Mohon tunggu...
Lovine Azzahra
Lovine Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama : Lovine Azzahra NIM : 46123110050 Mata Kuliah : Wirausaha 1 Dosen : Prof. Dr. Apollo, AK. M.Si.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Diskursus Pendanaan UMKM Pendekatan Pecking Order; Studi Kasus Produk Lemper

15 Juni 2024   10:12 Diperbarui: 15 Juni 2024   10:44 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendanaan Utang

Ketika pendanaan internal tidak mencukupi, UMKM sering kali beralih ke utang sebagai sumber pendanaan berikutnya. Utang dapat berupa pinjaman bank, kredit mikro, atau bentuk lain dari pembiayaan utang.

Keuntungan:

  • Akses Cepat ke Modal: Pinjaman dapat memberikan suntikan modal yang cepat dan signifikan untuk ekspansi atau kebutuhan operasional.
  • Pembayaran Terjadwal: Struktur pembayaran yang jelas dapat membantu UMKM dalam mengelola arus kas.

Tantangan:

  • Persyaratan yang Ketat: Banyak lembaga keuangan menerapkan persyaratan kredit yang ketat, yang sering kali sulit dipenuhi oleh UMKM.
  • Biaya Bunga: Beban bunga dapat menjadi tekanan tambahan pada arus kas UMKM, terutama jika bunga pinjaman cukup tinggi.
  • Risiko Kebangkrutan: Ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban pembayaran utang dapat berujung pada kebangkrutan.

Pendanaan Ekuitas

Pendanaan ekuitas biasanya menjadi pilihan terakhir bagi UMKM karena melibatkan pengeluaran saham baru dan potensi pengurangan kendali pemilik atas perusahaan. Di Indonesia, opsi ini sering kali kurang populer di kalangan UMKM dibandingkan dengan pendanaan internal dan utang.

Keuntungan:

  • Tidak Ada Kewajiban Pembayaran Reguler: Tidak seperti utang, pendanaan ekuitas tidak memerlukan pembayaran bunga atau pokok secara berkala.
  • Potensi Pertumbuhan: Dengan tambahan modal yang signifikan, UMKM dapat menginvestasikan dana tersebut dalam proyek-proyek pertumbuhan jangka panjang.

Tantangan:

  • Pengurangan Kendali: Penerbitan saham baru dapat menyebabkan dilusi kepemilikan, yang dapat mengurangi kendali pemilik asli atas perusahaan.
  • Biaya Transaksi yang Tinggi: Proses penerbitan ekuitas bisa mahal dan memakan waktu, terutama untuk UMKM yang mungkin tidak memiliki sumber daya atau pengetahuan untuk menavigasi pasar modal.

Studi Kasus dan Analisis

1. Studi Kasus: UMKM di Sektor Kuliner

Sebagai contoh penerapan Pecking Order Theory, mari kita lihat UMKM di sektor kuliner. Misalnya, sebuah bisnis restoran kecil yang telah beroperasi selama beberapa tahun dan ingin membuka cabang baru. Berikut adalah bagaimana mereka mungkin mengikuti urutan pendanaan sesuai dengan Pecking Order Theory:

  1. Pendanaan Internal: Pertama, pemilik restoran akan menggunakan keuntungan yang telah dihasilkan untuk membiayai pembukaan cabang baru. Ini mungkin termasuk menggunakan tabungan bisnis atau mengurangi distribusi keuntungan kepada pemilik.
  2. Pendanaan Utang: Jika dana internal tidak cukup, pemilik mungkin akan mencari pinjaman dari bank atau lembaga kredit mikro. Mereka mungkin menggunakan aset bisnis sebagai jaminan untuk mendapatkan pinjaman.
  3. Pendanaan Ekuitas: Jika kedua sumber ini masih tidak mencukupi, pemilik mungkin mempertimbangkan untuk menjual sebagian saham bisnis kepada investor atau mencari mitra usaha untuk mendapatkan dana tambahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun