Hingga saat ini, kebijakan otonomi khusus yang diterapkan di Papua dan Papua Barat masih jauh dari harapan. Meskipun telah disertai dengan serangkaian regulasi untuk mendorong, diharapkan dapat menciptakan keadilan dan kesejahteraan masyarakat yang merata berdasarkan karakteristik daerah, budaya, agama, dan sejarah, kenyataannya otonomi khusus belum berhasil mengatasi berbagai permasalahan di Papua.
Konsekuensi dari pemberian status otonomi khusus kepada Provinsi Papua dan Papua Barat adalah mendapatkan alokasi dana fiskal dari pemerintah pusat setiap tahun. Namun, data yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dari tahun 2002 hingga 2013 menunjukkan peningkatan Dana Otonomi Khusus (Dana Otsus) tanpa diiringi oleh penurunan angka penduduk miskin (Imam & Hafiz, 2019).
Semangat dari otonomi khusus tampaknya diterapkan tanpa memperhatikan kondisi aktual di Papua. Sebaliknya, implementasi otonomi khusus justru menimbulkan ketakutan, kekhawatiran, dan ketidakpastian di kalangan masyarakat. Ada kekhawatiran terkait eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran tanpa memperhatikan dampak lingkungan dan tanpa memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat setempat (Marit & Warami, 2018).
Untuk mengatasi berbagai problematika yang muncul, diperlukan penyelesaian yang terjadi pada masa ini serta perancangan kembali model penyelenggaraan otonomi khusus di masa depan yang ideal. Tahap pertama dalam penyelesaian problematika otonomi khusus mencakup langkah-langkah seperti, melakukan pengawasan yang ketat terhadap penggunaan dana otonomi khusus guna meminimalisir potensi penyalahgunaan, menangani secara tuntas kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di wilayah Papua, meningkatkan partisipasi masyarakat, transparansi, dan akuntabilitas para pemangku jabatan yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan otonomi khusus.
Pascapemberlakuan otonomi khusus, perhatian pemerintah terhadap Papua seharusnya tidak berakhir. Fokus yang diberikan haruslah melibatkan evaluasi dan perbaikan terhadap praktik otonomi khusus di Papua untuk memastikan efektivitasnya dalam mencapai tujuan kesejahteraan dan keadilan.
Otonomi daerah adalah suatu kondisi di mana daerah memiliki kemampuan untuk mengaktualisasikan potensi terbaiknya secara optimal. Untuk mencapai kondisi ini, prinsip dasarnya adalah bahwa sebagian besar persoalan seharusnya diserahkan kepada daerah untuk diidentifikasi, dirumuskan, dan dipecahkan, kecuali untuk masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh daerah itu sendiri dalam perspektif keutuhan negara-bangsa.
Namun, dampak negatif dari otonomi daerah juga muncul. Ini mencakup peluang bagi oknum-oknum di tingkat daerah untuk melakukan berbagai pelanggaran, konflik antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat, serta munculnya kesenjangan antara daerah yang memiliki pendapatan tinggi dan daerah yang masih berkembang. Terlihat bahwa masih ada banyak permasalahan yang menyertai pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia. Permasalahan-permasalahan tersebut harus dicari solusi dan diselesaikan agar tujuan awal dan cita-cita mulia dari otonomi daerah dapat tercapai dengan baik.
Perlu diingat bahwa penting bagi pemerintah pusat untuk melakukan pengawasan terhadap dana otonomi khusus dan melaksanakan tindakan pemberantasan korupsi terkait potensi penyelewengan dana yang disalurkan. Alasan utamanya adalah bahwa dana otonomi khusus seharusnya diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Papua (Imam & Hafiz, 2019).
Urgensi dari harapan untuk melakukan pengawasan terletak pada kebutuhan untuk memastikan bahwa dana yang dialokasikan dari pusat benar-benar diimplementasikan dalam program-program yang telah direncanakan. Pemerintah pusat dan daerah harus bekerja sama dalam mengevaluasi penggunaan dana dengan merancang grand design atau master plan sebagai upaya pembangunan jangka panjang. Pengawasan ini menjadi sangat penting untuk meminimalisir risiko korupsi dan memastikan efektivitas penggunaan dana.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI