Dalam pernyataannya ada nada tidak kepastian dengan menggunakan kalimat "saya kira...." Sebagai seorang wakil presiden akan kelihatan janggal jika tidak tahu pasti mekanisme penggantian pimpinan yang dianggap penting tersebut. Jika soal penandatangan dan persetujuan memang ada di tangan presiden. Namun inisiatif yang mengajukan calon tersebut, tidak secara jelas dikatakan oleh Jusuf Kalla dengan menggunakan kalimat "saya kira".
Ketika pilpres tahun lalu kedekatan antara BG dengan JK sempat diulas oleh Tempo dengan judul sedikit nylekit Kalla-Gunakan-Jenderal-Rekening-Gendut-Dekati-Mega. Disebutkan JK menggunakan jasa BG sebagai mantan ajudan Megawati untuk mendekati ketua umum PDIP tersebut untuk mendampingi Jokowi maju dalam pilpres. Pertemuan antara BG dan JK sering dilakukan dan dibenarkan oleh Aksa Mahmud, pengusaha yang juga masih famili JK. Namun pertemuan tersebut dikatakannya bukan sebagai perantara.
Budi rutin mengunjungi rumah Kalla untuk "berkomunikasi." Aksa Mahmud, pengusaha yang juga famili Kalla, mengakui Kalla dan Budi sering bertemu. "Tapi bukan perantara," kata Aksa. Kalla juga membenarkan Budi kerap bertandang ke rumahnya. “Semua mantan ajudan saya rutin bersilaturahmi ke rumah karena sudah bersama selama lima tahun,” ujar Kalla kepada Tempo melalui pesan pendek pada Sabtu pekan lalu.
Komisaris Jenderal Budi Gunawan membantah kabar yang menyebutkan dia menyorongkan nama Jusuf Kalla kepada Megawati, sebagai cawapres Joko Widodo. “Itu rumor, itu fitnah. Saya masih polisi aktif, menghindari urusan pemilu, itu melabrak aturan,” katanya saat menghubungi Tempo, Sabtu 24 Mei 2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H