Mohon tunggu...
Louis Pariama
Louis Pariama Mohon Tunggu... Lainnya - Pendeta

suka baca dan jalan-jalan, menaruh perhatian pada persoalan-persoalan sosial, isu perempuan dan anak serta masyarakat dan budaya lokal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu, Guru dan Sahabat Putraku

20 Desember 2022   08:48 Diperbarui: 20 Desember 2022   13:26 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bakat seni pun Ibu turunkan kepada Niel. Sejak bayi Niel terbiasa dininabobokan oleh Ibu, khususnya di siang hari saat aku belum pulang kerja. Walau suaranya mulai parau karena usia, Ibu tetap bernyanyi untuk Niel. Seringkali aku mendapati Niel kecil sedang asik berjoget diiringi nyanyian dan permainan musik Ibu. Di lain waktu mereka akan duduk berdua di bawah pohon kersen di samping rumah, di mana Ibu mengajarinya bermain pianika.

Hubungan Ibu dan Niel tidak sebatas Oma dan Cucu. Mereka bersahabat. Niel selalu menceritakan pengalamannya ketika tidak bersama Ibu dan Ibu dengan serius mendengarnya. Begitupun sebaliknya. Apakah semua keinginan Niel dipenuhi Ibu? Tentu tidak! Apakah Niel tidak bisa berpisah dari Ibu? Jawabannya pun tidak! Setiap tahun Ibu pasti pulang ke Manado selama beberapa minggu untuk mengunjungi keluarganya. Dengan senang hati Niel akan mengantar Ibu ke terminal Bus dan dengan girang menjemputnya saat pulang. Sesekali ia akan meminta untuk menelpon Ibu. Mungkin mereka belajar menciptakan rindu Saat Niel berusia 4 tahun dengan girang ia menjalani hampir dua bulan liburan yang menyenangkan bersama Ibu yang kala itu berusi 73 tahun. Mereka mengunjungi beberapa kota. Hanya mereka berdua!

Akh, masih banyak kisah yang ingin kututurkan tentang Ibu. Tapi aku harus menahan niatku, karena semakin aku bercerita tentangnya semakin besar rinduku padanya. Ibu seorang perempuan hebat, bagiku. Ia telah mengajariku banyak hal. Ia telah melakukan banyak hal untukku. Ia menginspirasi hidupku. Ingin rasanya memberi hadiah buat hari ibu untuknya. Tapi Ibu telah meninggal 6 tahun yang lalu ketika Niel masih berusia 7 tahun. Saat itu aku melihat Niel menangis sedih. Kemudian ia memutuskan untuk menempati kamar Ibu. Kini, setiap kali mengajak Niel menyiangi kebun di halaman, terlintas wajah Ibu. Setiap kali Niel membantu mengerjakan pekerjaan rumah, memasak, mencuci, atau membuat kue ala kadarnya, aku teringat pada Ibu. Setiap kali mendengar Niel bernyanyi atau memainkan musik, aku mengenang Ibu. Setiap kali saat Niel berkata "Aku rindu Oma", aku akan mengantarnya ke makam Ibu. Karena memandang foto saja seringkali tak cukup untuk mengobati rindu.

Ibu saat berlibur bersama Niel
Ibu saat berlibur bersama Niel

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun