Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

A Day In My Life Mendaki Gunung Lokon

20 Maret 2023   07:33 Diperbarui: 22 Maret 2023   20:53 1880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sunrise di balik Gunung Klabat (Dok.TriLokon)

Maklum usia sudah kepala enam. Beda sekali dengan para siswa. Mereka berjalan cepat penuh semangat melibas semua rintangan baik tanjakan maupun batuan licin.

Saya hitung tanjakan batu bekas lahar, ada empat kali. Setelah itu, melewati kusu-kusu (rumput ilalang tinggi), dan akhirnya tibalah di jalur landai berpasir di antara bongkahan batu. Dari sini, tampak jelas Gunung Lokon berbaju ilalang hijau.

"Hore kita sudah dekat di bibir kawah" teriak Erick spontan. Sambil mengatur napas berat, sahut saya, "Apa yang dilihat mata itu nyatanya masih jauh dan masih berjalan menanjak lagi. Lihat jalan tanjakan itu. Berpasirbatu. Rawan terpeleset".

Pendakian Gunung Lokon Sabtu ini, tampak ramai oleh para pendaki. Saat bersua pendaki lain, mereka bilang dari Manado, Tondano dan Bitung. Saya lihat juga dua wisatawan mancanegara. Terlihat ada tiga tenda di sisi punggung bukit dekat Gunung Empung.

Foto bersama di bibir kawah (Dok.TriLokon)
Foto bersama di bibir kawah (Dok.TriLokon)

Puas rasanya saya tiba di bibir Kawah Tompaluan, Gunung Lokon. Menyisir bibir kawah itu, sambil berfoto bersama dan mengambil video. Enam siswa berjalan ke arah bukit kecil di sebelah Utara. Ingin melihat pemandangan kota Manado dan Gunung Manado Tua sekitar Bunaken, dari puncak kecil itu.

"Bagaimana, lihat Manado?" tanya saya pada Fido. "Yah, terhalang dengan tingginya rumput. Kelihatan sedikit" ujar Fido. "Saya tadi sudah bilang. Kalau dilihat dengan mata tampak dekat. Tapi jika dijalani ternyata jauh. Hijaunya bukit itu ternyata rumput alang-alang setinggi manusia.

Camping di Kakai Gunung Empung Utara Gunung Lokon (Dok.TriLokon)
Camping di Kakai Gunung Empung Utara Gunung Lokon (Dok.TriLokon)

Saya berdiri di bibir kawah. Menengok ke bawah. Melihat asap itu keluar dari batu belerang berwarna kuning. Mengingatkan saya pada "blue fire" di kawah Ijen.

Sambil mengamati asap yang keluar, terbayang di benak saya, letusan 2011 yang membuat 10.000 warga di kaki Gunung Lokon mengungsi. Semburan erupsi setinggi hampir 700 meter keluar dari mulut kawah ini disertai batu berpijar dan dentuman keras hingga terdengar di desa Kakaskasen.

Debu vulkaniknya membumbung tinggi ke langit seketika langit jadi hitam seperti mendung. Membayangkan saja sudah takut, apalagi saat meletus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun