Masa inkubasi botulisme dapat beragam, dimana masa inkubasi botulisme akibat makanan dapat berlangsung dari 24 jam hingga 17 hari sedangkan masa inkubasi botulisme toksikoinfeksi usus diketahui berlangsung dari 4 hingga 14 hari.
Gejala Botulisme Secara Klinis
Melansir dari artikel riset yang ditulis oleh Anniballi et al. (2013), botulisme dapat ditandai dengan:
Gejala awal berupa kelemahan serta tremor otot yang biasanya dimulai dari bagian belakang tubuh, tepatnya pada kaki belakang yang akan mengakibatkan ataksia seperti kesulitan berdiri atau berjalan.
Pada kasus akut, langkah kaki akan kaku dan posisi kaki belakang terlihat melebar. Kondisi ini menyebabkan keengganan hewan untuk berdiri.
Kelumpuhan meluas ke bagian depan tubuh (leher dan kepala) sehingga mengakibatkan postur kepala yang tidak normal.
Gejala diikuti dengan kelesuan ekspresi serta depresi yang terjadi akibat hilangnya tonus otot di sekitar mata dan mulut. Pupil pada mata akan melebar, pupil bereaksi secara lambat, dan mata akan nampak setengah terpejam.
Fenomena botulisme terjadi dengan sangat singkat, sehingga dibutuhkan diagnosis yang akurat dan cepat pula. Sayangnya, deteksi toksin botulinum pada hewan di Indonesia hanya dapat dilakukan di BBALITVET. Kelangkaan penyakit ini tetap harus diwaspadai agar menjamin adanya penanganan yang strategis pada situasi krusial. Hal ini meliputi langkah pencegahan dengan diagnosis awal yang diiringi tindakan yang sesuai, hingga euthanasia apabila kondisi hewan sudah tidak tertolong.
Langkah Pencegahan Penyebaran Clostridium botulinum
Diakibatkan tidak adanya pengobatan yang efektif, penting bagi hewan untuk mendapatkan vaksin sebagai bentuk pencegahan. Peran dokter hewan menjadi hal yang krusial dalam edukasi pemilik hewan untuk mendukung hak kesehatan hewan. Mencegah lebih mudah daripada mengobati, maka dari itu para dokter menghimbau pencegahan botulisme yang dapat dilakukan oleh pemilik hewan, yaitu dengan: