"Lalu apa yang harus kita lakukan?"
"Kita sudah pernah berusaha memasukan sesorang kedalam fragmen squence mimpi. Tapi kami yang ada disini mengenalnya setelah dia berumur 40 tahun, saat pertama kali dia menjadi profesor. Kita butuh seseorang yang mampu meyakinkannya kalau dia bermimpi, dia harus bangun dan menerima kenyatan berapapun kali Profesor mengulang, dia hanya akan mendapatkan hasil yang sama?"
"Seharusnya walaupun 1 kali, pasti dia berhasil hidup bahagia denganku?"
"Secara teori iya benar. Tetapi kita membutuhkan subjek lain. Mimpi ini hanya milik profesor. Maka kami akan memasukanmu kedalam mimpinya lalu mempengaruhinya. Dan resikonya sangat besar. Mungkin engkau akan bangun dengan kebingungan, apapun yang terjadi didalam mimpimu tidak terjadi didunia nyata. Ini terjadi jika engkau terjebak seperti professor"
"Berarti, aku juga akan kembali ke masa lalu?"
"Tapi kami tidak akan menghapus ingatanmu"
"Dan itu masih belum pasti kan? Tidak ada yang menjamin aku kehilangan ingatan?"
"Kau tahu resikonya kan Bu Lindya, Mungkin engkau akan terjebak seperti Profesor"
***
19 Mei, 2067. Rasanya aku menipu diriku sendiri. Tapi aku dan Zen hidup bahagia sampai kami menua. Walaupun semua ini hanyalah mimpi dalam tidur yang panjang.
Aku masih ingat bagaimana kami pertama kali bertemu, aku ingat saat dia datang ke wisudaku. Aku ingat ketika dia melamarku. Menikah dan menjalani hidup bersama dengan badai-badai kehidupan yang ada. Tapi kami berdua mampu menghadapinya. Iya kami berdua. Zen, dia gagal selama 207 kali karena dia menghadapi mimpi ini sendirian. Tapi sekarang ada aku disampingnya menghadapi kehidupan palsu ini. Bertahun-tahun, dan akhirnya aku lupa bahwa kami seharusnya keluar dari ilusi ini. Kembali ke kehidupan yang sebenarnya. Mungkin kehidupan yang sama fana-nya dengan yang aku jalani sekarang.