Â
[caption id="attachment_320471" align="aligncenter" width="240" caption="Diambil dari Facebooknya mas Sweeta Kartika "][/caption]
Cinta itu menumbuhkan keberanian untuk memiliki dan melepaskan
Cinta itu mengakar dan sulit disamarkan
Cinta itu apa adanya
Cinta itu penuh cerita ... dan Cinta mempersenyawakan dua hati :)
Â
Agis agak merinding ketika selesai membaca halaman terakhir Grey & Jingga. Walaupun endingnya digantung :( karena menyerahkan kepada pembaca bagaimana akhirnya cerita tersebut. Sebagaimana hidup, kita bisa memilih bagaimana kita melanjutkan hidup. Berkaca dengan Grey & Jingga, mereka berdua selalu diberikan banyak pilihan dalam hidup ini, hanya saja gamang seperti manusia kebanyakan. Melangkah keluar kamarnya yang sesak oleh fotocopy-an tugas akhir dan jurnal. Memandang langit yang biru sesesekali dilewati awan. Dia dengan tenang menata hatinya ingin melakukan sesuatu. Menuduk khidmad dan berdo'a "kuatkanlah aku Ya Alloh". Lalu berlari menyambar sepeda dan segera bergegas menuju suatu tempat "Haris aku pinjam sepedamu ya"
"Eh Gis, aku mau pake nih -_- "
Dengan kecepatan tinggi, tanpa berkedip Agis melaju di atas aspal panas. Suara ban sepeda yang baru diganti, bising bagai rumah tawon. Tanda cengkraman yang kuat dalam kecepatan maksimal. Memorinya dengan cepat kembali ke ingatan-ingatannya yang dahulu. Ketika seorang gadis yang mengirimkan sinyal cinta kepadanya. Namun tidak ia tanggapi serius karena dia adalah wanita cantik yang dipuja banyak pria di kampusnya. Kecepatan sepedanya yang tinggi memacu cuplikan-cuplikan ingatannya yang statis menjadi cuplikan-cuplikan ingatan yang secara cepat. Membuat hatinya mantab dan terbakar untuk bertemu dengan gadis tersebut.
Halangan dijalanan serasa berubah menjadi medan pertempuran perang dunia kedua. Rentetan peluru dan teriakan kesakitan mereka yang tertembus peluru. Agis, tak sedetikpun mengurangi kecepatannya, menembus trafficlight, bagaikan aksi di film premium rush. Ledakan demi ledakan disamping kanan dan kirinya, kendaraan-kendaraan serasa ingin menjatuhkan dan menabraknya. Menambah heroisme dalam diri Agis untuk menyampaikan pesan hatinya.
***
Sampai dikampus dia mengangkat-angkat lehernya, berjinjit-jinjit mencari gadis tersebut. Meraih hapenya dan menelphone gadis itu, "kamu dimana?"
"Di pusat studi perempuan, kenapa? Mau ketemu?"
"Tunggu aja aku kesana"
"Yah ini aku udah cus. Ketemu di foodcourt ya", kontak berhenti
"Ah, tenang Gis, tenang. Kamu enggak boleh tergesa-gesa. Kamu tidak boleh panik", sambil ngos-ngosan Agis baru sadar kalau horison jalan berubah miring-miring. Dia limbung.
***
"Ya ampun Agis. Kamu kenapa sih? Jangan mampus dulu dong"
"Owh God !! Aku enggak akan mampus kok. Sebelum aku menikah sama kamu Rol", kata-katanya pelan
"What ?! Kamu ngomong apa sih", Rola kaget dan menganggap itu sebagai lanturan orang dalam keadaan setengah sadar. "Rol kamu mau kan menikah sama Aku. Pekan depan tapi ya, oke"
"Kamu enggak kenapa-kenapa kan? Harus dijawab sekarang? Kamu istirahat aja dulu", Rola pamit dan pergi setelah memastikan Agis tidak apa-apa. Sebenarnya Agis bangun karena harum parfum apel Rola. Tidak beberapa lama, Agis merasakan getaran handphone didalam sakunya. Ada sebuah pesan
"..Gue terima deh lamaran kamu. Tapi jangan pekan depan ya. Entar kamu ngomong sama abah dulu, jangan ke aku. Oke?.."
Rasanya Agis ingin meloncat dari tempat tidur klinik kampus. Dia tidak percaya gadis yang dahulu menolah cintanya karena ingin Rola menjadi pacarnya malah menerima lamarannya untuk menikah. "Elo kenapa sih Gis?" tanya Haris "Bulan depan gue bakalan kawin" [caption id="attachment_320472" align="aligncenter" width="240" caption="Diambil dari facebooknya mas Sweeta Kartika"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H