Mohon tunggu...
Ely yuliana
Ely yuliana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Tulisan saya banyak salah ketik 🙂

Kunjungi blog bacaan anak di https://www.dhiayasmeen.blogspot.nl

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Kandasnya Sebuah Impian

6 April 2015   23:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:27 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kejutan dan kedatangannya itu tentu membuatku  sangat bahagia, akupun menghambur kepelukannya dan memeluknya erat-erat seolah tak ingin melepaskannya lagi.

"Kak Irwan.." seruku sambil menghambur memeluknya. Akupun merasakan pelukan balasan yang amat lembut dari pria yang kukasihi itu. Irwan memelukku lembut sambil mengusap-usap rambutku, lalu ia mengajaku jalan dan mampir di sebuah rumah makan di Jalan Merdeka.

Sepanjang perjalanan aku berkicau menanyakan ini itu, mengungkapkan perasaanku yang sangat bahagia karena Irwan telah kembali. Aku berceloteh sambil tak lepas menggenggam tangannya, dan Irwan menyambut semua celotehku dengan tersenyum-senyum sambil juga membalas mengenggam tanganku dan sesekali mengelus rambutku seperti kebiasaan lamanya.

Ketika kami berada di restoran akupun terus berceloteh dan bertanya tentang banyak hal, juga aku sibuk menghabiskan makanan yang ada di piringku.

Tapi anehnya, saat itu Irwan lebih banyak terdiam dan terus menatapku.

Aku yang sebelumnya tak menyadari akan keanehan sikap Irawan, akhirnya sadar juga dan menjadi serba salah hingga akhirnya aku mulai memberanikan diri untuk bertanya.

" Ka, kenapa sih.., ko banyak diam gitu..?"

Irwan tak menjawab, ia hanya menundukan wajahnya dan aku lihat ada titik air mata mengembang dari pelupuk matanya.

Aku semakin tak mengerti bercampur terkejut, karena selama aku mengenalnya belum pernah aku melihat Irwan menangis.

" Ka.., ada apa sih.., ayo cerita… Ko sedih begitu..." pintaku manja, berusah ingin membantu meringankan beban Irwan yang terlihat sangat tertekan.

Kebiasaanku yang  selalu bermanja ria dengannaya, saat itu aku tak berubah karena Irwan memang sangat menyukai akan sifat manjaku kepadanya. Bila sebelumnya ketika aku sedang manja dan merajuk, Irwan akan selalu mengatakan "Ok, ok..." jawaban itu selalu diiringi dengan wajah menggoda sambil mengelus rambutku atau mengenggam tanganku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun