahir dan batin.

Gung

Gung artinya agung atau keagungan atau kemuliaan. Ini adalah puncak dari perjalanan, karena pribadi yang telah meng-heneng-kan dirinya adalah sosok pemenang yang agung. Itu terjadi setelah ia bisa melepaskan segala ego dan ikatan materi duniawi melalui empat tahapan sebelumnya (nang, ning, nung, neng).

Karena itulah, ia bisa hidup mulia dengan memberikan manfaat untuk seluruh makhluk dan alam semesta (rahmatan lil 'alamiin).

Dengan begitu ia juga bisa meraih kehidupan yang sejati, selalu kecukupan, tenteram lahir batin, dan tetap menemukan keberuntungan dalam hidupnya (meraih ngelmu bejo). Dan pada tahapan inilah seseorang baru akan menemukan jawaban yang benar tentang siapakah dirinya dan siapa pula Tuhannya yang sejati.

Citasi

Marliah, S. (2020, 10). Kearifan Lokal. Retrieved from Gramedia.com: https://www.google.com/amp/s/www.gramedia.com/literasi/kearifan-lokal/amp/

Saktia, W. (202, Juli 10). Memahami Sedulur Papat Limo Pancer. Retrieved from Babad Budya: https://www.babad.id/budaya/pr-3643858422/memahamai-siapa-saja-sedulur-papat-limo-pancer-menurut-beberapa-versi-lengkap-dengan-makna-lainnya?page=3

Suparana, J. (2021, 10 01). Makna Nang Ning NUng Neng Gung. Retrieved from RMOL.ID: https://citizen.co.id/renungan-diri-konsep-alam-bahwa-sadar-manusia-neng-ning-nung-nang/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun