A day in my life. Dengan tagar atau caption #adayinmylife, lihatlah keseharian orang di media sosial itu unik dan seru. Bangun pagi hingga kembali tidur di malam hari, divideokan. Aktivitas yang menyita banyak waktu seharian, juga bisa. Inilah gaya cerita visual yang lagi disukai di reels atau story.
Inilah keseharian saya dan kelompok jurnal Sekolah Lokon. Mendaki ke Gunung Lokon, Tomohon, Sulawesi Utara, Sabtu, 18 Maret 2023, setelah pandemi Covid-19.
Suara tang-ting-tung notifikasi Whatsapp Group (WAG) Jurnal Sekolah terus berbunyi. Seminggu sebelum pendakian, WAG ini membicarakan siapa yang mau ikut naik gunung. Tak sedikit bertanya, apa syaratnya ikut naik Gunung.
"Izin orang tua. Izin Pembina Asrama dan dalam keadaan sehat jasmani" begitulah saya umumkan SOP standar safety first. Sebagai pendamping pendakian Gunung Lokon, saya ingatkan agar mereka bangun pagi. Jam 5, sudah berkumpul di halaman sekolah. Lalu, berangkat menuju Pos Jalur Pelangi di kaki Gunung Lokon.
Sebelum jam 5 pagi, saya sudah berada di halaman sekolah. Suara mesin mobil Elf putih, terdengar memecah kesunyian pagi. Warna langit sudah berubah biru tua. Namun, mentari belum beranjak dari Timur atau balik Gunung Mahawu.
Dinginnya Tomohon pagi itu, tak terasa di badan. Sejak dari rumah, saya pakai jaket dan sepatu gunung. Dalam tas selempang saya, ada kamera mirrorless dan thumbler berisi air putih.
Deru Elf Putih itu terdengar lebih keras saat tancap gas di jalur tanjakan jelang tempat kami diturunkan. Sebelum memulai trekking ke Gunung, kami yang berjumlah 11 orang melakukan ritual doa. Ica, siswa kelas XII dan Ketua jurnal, memimpin doa untuk keselamatan kami dari berangkat hingga pulang.
Gunung Lokon termasuk salah satu gunung berapi di Tomohon, Sulawesi Utara. Tinggi dari permukaan laut, 1580 meter. Konon, gunung ini dinamakan Gunung Lokon karena oleh warga setempat Lokon berarti orang yang dituakan. Dalam bahasa daerah Tombulu, disebut Tou Tua Lokon, yang artinya orang yang sudah tua.