Mohon tunggu...
Ely yuliana
Ely yuliana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Tulisan saya banyak salah ketik 🙂

Kunjungi blog bacaan anak di https://www.dhiayasmeen.blogspot.nl

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Kandasnya Sebuah Impian

6 April 2015   23:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:27 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tergesa-gesa menghentikan kuliahku, karena pria pujaan hatiku Irwan yang kutaksir selama ini berjanji akan menjemputku sepulang kuliah. lrwan pria tampan, pintar dan soleh. Pria langka yang pernah kutemui karena ia selalu rajin beribadah. Irwan juga pria gaul yang sangat menghargaiku sebagai wanita, pria yang selama kami sering jalan bareng tak pernah berlaku kurang ajar apalagi memamfaatkan situasi karena rasa sukaku kepadanya yang jelas kupelihatkan.

Pria spesial itu di mataku tentu lebih istimewa lagi, karena diusianya yang belum genap 30 tahun sudah menyelesaikan kuliah S2 dan telah bekerja dengan jabatan cukup menjanjikan di sebuah perusahaan BUMN yang cukup ternama pula.

Hatiku deg dig dug  tak karuan setiap menanti saat pertemuan dengannya, aku tak mengerti kenapa perasaanku kepadanya sangat kuat hingga rasaku terus didera rasa rindu. Kian hari rasa ini kian aneh dan tak bisa kuhentikan kepadanya. Aku berharap dan berdoa agar asa ini tak hanya kumiliki di hatiku saja. Tentu aku berharap Irwan memilki perasaan yang sama dengan apa yang aku rasakan saat ini. Semoga saja Irwan memiliki rasa yang sama seperti yang aku rasakan. Kalau saja perasaanku tidak sama dengannya, untuk apa ia mau susah-susah menjalin hubungan dan mau rutin menjemputku sepulang kuliah dengan dilanjutkan jalan bareng menikmati suasana sore kota Bandung.

Kian lama pria itu semakin merajai hatiku, membutaku tersiksa karena penasaran dan gelisah. Tapi Irwan tak juga mau mengungkapkan perasaanya kepadaku, menyatakan rasa yang ku harapkan selama ini yakni ungkapan perasaannya yang berhubungan dengan cinta. Namun, rasa kagum dan sukaku kepada Irwan kian hari semakin tak mampu kubendung dan kusembunyikan, apalagi ketika kusaksikan ketika kami berjalan bersama dan pada waktunya shalat tiba Irwan akan selalu menghentikan langkahnya lalu mencari tempat untuk melaksanakan sholat.

" Ya Alloh, kalau memang pria itu jodohku, tolong dekatkan kami segera karena aku tak ingin menunggu lebih lama lagi ungkapan kata cinta darinya. Aku tak sanggup bila harus terus berada di dekatnya dalam ketidak pastian" Bathinku penuh harap, sambil menghayalkan pria tampan itu.

"Hello De, begitu sapaan mesranya kepadaku, sapaan dengan memanggilku Ade yang kerap membuatku berdebar tak karuan dan semakin manja kepadanya.

Lamuananku buyar seketika karena akhirnya pria yang kutunggu itu terdengar menyapaku. Aku menoleh ke arah suara Irwan, dan benar saja pria yang kutunggu dan selalu kurindukan itu telah berdiri dihadapanaku dengan tas gendong yang selalu menemaninya kemanapun ia pergi.

Irwan pria yang asyik dan gayanya masih seperti anak kuliahan, meskil ia sudah  bekarja dengan jabatan menejer di salah satu kantor pemerintahan ternama di kota Bandung. Mungkin karena usianya yang masih muda dan jiwanya masih merasa muda, juga ia pria yang gaul abis hingga penampilannya masih seperti pria-pria lain di kampusku sebagai anak kuliahan. Tapi, meski pernampilannya selalu muda dan trendy, tapi jiwa dewasa dan kebapaan tak dapat disembunyikan dari karakter kesehariannya. Pakainnya yang selalu rapi dengan kemeja Kenzo favoritnya, juga kemeja lengan panjang yang selalu ia gulung hingga di atas pergelangan tangan dengan warna kontemporer tapi lembut mendominasi penampilan Irwan yang aku suka. Dasi yang biasa dikenakan selama ia bekerja kadang ia gulung dan diselipkan di saku kemejanya hingga menyisakan ujung dasi menggantung terlihat semakin keren di mataku.

Irwan tak pernah sok wibawa dan sok pintar, juga tak pernah menunjukkan kalau ia seorang pria yang berkedudukan tinggi di pekerjaanya. Semua nilai plus itu telah membuatku semakin menutup mata bagi para pria yang mencoba mendekatiku. Irwan bagiku sudah cukup sempurna, pria tampan dan bersahaja juga soleh dan tentu saja pekerjaanya sudah menjajikan masa depan yang cerah bagiku jika saja aku bisa menjadi pendamping hidupnya di kemudian hari.

"Hi" balasku,  "gimana kabarnya Ka?",

"Apa, pekerjaannya hari ini melelahkan atau menyenangkan?"  cerocosku sambil menggenggam tangannya, kebiasaan yang sudah sangat terbiasa kami lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun