Dear Diaryku, sejak aku teralahir ke dunia ini dan sejak aku bisa mengingat semua peristiwa, semenjak usia balita hingga kini hampir menua, memory ingatanku terus dipenuhi oleh berbagai peristiwa perang dan pertikaian, pembantaian negara dan umat muslim. Â
Sejak aku balita telinga dan mata ini sudah sangat akrab dengan adanya  peritiwa perang di bumi belahan timur tengah sana, dari mulai Palestina yang perjuangannya tak berujung usai, penggempuran warga Afganistan dan Palestina yang entah sampai kapan bisa mereda.
Palestina yang selalu merana, disusul oleh perang Iran-Irak, Iran -Quait. Â Lalu Irak-Amerika, Libya, Â pembatalan warga sipil muslim Bosnia, Mesir yang kini mencekam, Â warga Rohingan di Mianmar yang terkapar. Bahkan yang lebih meluluh lantakkan perasaanku saat ini, musnahnya negara Suriah dan warga yang ada di dalamnya.
Dear Diary, kenapa ini semua bisa terus terjadi? Â Kenapa kaum muslim harus terus terkoyak? muslim seolah keyakinan yang sangat menakutkan hingga usaha untuk membinasakan tanpa tersisa dari muka bumi ini kian masif dan brutal.
Sementara kaum muslim sendiri selalu mengulang riwayat yang sama, bermulut arogan bisanya sesumbar menantang dan mengutuk atau mengancam tanpa modal kekuatan teknologi tinggi, tak jua ada rasa kebersamaan sebagainya sesama muslim satu dengan yang lainnya  . Â
Dear Diary, salahkah aku yang terlahir dan mendapat didikan muslim sejak mengenal dunia ini, Â jika kini aku merasa prustasi?
Salahkah bila aku merasa tak lagi memiliki iman, merasa menjadi pengecut dan kerdil, malu luar biasa pada keimananku karena tidak bisa berbuat apa-apa dan tak jua memiliki kekuatan saat menyaksikan  semua peritiwa pemusnahan kaum dan golonganku, sodaraku yang jauh di sana sebagsi sesama muslim.Â
Aku merasa sangat hina dan tak berguna, saat menyaksikan negara-negara  muslim dan warga yang ada di dalamnya  satu persatu dibantai, hancur lebur sementara aku hanya bisa menahan napas yang kian terasa sesak, menahan rasa duka karena tidak mampu berbuat apa-apa.
Jiwaku memberontak tak terima, ingin membela  dan melindungi mereka,  tapi rasa ini harus terkerdilkan oleh kenyataan bahwa aku ini hanyalah sebutir pasir di lautan yang tak memiliki kekuatan bila harus berjalan seorang diri.
Dear Diaryku, setiap saat selalu  terselip tanya yang terus menggangguku, kenapa negara-negara muslim yang berada di belahan timur tengah sana, selalu bertikai dan gampang sekali dipancing amarahnya hingga mudah diprovokasi hingga ujungnya menghancurkan negara dan kaum mereka sendiri.Â
Kenapa pula mereka sebagai bangsa-bangsa yang sama muslimnya dan berdekatan secara geografis, selalu berjalan sendiri-sendiri, bahkan cenderung bermusuhan tak memiliki jiwa kesatuan sedikitpun di diantara mereka .