Mohon tunggu...
Lovine Azzahra
Lovine Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama : Lovine Azzahra NIM : 46123110050 Mata Kuliah : Wirausaha 1 Dosen : Prof. Dr. Apollo, AK. M.Si.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aplikasi KGPAA Mangkunegara IV Kepemimpinan Sarat Wedotomo untuk Meningkatkan Management Skill dan Merumuskan Strategy Bisnis

20 April 2024   13:49 Diperbarui: 20 April 2024   14:02 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengenai pelaksanaan dalam empat tahap: pemujaan badan, pemujaan penciptaan, pemujaan jiwa, dan pemujaan indera. Konsep komunitas  diungkapkan dalam istilah amemangun karyneka tyasing . Sasamayan artinya melakukan hal baik untuk menyenangkan orang lain. Hubungan  antar masyarakat tetap terjaga harmonis dan timbul kedamaian. Nilai-nilai kemanusiaan, sebaliknya, bertujuan untuk mencapai keberadaan berbudi luhur yang ke  (Jatmiko, 2014).

Secara semantik, Serat Wedhatama terdiri atas tiga suku kata yaitu Serat, Wedha dan Tama. Serat artinya tulisan atau karya yang berbentuk tulisan, Wedha artinya ilmu atau pendidikan dan Tama berasal dari kata utama yang  artinya  baik, tinggi atau mulia. Dengan demikian, Serat Wedatama adalah  karya yang berisi ilmu pengetahuan untuk dijadikan bahan ajar untuk mencapai keunggulan dan keagungan hidup dan kehidupan  manusia. Serat Wedatama sebenarnya adalah karya kepemimpinan orang Jawa, karena merupakan karya ilmu pengetahuan dan dimaksudkan sebagai sarana pengajaran untuk memperoleh keutamaan dan keluhuran. nyawa harus digunakan untuk kehidupan manusia. Pak Siswokartono juga menyampaikan bahwa ``Serat Wedhatama '' merupakan  karya yang memuat ajaran Ngelmu Luhung, atau ilmu lanjutan . Walaupun Serat Wedatama tidak secara langsung dimaksudkan untuk mengajarkan kepemimpinan, namun sebagaimana makna dari kata wedatama, Serat Wedatama mengandung nilai-nilai kepemimpinan yang sangat mendalam pada muatannya (Wibawa, 2010).

Serat Wedhatama diawali dengan pupuh Pangkur, Berikut ini pupuh Pangkur bait pertama, sebagai berikut:
mingkar-mingkuring angkara, akarana karnan mardi siwi
sinawung rsmining kidung, sinuba sinukarta
mrih krtarta pakartining nglmu luhung,
 kang tumrap nng tanah Jawa, agama agming aji
(Wedhatama, 1959: 3)
Terjemahan: Menghindari dari angkara, bila akan mendidik putra
Dikemas dalam keindahan syair, dihias agar tampak indah
Agar tujuan ilmu luhur ini tercapai
Yang berlaku ditanah Jawa, Agama pegangan diri

Pada bait pertama baris pertama dan kedua menyebutkan " Guna menghindari (mingkar-mingkur) sifat angkara, karena keinginan untuk mendidik anak (Mardi siwi)"Jelas bahwa tujuan Serat Wedhatama adalah untuk memberikan pendidikan kepada anak (generasi muda), Mangkunegara IV memang senang (karenan) mendidik.Bila kita lanjutkan ke baris ke 3 dan seterusnya, disebutkan bahwa pitutur yang diberikan ditata dalam keindahan sebuah tembang (sinawung rsmining kidung) yang amat dihormati (sinuba sinukarta), dalam upaya memperoleh ilmu yang luhur. Di Jawa, agama merupakanpegangan tertinggi (agming aji).

Ajaran kepemimpinan di pura ini adalah agar  pemimpin lebih menaati aturan dan tugas hidup serta mengikuti pedoman hidup daripada terjebak hanya mencari nafkah (kikisane tan liang amun ngpa boga). Warisan nenek moyang kita yang terus berlanjut dari zaman dahulu  hingga masa depan. Selain itu, para pemimpin didorong untuk mengembangkan akal sehat sehingga mereka dapat dengan cepat menjadi pemimpin terkenal dan teladan karakter . Pedoman hidup terdiri dari tiga bagian: Wirya-Arta-Winasis. Wirya adalah kebangsawanan atau kekuasaan, Artaharta dan Winasis adalah ilmu. Apabila salah satu dari ketiga hal tersebut tidak tercapai maka harga diri seseorang akan terkuras dan menjadi seorang pengemis atau gelandangan, bernilai lebih dari sehelai daun jati kering dan pada akhirnya hanya akan menderita (Wibawa, 2010) Wirya adalah kekuasaan , kebangsawanan, dan kepemimpinan (Mardiwarsito, 1990). Orang yang mulia tentulah orang yang dihormati banyak orang - orang  dihormati karena kebajikannya, bukan karena kekuasaannya yang sewenang-wenang. Kekuasaan bukan berarti bisa melakukan apa pun,  semua orang menuruti kemauanmu kapan pun dan di mana pun seseorang melayani. Kinerja harus digunakan sebaik mungkin. Seseorang dengan kekuasaan yang sah mempunyai kekuasaan yang sah menurut hukum dan harus dilaksanakan dengan cara terbaik. Arta mempunyai arti sempit yaitu uang. Artha adalah harta karun (Pulwadi, 2005). Apa pun bentuk kekayaan kita, baik yang bergerak maupun  yang diam, baik yang bersuara maupun yang tidak bersuara, ia dapat disebut sebagai seni atau harta karun. Untuk memahami Serat Wedatama, jangan sekali-kali memaknai kekayaan sebagai tujuan. Disini kekayaan adalah alat untuk mencapai tujuan. Agar kehidupan berkeluarga dapat berjalan lancar dan anak kami dapat memperoleh makanan yang cukup, lulus sekolah, dan berguna di  kemudian hari, keluarga memerlukan kekayaan. Winasis berasal dari kata Wasis yang berarti bijaksana. Winasis artinya  orang bijak.
Untuk mendapatkan posisi yang baik, hal pertama yang harus Anda lakukan adalah bekerja tanpa  pamrih dimanapun Anda berada. Kedua, bagaimana orang harus memperoleh kekayaan melalui kerja keras. Hal ketiga yang harus dicapai adalah kecerdasan, pencarian ilmu yang berguna dalam kehidupan. Selain itu, para pemimpin dituntut untuk lebih memilih menyelami kesendirian (pertapaan), mempertajam dan mensucikan pikirannya pada waktu-waktu tertentu, menunaikan kewajibannya sebagai pejuang, berperilaku bermoral, bersikap rendah hati; Untuk menenangkan hati orang lain lainnya (Wibawa, 2010). Menurut Mangkunegara IV, seseorang harus bijaksana. Mustahil menjadi Wiliya tanpa seekor elang. Menjadi elang membutuhkan ilmu, namun ilmu tidak mudah didapat.

Wirya, Artha, dan Winasis adalah pesan mulia dari nenek moyang kita. Winasis bertekad untuk mengakuisisi Kawiliyan. Berhentilah menginginkan Williya tanpa wasir atau mengejarnya dengan uang untuk mendapatkan kembali dari hutang yang pada akhirnya harus Anda lunasi. Jika Kawilian gagal memenangkan  padahal uangnya sudah keluar, maka hasil akhirnya akan keterlaluan. Di Kawiryan, Anda bisa mendapatkan uang berkat kemampuan superior kami. Mangkunegara IV tidak hanya menjelaskan pedomannya tetapi juga dengan bijak mengingatkannya kepada generasi penerus yang jelas-jelas terinspirasi.

  • Pemutakhiran kembali ajaran kepemimpinan dalam Serat Wedhatama

Pemutakhiran kembali ajaran kepemimpinan dalam Serat Wedhatama diperlukan mengingat ajaran kepemimpinan dalam Serat Wedhatama masih relevan dengan keadaan saat ini. Konsep Wirya, Arta dan Winasis perlu diajarkan kepada generasi muda saat ini merupakan generasi yang lebih menyukai  budaya instan ((Novita, 2015). Budaya instan ini juga terjadi di lingkungan  sekolah. Siswa lebih menyukai nilai bagus tetapi tidak menghargai proses. Budaya menyontek banyak terjadi di sekolah. Serat Wedhatama menjelaskan bahwa untuk memperoleh Winasis , seorang pemimpin  harus melalui proses yang panjang -- kajian yang sungguh-sungguh. Karena ilmu diperoleh melalui belajar yang giat, maka ilmu ini memberikan  kekuatan/kekuatan/nyantsani. Dalam hal belajar, jika anda belajar dengan sungguh-sungguh maka anda akan mendapatkan hasil yang memuaskan dan berguna untuk kehidupan anda kedepannya. Lain halnya jika belum melalui proses yang benar/salah. Meskipun nilaimu bagus, tidak akan berguna di kehidupanmu selanjutnya.

Konsep kepemimpinan dalam Serat Wedhatama berasal dari Wirya, Arta , Winasis merupakan  pesan luhur dari para leluhur. Ketika dibangun kembali, menjadi Winasis, Wirya, dan Arta. Winasis adalah kebijaksanaan. Winasis mencapai setelah belajar keras. Jika Winasis tercapai, seseorang akan dengan mudah mendapatkan Willya: Kekuatan, Bangsawan, Kepahlawanan. Pemimpin yang berada di puncak kekuasaan harus mampu menjaga kepercayaan yang sebesar-besarnya. Terakhir ada Arta  yang artinya dekat dengan uang/harta. Untuk memahami Serat Wedhatama,  jangan  sekali-kali dimaknai sebagai kekayaan yang menjadi tujuan. Di sini kekayaan adalah alat untuk  mencapai tujuan. Jika salah satu dari ketiga hal tersebut tidak tercapai maka harkat dan martabat manusia akan terkuras, sehelai daun jati akan lebih berharga dari pada sehelai daun jati kering, dan pada akhirnya hanya jiwa yang akan menderita, menjadi pengemis, dan terlantar (Wibawa, 2010). Dalam  konteks organisasi pendidikan sekolah, pemimpin adalah (1) orang yang sungguh-sungguh mempunyai motivasi belajar, dan (2) orang yang menjalankan kekuasaan dengan menjalankan tugas dan memajukan organisasi. Kepemimpinan dalam  konteks sekolah merupakan kepemimpinan struktural dimana pemimpin berfungsi untuk memberikan motivasi kepada yang dipimpinnya untuk melaksanakan kegiatan atau bertindak sesuai  program yang telah ditentukan.

  • Definisi kepemimpinan serat wedhatama untuk meningkatkan manajemen skill, dan merumuskan strategi bisnis

Kepemimpinan serat wedhatama adalah pendekatan kepemimpinan yang didasarkan pada prinsip-prinsip filosofis Jawa yang dikenal sebagai "serat wedhatama", yang mencakup nilai-nilai kearifan lokal, kebijaksanaan, dan kesadaran spiritual. Dalam konteks meningkatkan manajemen skill, kepemimpinan serat wedhatama mengedepankan pengembangan keterampilan interpersonal, empati, dan komunikasi yang efektif. Ini dapat dicapai melalui pembinaan hubungan yang kuat antara pemimpin dan anggota tim, mendorong kolaborasi, dan memberikan kesempatan untuk pengembangan pribadi.

Sementara itu, dalam merumuskan strategi bisnis, kepemimpinan serat wedhatama menekankan pada harmonisasi antara tujuan ekonomi, keberlanjutan lingkungan, dan kesejahteraan sosial. Pemimpin menggunakan nilai-nilai serat wedhatama sebagai panduan untuk memastikan bahwa setiap keputusan bisnis memperhatikan kepentingan semua pemangku kepentingan, termasuk karyawan, pelanggan, masyarakat, dan lingkungan. Ini mungkin melibatkan pengembangan produk yang ramah lingkungan, keterlibatan aktif dalam komunitas lokal, dan penerapan praktik bisnis yang etis dan bertanggung jawab. Dengan pendekatan ini, pemimpin menciptakan strategi bisnis yang tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga memperhatikan dampak sosial dan lingkungan jangka panjang.

Kepemimpinan serat wedhatama menekankan pada nilai-nilai kearifan lokal dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan. Untuk meningkatkan manajemen skill, praktik kepemimpinan tersebut dapat memperkuat keterlibatan tim, memberikan ruang bagi inovasi, dan mendorong pengembangan pribadi. Dalam merumuskan strategi bisnis, serat wedhatama menekankan pada keselarasan antara tujuan bisnis, keberlanjutan, dan keadilan sosial, dengan memperhatikan kebutuhan semua pemangku kepentingan. Dalam konteks yang lebih spesifik, kepemimpinan berbasis serat wedhatama dapat melibatkan praktik-praktik seperti musyawarah untuk mencapai kesepakatan bersama, penerapan nilai-nilai moral dalam pengambilan keputusan, dan pengembangan hubungan yang berkelanjutan dengan para anggota tim. Dalam merumuskan strategi bisnis, pendekatan ini mungkin melibatkan identifikasi nilai-nilai budaya lokal yang dapat memperkuat posisi bisnis, memperhatikan dampak sosial dari keputusan bisnis, dan membangun kemitraan yang saling menguntungkan dengan komunitas sekitar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun