Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

A Day In My Life Mendaki Gunung Lokon

20 Maret 2023   07:33 Diperbarui: 22 Maret 2023   20:53 1880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tercatat dalam sejarah, Gunung Lokon pernah meletus pada tahun 1951. Letusan yang paling hebat terjadi pada Kamis, 14 Juli 2011. Erupsi yang disertai dengan lontaran material pijar dan hujan abu melanda di desa Kinilow, Tinoor dan Kakaskasen. Dilaporkan sekitar 10.000 warga mengungsi ke arah kota Tomohon dan Manado.

Setelah itu, Gunung Lokon tercatat meletus dalam skala kecil (2013). Hingga 2023, Gunung Lokon tampak tenang dan tidak batuk lagi. Inilah yang membuat kami gaspol melakukan pendakian ke Gunung Lokon setelah pandemi.

Gunung Lokon itu anggun. Ia punya kawah berlubang besar mirip lubang gigi pada tebing gunung sisi Utara. Di sekitar kawah, arah Utara, hamparan pasir bebatuan membentang luas dari bibir kawah hingga gundukan kaki Gunung Empung di sebelahnya. 

Bibir Kawah Tompaluan (Dok.TriLokon)
Bibir Kawah Tompaluan (Dok.TriLokon)

Sensasi naik Gunung Lokon dapat dirasakan pendaki ketika berdiri di bibir Kawah Tompaluan. Dari sini, saya melihat langsung sumber letusan Gunung Lokon. 

Asap putih berbau belerang kadang menyengat hidung, disemburkan dari kawah ini. Sensasi inilah yang membuat pendakian Gunung Lokon diminati oleh banyak orang. Pemkot Tomohon pun menjadikan pendakian sebagai aktivitas wisata yang patut dicoba oleh wisatawan dari luar pulau atau mancanegara.

Habis doa, kami berangkat untuk pendakian. Ikuti Jalur pendakian sudah ada. Jalan bertanah dengan kontur naik turun membuat badan jadi hangat. 

Pemandangan sebelah Timur, menyuguhkan langit yang memerah tanda matahari terbit dari Timur. Siluet Gunung Mahawu dan Gunung Klabat, semakin melengkapi pesona alam pagi itu. Mendaki di subuh, bonusnya sunrise.

Kurang lebih 15 menit berjalan, tibalah kami di gapura Selamat Datang. Sebuah kalimat unik menyapa kami, "Selamat datang di Gunung Lokon. Masa Lalu boleh lupakan. Sampah Jangan" begitu tulisan dari Kawanua Moribus Tomohon memberi peringatan pendaki agar tidak menjadi pembuang sampah sembarang selama pendakian.

Selamat Datang Di Gunung Lokon (Dok.TriLokon)
Selamat Datang Di Gunung Lokon (Dok.TriLokon)

Jalur pendakian sesungguhnya mulai dari jalur bekas lahar ini. Kaki saya mulai terasa pegal saat melewati jalur tanjakan ini. Napas pun mulai hosa (bahasa lokal yang berarti kelelahan). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun